Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Definisi, Batasan, dan Kedudukan Observasi dalam Diagnostik

Definisi, Batasan, dan Kedudukan Observasi dalam Diagnostik - Metode observasi dan wawancara merupakan metode assesment yang tertua dalam psikologi. Sebagai contoh, lama sebelum assesment dengan menggunakan alat-alat tes dikenal, pemerintah Cina pada abad pertengahan telah menggunakan ujian lisan dalam mengevaluasi pegawai pemerintahannya. Metode observasi telah digunakan untuk mengobservasi perilaku verbal maupun non - verbal para pegawai tersebut. Begitu pula halnya dengan ujian masuk perguruan tinggi seperti Oxford University (Aiken, 1996).

Wilhem Wundt, yang dikenal sebagai bapak psikologi eksperimen memanfaatkan metode observasi dalam penelitian-penelitian yang dilakukannya. Beliau mendirikan laboratorium psikologi pada tahun 1879 di Leipzig, Jerman. Bagi Wundt, subject matter dari psikologi adalah pengalaman. Wundt berupaya mencari struktur pengalaman yang disadari. Pengalaman yang disadari tersebut hanya dapat diobservasi oleh individu yang mengalaminya. Oleh karena itu, Wundt menggunakan metode self-observation atau introspeksi. Melalui introspeksi individu melihat ke dalam untuk menguji pengalaman dirinya seperti sensasi, persepsi, kesan, dan perasaan, kemudian melaporkan pengalaman tersebut. Selain itu, Wundt juga melakukan eksperimen berkaitan dengan waktu reaksi dan rentang perhatian (Wood & Wood, 1996 : 22). 

Definisi, Batasan, dan Kedudukan Observasi dalam Diagnostik_

Dalam psikologi, metode observasi paling banyak digunakan dalam mengkaji perkembangan dan pendidikan anak. Observasi langsung merupakan bagian penting dari proses penemuan, dalam pengajaran maupun penelitian. Alasan-alasan yang melandasi pentingnya observasi dalam penelitian dan pengajaran, antara lain:

Pertama, observasi merupakan sarana untuk menggeneralisasi hipotesis atau ide (Irwin & Bushnell,1984). Melalui observasi terhadap anak yang sedang bermain bebas di area bermain (play ground), kita dapat mengetahui aktivitas-aktivitas apa yang menarik bagi anak dan bagaimana anak menikmati aktivitas yang dilakukannya. Pemahaman yang diperoleh dari observasi tersebut dapat dijadikan landasan untuk merancang aktivitas yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan demikian kita dapat merancang proses pembelajaran yang menyenangkan bagi anak dengan melakukan generalisasi pengetahuan yang diperoleh dari observasi. Harapannya dengan cara tersebut anak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan optimal.

Kedua, observasi dapat digunakan sebagai sarana untuk menjawab suatu pertanyaan khusus/spesifik (Irwin & Bushnell,1984). Sebagai contoh, bila seorang peneliti ingin mengetahui bagaimana respon pramusaji terhadap pengunjung restoran yang memberikan tips dan yang tidak memberikan tips, maka peneliti dapat merancang situasi yang dikehendaki dalam sebuah eksperimen. Metode observasi digunakan untuk mengamati perbedaan perilaku pramusaji dalam situasi tersebut. Contoh yang lain adalah penelitian yang dilakukan Mary Ainsworth tentang deprivasi maternal pada bayi dan penyesuaian anak selanjutnya. Ia menempatkan anak yang mengalami deprivasi maternal berupa perhatian dan afeksi sebagai bayi dan mengobservasi dengan cermat faktor-faktor seperti usia anak ketika mengalami pemisahan, lama pemisahan, dan alternatif perawatan yang diperlukan (Irwin & Bushnell,1984).

Ketiga, observasi dapat memberikan gambaran yang lebih realistik tentang suatu peristiwa atau perilaku, dibandingkan metode pengumpulan informasi lainnya (Irwin & Bushnell,1984). Seperti diungkapkan Goodwin & Driscoll (Bentzen, 1992), melalui observasi dimungkinkan untuk mengukur perilaku anak yang tidak dapat diukur dengan alat lain, misalnya pada anak yang memiliki kemampuan bahasa terbatas dan mengalami kesulitan untuk mengerjakan paper and pencil test . Keuntungan lain dari penggunaan metode observasi pada anak adalah anak tidak merasa cemas atau terancam seperti halnya yang terjadi pada anak yang lebih besar atau orang dewasa meskipun ia tahu dirinya sedang diobservasi. Bila orang dewasa tahu dirinya diobservasi, ia akan cenderung mengubah perilaku dan tidak berperilaku seperti biasanya, namun hal ini tidak terjadi pada anak-anak. Mereka tetap berperilaku sewajarnya dan tidak merasa terganggu dengan proses observasi yang dilakukan.

Keempat, melalui observasi dimungkinkan bagi peneliti atau praktisi untuk memahami perilaku anak dengan lebih baik (Irwin & Bushnell,1984). Sebagai contoh, bila seorang guru ingin mengetahui pemahaman anak TK tentang konsep angka. Seorang anak TK mugkin dapat melafalkan urutan angka dari satu sampai sepuluh. Akan tetapi, apakah anak benar-benar memahami konsep angka, dapat dilakukan dengan meminta anak untuk mengambil balok dalam jumlah tertentu. Selain itu guru juga bisa mendapatkan insight tentang perasaan dan tindakan anak ketika melakukan tugas yang diberikan.

