Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tingkah Laku Sosial dalam Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial

Tingkah Laku Sosial dalam Lingkungan Fisik dan  Lingkungan Sosial - Mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan? Apakah perilaku dan kepribadian disebabkan terutama oleh genetik seseorang dan diberikan oleh alam? Atau karena lingkungan dan perlakuan seseorang dalam lingkungan tersebut?

Eksistensi manusia sebagai individu yang terkait dengan kehidupan individu lainnyaberarti bahwa manusia merupakan makhluk yang unikyang terdiri atas dua aspek penting yaitu antara aspek sebagai individudan aspek makhluk sosial bagian dari anggota masyarakat. Perilaku sosial individu berkembang melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Lingkungan dapat mempengaruhi dan membentuk perilaku individu. Kurt Lewin mengemukakan teori terbentuknya perilakudengan rumus B=f  (E - O), B = behavior, F = function, E = environment,dan O = organism, f perilaku (behavior)merupakan tergantung pada aspek lingkungan (environment) dan individu (organism)yang berinteraksi.

Perubahan lingkungan, polusi danteknologimembawakonsekuensi berbahayadantahan lamabagi manusia danalam.Bagaimana masyarakat melihat resiko tersebut adalah pertanyaan penting; persepsi resiko dapat mendorong atau menentang tindakan untuk mengatasi resiko tertentu. Perilaku manusia dan dinamikanya sangat kompleks.

Tingkah Laku Sosial dalam Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial_
image source: myktis.com
baca juga: Memahami Resolusi Konflik dan Negosiasi Menurut Para Ahli

Teori-teori Hubungan manusia dan lingkungan

Studi tentang hubungan antaramanusia dan lingkungan memiliki sejarah panjang namun telah tumbuh baik dari segi asumsi filosofis dana plikasi praktis. Sebuah tema yang berulang dalam studi Palaeo environmental telah membangun kepentingan relatif dari faktor manusia dan alam dan menyulut perubahan lingkungan tertentu. Sebelum tahun 1950-an, arus intelektual utama (mainstream) terkonsentrasi pada teori individu dan lingkungan yang menekankan efek menentukan (deterministik) alam pada masyarakat manusia dan budaya, dengan alam dianggap sebagai faktor penghambat untuk peluang perkembangan manusia.

Pandangan Determinisme Lingkungan (Environmental Determinism)

Determinisme lingkungan dikembangkan pada pertengahan abad XIX abad untuk menjelaskan perbedaan dalam standar hidup antara penjajah Eropa dan koloni mereka. Determinis lingkungan dipengaruhi olehteori sosial Darwinisme, dan paling menarik dikemukakan oleh Lamarck daripada versi evolusi Darwin (Livingstone 1992). Para pendukung teori, termasuk Friedrich Ratzel, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington, mengemukakan bahwa iklim dan topografi menentukan pengembangan relatif masyarakat, dan prospek untuk pengembangan di masa mendatang. Daerah beriklim sedang dipandang sebagai menyegarkan sedangkan iklim tropis dan kutub dianggap menghambat pembangunan atau perkembangan manusia. Para ahli geografi juga mendalilkan bahwa lembah sungai menghasilkan masyarakat yang bersemangat sementara lingkungan pegunungan menghambat perkembangan masyarakat.

Pengaruhlingkunganterhadap masyarakatdan budaya (determinisme lingkungan)


Tingkah Laku Sosial dalam Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial 1_
Gambar 1. Model konseptual untuk mengilustrasikan kaitan antara lingkungan dan masyarakat dalam sebuah kerangka kerja Determinisme Lingkungan

Sebuah model sederhana pada hubungan antara alam dan masyarakat, atau lingkungan dan masyarakat, adalah bahwa determinisme lingkungan(Gambar 2.1a), yang memberikan fokus untuk studi geografis dengan memperkenalkan tugas dan metode yang menyatukan manusia dan fisik untuk pertama waktu. Determinisme sebagai istilah luas yang mengacu pada penjelasan yang menetapkan faktor pengaruh lingkungan yang mendominasi seluruh sistem. Determinisme lingkungan secara khusus, menegaskan bahwa lingkungan alam menentukan jalannya budaya. Dalam model ini, masyarakat manusia terbatas pada berbagai hasil atau bahkan hasil tunggal dengan satu set tertentu dalam parameter lingkungan (gambar 1).

Tingkah Laku Sosial dalam Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial 2_
Gambar 2. Model konseptual untuk mengilustrasikan kaitan antara lingkungan dan masyarakat dalam kerangka kerja possibilisme (teori bahwa lingkungan menetapkan hambatan atau keterbatasan tertentu, tetapi budaya ditentukan secara berbeda oleh kondisi sosial yang ada).

Meskipun terdapat kelemahan pada konsep determinisme lingkungan, timbulnya konsep menyebabkan pertanyaan lebih lanjut mengenai bagaimana lingkungan mempengaruhi budaya danperkembangannya. Menanggapi tuntutan yang kuat pada konsep determinisme lingkungan, Franz Boas (1858-1942) menyajikan pandangan alternatif terkait keterbatasan lingkungan, yang disebut sebagai possibilism sejarah, yang mengklaim bahwa meskipun alam dapat membatasi peluang manusia, dan faktor budaya menjelaskan peluang atau kemungkinanapa yang sebenarnya dipilih. Boas menolak lingkungan sebagai penentu budaya dan sebaliknya mencari penjelasan untuk perbedaan budaya dalam sejarah budaya tertentu dari suatu masyarakat. Dia menyarankan bahwa ketersediaan sumber daya tidak mempengaruhi populasi untuk menggunakan sumber daya dengan cara tertentu dan menyimpulkan bahwa keputusan budaya menentukan arah perubahan budayanya sendiri (Gambar diatas). Dengan kata lain, Boas dkk. mentafsirkan budaya selektif terhadap lingkungan (Bennett 1976) (gambar 1).

