Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Memahami Privacy & Crowding dan Ruang & Interaksi Sosial

Memahami Privacy & Crowding dan Ruang & Interaksi Sosial

Memahami Privacy & Crowding dan Ruang & Interaksi Sosial - Crowding atau kepadatan adalah keadaan psikologis yang terjadi ketika kebutuhan ruang melebihi pasokan yang tersedia (Stokols, 1972). Tingkat kepadatan yang sama mungkin dialami sebagai lebih atau kurang padat karena perbedaan individu (misalnya budaya, kepribadian, jenis kelamin, usia) atau faktor situasional (misalnya durasi temporal, aktivitas, privasi lawan ruang publik,Stokols, 1972).

Kepadatan (density): parameter ruangfisik, jumlah orang atau unit ruang (kepadatan sosial) atau kaki persegi per orang (kepadatan spasial).

Memahami Privacy & Crowding dan Ruang & Interaksi Sosial_

Crowding: pengalaman ketidaknyamanan psikologis yang timbul dari persepsi jumlah ruang yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan penghuni (Stokols, 1972).



Karena ruang yang tersedia berkurang, crowding (kerumunan atau kepadatan)membuat individu sulit untuk mengatur interaksi sosial, membatasi pilihan perilaku dan mengarah ke invasi ruang pribadi. Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa crowding meninggikan stres fisiologis, orang-orang yang ebih lama mengalami kerumunan, semakin besarderajat stres fisiologisnya.(Evans, 2006). Sebagai contoh, crowding meninggikan konduktansi kulit, tekanan darah dan hormonstres (Evans, 2001).

Terlalu lama berada dalam kepadatan populasi dalam ruangan yang tinggi dapat melemahkan mental dan kesehatan fisik, kinerja tugas, perkembangan anak, dan interaksi sosial (Evans&Saegert, 2000).Individu dalam beberapa budaya tampak mengatasi kepadatan tinggi dengan lebih baik, tapi ketika beban stimulus sistem sensori tubuh overload dan kurangnya kontrolpribadi mengarah padabanyak dampak negatif.

Kepadatan tinggi jangka pendek dapat memiliki hasil positif ketika kondisi sosial dan fisik yang positif. Kepadatan ruangan luar yang tinggi, seperti dikota-kota besar, tentu dapat memberikan berbagai pengalaman sosial dan budaya yang menyenangkan. Secara umum, kepadatan tinggi cenderung memperbesar kondisi sosial yang sudah ada sebelumnya (Freedman, 1975). Untuk mengurangi efek negatif kepadatan tinggi melalui desain lingkungan, lebih banyak ruang tidak selalu diperlukan. Desain lingkungan seperti partisi dan tata ruang dapat meringankan crowding dalam ruangyang terbatas.

Gender dapat memoderasi efek stressor crowding. Secara umum, pria menunjukkan reaksi fisiologis yang lebih kuat ketika berada dalam kerumunan (crowding) daripada wanita, seperti tekanan darah tinggi (Evans, Lepore, Shejwal, &Palzane, 1998). Secara hipotesis, perbedaan gender dalam reaksi terhadap crowding bisa berasal dari orang-orang yang memiliki zona ruang pribadi lebih besar daripada wanita, atau perbedaan-perbedaan ini bisa disebabkan karena laki-laki memiliki kecenderungan kurang bersahabat, dan dengan demikian kurang toleransi untuk crowding dibandingkan pada wanita.

Ketikaorang merasa sesak atau berada (crowd) mereka juga mengalami stres psikologis: mereka menunjukkan emosi negatif, ketegangan, kecemasan dan tanda-tanda nonverbal gugup seperti gelisah atau bermain dengan benda berulang (Evans &Cohen, 1987). Crowding secara konsisten terkait dengan penarikan sosial (social withdrawal), mekanisme koping ditandai dengan kontak mata berkurang, menjaga jarak interpersonal yanglebih besar dan penghambatan lebih jelas dalam memulai percakapan. Penarikan sosial pada gilirannya dapat menghambat faktor pelindung seperti pengembangan kesehatan mentaldan pemeliharaan hubungan yang mendukung secara sosial.

Bukti pada crowding, penarikan sosial dan dukungan sosial menekankan pada karakteristik yang menarik pada reaksi individu terhadap kondisi lingkungan suboptimal. Manusia beradaptasi tetapi mereka membayar harga mahal demi adaptasi ini (McEwen, 2002). Misalnya, ketika mereka menghadapi crowding dengan cara penarikan diri, mereka secara tidak sengaja merusak dukungan sosial, sehingga mengurangi sumber daya untuk menangani stres lainnya yang pada akhirnya dapat diterjemahkan sebagai peningkatan risiko untuk kesehatan mental (Evans & Cohen, 2004).

Ruang dan Interaksi Sosial

Mengelola Ruang Sosial
Orang menggunakan ruang fisikdi antara mereka sesuai dengan aturan yang kompleks dan dengan preferensi  yang sangat kuat. Meskipun aturan dan preferensi ini tidak selalu disadari, kepentingan mereka penting tiba-tiba menjadi jelas ketika mereka terganggu. Ruang pribadi, teritorial, dan crowding adalah dimensi utama ruang sosial.

Privasi

Privasi adalahpusat-privasi menyediakanperekatyang mengikatempat konsepyang saling terkait (privasi yang diinginkan, mekanisme kontrol interpersonal, privasi yang tercapai, dan optimum atau privasi yang dicapai=privasi yang diinginkan). Privasi adalah proses regulasi di mana seseorang atau kelompok membuat diri mereka sendiri lebih atau kurang dapat diaksesdan terbuka untukorang lain. Konsepruang pribadidanteritorialadalah mekanismeyang digerakkanuntuk mencapaitingkat privasi yang diinginkan. Crowdingadalah kondisisosial di mana mekanisme privasi belum berfungsi secara efektif, sehingga mengalami kelebihankontak sosialyang tidak diinginkan. Perilakuprivasiterkait sifat-sifatberoperasi sebagaisistem yang koheren. (Altman, 1975).

Isolasisosial
Privasiyang sebenarnya>privasi yang diinginkan

Crowding
Privasiyang sebenarnya<privasi yang diinginkan

Gambar 4 dimensi privasi yang saling mengikat

Ruang pribadi atau personal
Sebuah areadenganbatastak terlihatyang mengelilingitubuh seseorangdi manapengganggutidak bisa datang"(Sommer, 1969). Ruang pribadiadalah jarakdan komponen orientasidinamishubungan interpersonal(Gifford, 2007a). Gambar Dimensirata-rataruang pribadi bagi mahasiswa Amerika Utara, jarak ini akan berbeda berdasarkan budaya dan situasi (dariGifford, 2007a).


Inferensi atau gambaran tentang orang lain sering diambil berdasarkan jarak antar personal yang dipilih seseorang (Patterson&Sechrest). Banyak pengaruh personal dan situasional yang berinteraksi dengan preferensi tertentu untuk jarak antar pribadi. Misalnya, laki-laki memiliki ruang pribadi yang lebih besar. Daya tarik dan kerjasama umumnya menyebabkan jarakinterpersonal yanglebih dekat, sedangkankonteksyang kurangpositif sepertistigmadan statusyang tidak samamenyebabkanjarakyang lebih besar. Ketikapengaturanfisikkurangluas, jarakinterpersonal yangyang lebih besarakan dipilih oleh seseoang.Dalam hal ini, terdapat perbedaan budayaterkait jarakinterpersonal (Hall).



Antropolog EdwardT. Balai menjelaskan empat level jarak sosial yang terjadi dalam situasi yang berbeda:

1. Jarak intim -6 sampai 18 inci
Tingkatjarak fisik inisering menunjukkanhubungan yang lebih dekatataukenyamanan yang lebih besarantar individu. Hal ini seringterjadi selamahubungan intimsepertimemeluk, berbisik, ataumenyentuh.

2. Jarak pribadi -1,5 -4 kaki
Jarak fisikpada tingkat inibiasanya terjadi antaraorang-orangyang menjadi anggotakeluarga atauteman dekat. Semakin dekatorang-orangdapatdengan nyamanberdirisaat berinteraksidapatmenjadi indikatorkeintimanhubungan.

3. Jarak sosial -4 sampai 12 kaki
Tingkatjarak fisik inisering digunakandenganindividu yangbaru kenal.
Denganseseorang yang Anda kenalcukup baik, sepertirekan kerja,melihat orang yang ketemubeberapa kali dalam eminggu, seseorangmerasa lebihnyamanberinteraksipada jarakyang lebih dekat.Dalamkasus di manaAnda tidak tahuorang lainjuga, sepertisopir pengirimanpos, seseorang hanya melihatsekali dalam sebulan, jarak 10sampai 12 kakiakan dirasalebih nyaman.
Dalamkasus di manaAnda tidak tahuorang lainjuga, sepertisopir pengirimanposAnda hanya melihatsekali sebulan, jarak 10sampai 12 kakimungkin merasalebih nyaman.

4. Jarakpublik-12 sampai 25 kaki
Jarak fisikpada tingkat inisering digunakandalam situasiberbicara di depan umum. Berbicaradi depankelaspenuhmahasiswa ataumemberikan presentasidi tempat kerjaadalah contohdari jarak publik.



Attachment to places (kelekatan pada tempat)

Perlekatan pada tempat adalah ikatan yang terjadi antara individu dan lingkungan yang berarti. Perlekatan pada tempat telah diteliti cukup luas, dantelah didefinisikan dalam berbagai cara. Berbagai definisi konsep ditinjau dan disintesis menjadi tiga dimensi, orang, proses, dan tempat sebagai kerangka kerja. Dimensiorang padaperlekatan tempatmengacu padamaknayangberartisecara individual maupun kolektif. Dimensipsikologismeliputiafektif, kognitif, dan komponen perilaku perlekatan pada tempat. Dimensiperlekatan tempat menekankan karakteristik perlekatan pada tempat, termasuktingkatspasial, spesifisitas, dan menonjolnya elemen sosial atau fisik. Selain itu,fungsipotensialdariperlekatan tempatjuga menjadi dimensi yang penting dalam perlekatan tempat (Scannell dan Gifford, 2010).

Terdapat tiga kerangka kerja perlekatan tempatyang berarti, yaitu:
  1. Dimensi pertamaadalahaktor: siapa yangmelekat? Sampai sejauh mana maknaperlekatan pada tempat terjadiberdasarkanindividualdankolektif. perlekatan pada tempatterjadibaik padaindividu dan kelompok
    tingkat, dan meskipundefinisiistilahcenderung menekankan
    salah satu dari yanglain, keduamungkin tumpang tindih.Padatingkat individumelibatkanhubungan pribadiseseorangke suatu tempat. Misalnya, perlekatan tempatperlekatan pada tempatkuatuntuksettingyangmembangkitkan kenanganpribadi, danjenis tempatperlekatan pada tempatdidugaberkontribusi terhadaprasastabildiri(
  2. Dimensi keduaadalah prosespsikologis: bagaimanaemosi, kognisi, dan perilakuseseorang diwujudkandalam perlekatan tempat?
  3. Dimensiketiga adalahobyekperlekatan, termasukkarakteristikperlekatan tempat, sifat tempat perlekatan.

Sekian artikel tentang Memahami Privacy & Crowding dan Ruang & Interaksi Sosial. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka

  • Anne Mairs. (2007). Islands and human impact. University of Edinburgh, Unpublished PhD Thesis. 398 pp.
  • Altman, I. (1975). The environment and social behavior: Privacy, personal space, territoriality,and crowding. Monterey, CA: Brooks/Cole.
  • Baker, M. A., & Holding, D. H. (1993). The effects of noise and speech on cognitive task performance. Journal of General Psychology, 120, 339–355.
  • Bechtel, B, R.,  & Churchman, A. (2002). Handbook of environmental psychology. John Wiley & Sons, Inc.
  • Evans, G. W., & Saegert S. (2000). Residential crowding in the context of inner city poverty. In S. Wapner, J. Demick, C. T. Yamamoto, & H. Minami (Eds.), Theoretical perspectives in environment-behavior research: Underlying assumptions, research problems , and methodologies (pp. 247–267). New York: Kluwer Academic/Plenum Publishers.
  • Freedman, J. L. (1975). Crowding and behavior. San Francisco: Freeman.
Open Comments