Kelima, observasi dapat menjadi sarana dalam melakukan evaluasi, misalnya mengevaluasi kinerja guru di kelas, mengetahui respon siswa terhadap metode pembelajaran yang berbeda, mendeteksi perkembangan perilaku motorik pada bayi, mengetahui situasi yang menyebabkan anak berperilaku agresif dan sebagainya. (Astrini Tyas, 2013, http://astrintyas14.blogspot.com/2013/03/observasi.html, di akses Jum’at, 07 Juni 2013)

Manfaat Observasi

Manfaat Observasi adalah sebagai Berikut:
  1. Hasil observasi yang dibuat dapat dikomfirmasikan dengan hasil penelitian
  2. Deskripsi memberikan gambaran dunia nyata
  3. Memungkinkan pembaca memiliki penafsiran sendiri terhadap temuan dan bagaimana akan diinterpretasikan
  4. Dapat menjelaskan proses peristiwa berlangsung dan dapat menguji kuwalitas, memperkirakan mengapa sesuuatu terjadi dalam seting nyatanya
  5. Dapat mencatat gejala yang kadang tidak jelas berlangsungnya
  6. Mencatat situasi yang tidak dapat direplikasikan dalam eksperimen
  7. Kronologi peristiwa dapat dicatat dengan berurutan
  8. Peralatan dan teknologi dapat merekam secara permanen
  9. Observasi dapat dikombinaskan dengn metode lain. 

(Nurul Hidayah (2012), http://nurul-h--fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_detail-45721-umum-observasi.html, diakses Jum’at, 07 Juni 2013)

Definisi dan Batasan Dalam Observasi

A.PENGERTIAN

Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.

Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik.

Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes.

Secara umum observasi diartikan sebagai kegiatan memperhatikan seseorang atau sesuatu, mengikutinya dengan mata, yang dilakukan secara sadar dengan seksama dalam kurun waktu tertentu (Wahrig, 1978; Drosdowski, 1989); memperhatikan, mengontrol, mengendalikan sesuatu untuk tujuan tertentu, yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu (Drosdowski, 1989); melihat dan memperhatikan (Hornby, 1984); melihat atau mengindera, terutama melalui perhatian yang seksama (The Merriam-Webster Dictionary, 1977).

Menurut Kaminski (1977), observasi dapat dipahami sebagai semua jenis proses, atau berikut hasilnya, yang melibatkan pembuatan kesimpulan dan pemaknaan data-data dari setiap keadaan atau kejadian pada realitas yang bisa dialami, sebagaimana terjadi pada ilmu pengetahuan lain tentang pengalaman (Erfahrungswissenschaften). Pada observasi, pelaku observasi mendapatkan informasi secara langsung tanpa diantarai oleh alat ukur atau instrumen tertentu

Observasi merupakan suatu penelitian yang dijalankan secara sistematis dan disengaja diadakan dengan menggunakan alat indra (terutama mata) atas kejadian – kejadian yang langsung dapat ditangkap pada waktu kejadian berlangsung. (Bimbingan & Konseling, Studi & Karir oleh Prof. Dr. Bimo Walgito, 2010 : 61)

Observasi adalah pengujian dengan maksud atau tujuan tertentu mengenai sesuatu, khususnya dengan tujuan untuk mengumpulkan fakta, satu skor atau nilai, satu verbalisasi atau pengungkapan dengan kata – kata segala sesuatu yang telah diamati. ( Kamus Psikologi J.P. Chaplin oleh Drs. Kartini Kartono, 2011 : 335 – 336)

Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara partisipan dan non – partisipan. Metode partisipan mengharuskan peneliti terlibat di dalam kegiatan anak – anak dan remaja. Sedangkan metode non – partisipan hanya mengamati dari luar, tidak perlu terlibat. (Psikologi Pendidikan oleh Prof. Dr. Sofyan S. Willis, 2012 : 36)

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan terhadap subjek ataupun kejadian yang dilakukan dengan cara sistematis. ( Nurul Hidayah, 2012, http://nurul-h--fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_ detail-45721-umum-observasi.html, diakses Jum’at, 07 Juni 2013)

Observasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti pengamatan atau peninjauan secara cermat. Sedangkan para ahli memberikan pemahaman observasi sebagai berikut:
  1. Alwasilah C. (2003:211) menyatakan bahwa, observasi adalah sebuah penelitian atau pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan realibitasnya.
  2. Nasution (2003: 56) mengungkapkan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
  3. Syaodih N (2006: 220) Mengatakan bahwa, observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
  4. Margono (2005: 158) mengungkapkan bahwa, observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
  5. Hadi S. (Sugiyono, 2005: 166) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
  6. Bungin (2007:115) observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. ( Prasetiyo Chem-Is-Try, 2011, http;//novadwwiprasetiyo.blogspot.com/2011/11/pengertian-observasi-penelitian.html, diakses Jum’at 07 Juni 2013).

Batasan Observasi

Untuk memperoleh hasil yang baik, seseorang yang hendak melakukan pengamatan sebaiknya memerhatikan prinsip-prinsip pengamatan sebagai berikut.:
  1. Pengamatan sebagai suatu cara pengumpulan data harus dilakukan secara cermat, jujur, dan objektif serta terfokus pada objek yang diteliti.
  2. Dalam menentukan objek yang hendak diamati, seorang pengamat harus mengingat bahwa makin banyak objek yang diamati, makin sulit pengamatan dilakukan dan makin tidak teliti hasilnya.
  3. Sebelum pengamatan dilaksanakan, pengamat sebaiknya menentukan cara dan prosedur pengamatan.
  4. Agar pengamatan lancar, pengamat perlu memahami apa yang hendak dicatat serta bagaimana membuat catatan atas hasil pengamatan yang terkumpul.


Posting Komentar untuk "Definisi, Batasan, dan Kedudukan Observasi dalam Diagnostik"