Tingkah Laku Sosial dalam Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial 3_
Gambar 3. Inti budaya mengacu pad aciri-ciri subsistensi

Bagian lain daribudaya terhadap nonsubsisten terkait sifat-sifat
Model konseptual untuk mengilustrasikan kaitan antara lingkungan dan masyarakat dalam sebuah kerangka kerja ekologi budaya (cultural ecology) (After Milton, 1996).

Pada tahun-tahun pasca-perang dunia, ahli geografi meninggalkan setiap upaya terpadu pada penjelasan sifat masyarakat dan ahli geografi menyesuaikan dengan baik pada studi tentang sistem alamiah atau sistem manusia. Pada saat ini, antropolog yang tidak puas dengan teori-teori yang kaku pada perubahan budaya yang diwujudkan oleh determinisme lingkungan, namun diakui bahwa lingkungan lokal mempengaruhi fitur budaya, sehingga dikembangkan metodologi baru. Ekologi budaya didefinisikan antropolog Amerika Julian Steward, sebagai studi tentang proses dimana masyarakat menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana masyarakat berada (Steward 1968).
Perkembangan ekologi budaya merupakan inovasi yang signifikan dalam cara hubungan antara budaya dan lingkungan yang telah dikonseptualisasikan dengan baik; sementara determinisme lingkungan dan sejarah possibilismememperlakukan lingkungan dan budaya sebagai entitas terpisah yang saling mempengaruhi secara eksternal, ekologi budaya memperkenalkan konsep sistem yang terintegrasi dalam faktor budaya dan lingkungan yang saling berinteraksi (Milton 1996) (Gambar 3).

Pandangan Teori Transaksionalisme
Asumsi dasarnya adalah bahwa orang dalam sistem lingkungan merupakan unit analisis yang melibatkan transaksi (pengalaman dan tindakan) dari orang dengan lingkungan. Pendekatan transaksional selalu membahas sifat dan kualitas informasi dan umpan balik yang diberikan selama terjadi transaksi dengan lingkungan (Altman,Reser&Scherl dalam Gifford, R., Steg dan Reser, 2011). Transaksi antara individu dan setting fisik lingkungan (Gifford, 2007a), dalam transaksi tersebut orang mengubah lingkungan mereka, dan sebaliknya perilaku dan pengalaman mereka juga diubah oleh lingkungan dimana mereka tinggal. Dalam pandangan Ini termasuk teori, penelitian, dan praktek yang bertujuan untuk membuat lingkungan menjadi lebih bersifat manusiawi dan dapat meningkatkan hubungan manusia dengan lingkungan alam.

Karakteristik utama daripendekatan transaksionalismedapat disintesis sebagai berikut (SaegertdanWinkel dalam Bechtel dan Churchman, 2002):
  1. Masyarakat dalam lingkungan menyediakanunitanalisis.
  2. Individudan lingkunganyang dinamis mendefinisikandan mengubahsatu sama laindari waktu ke waktusebagaiaspekkeseluruhankesatuan.
  3. Stabilitasdan perubahanhidup berdampingansecara terus menerus.
  4. Arahperubahanmuncul.
  5. Perubahan-perubahan yangterjadi padasatu tingkatmempengaruhitingkat lain.

3 Dimensi hubungan perilaku manusia dengan lingkungan
Menurut Wohwill (dalam Fisher, 1984) terdapat 3 dimensi hubungan perilaku manusia dengan lingkungan:
  1. Intensitas, terkait dengan kesesakan atau justru kelenggangan yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis individu.
  2. Keanekaragaman, berkaitan dengan banyaknya informasi yang masuk atau justru sedkitnya informasi yang masuk dan tak sebanding dengan kapasitas pemrosesan informasi. Jika informasi yang diterima berlebih maka dapat terjadi overload dan jika informasi yang diterima terlalu sedikit maka dapat terjadi informasi yang monoton.
  3. Keterpolaan, terkait dengan keteraturan suatu pola,semakin teratur suatu pola semakin mudah dikenali oleh individudan sebaliknya.

Sekian artikel Blog Psikologi tentang Tingkah Laku Sosial dalam Lingkungan Fisik dan  Lingkungan Sosial. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka
  • Anne Mairs. (2007). Islands and human impact. University of Edinburgh, Unpublished PhD Thesis. 398 pp. 
  • Altman, I. (1975). The environment and social behavior: Privacy, personal space, territoriality,and crowding. Monterey, CA: Brooks/Cole. 
  • Baker, M. A., & Holding, D. H. (1993). The effects of noise and speech on cognitive task performance. Journal of General Psychology, 120, 339–355. 
  • Bechtel, B, R., & Churchman, A. (2002). Handbook of environmental psychology. John Wiley & Sons, Inc. 
  • Evans, G. W., & Saegert S. (2000). Residential crowding in the context of inner city poverty. In S. Wapner, J. Demick, C. T. Yamamoto, & H. Minami (Eds.), Theoretical perspectives in environment-behavior research: Underlying assumptions, research problems , and methodologies (pp. 247–267). New York: Kluwer Academic/Plenum Publishers. 

Posting Komentar untuk "Tingkah Laku Sosial dalam Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial"