Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Wawancara Konseling Beserta Contoh Lengkap

Pengertian Wawancara Konseling Beserta Contoh Lengkap - Konseling merupakan proses membantu seseorang untuk belajar menyelesaikan masalah interpersonal, emosional dan memutuskan hal tertentu. Menurut para ahli sebetulnya tidak termasuk psikoterapi, oleh karena tidak memenuhi kriteria dan batasannya, antara lain teknik, tujuan dan orang yang melakukannya, walaupun hubungan yang terjadi di dalamnya juga merupakan “the helping relationships”. Konseling bukan hanya hubungan profesional antara dokter-pasien, psokolog-klien tetapi dapat dilakukan dalam berbagai bidang profesi, misalnya guru, pengacara, penasehat keuangan, dan sebagainya.

Pengertian Wawancara Konseling Beserta Contoh Lengkap_
image source: www.123rf.com
baca juga:

Konseling :
  • Fokus pada masalah klien atau pasien. 
  • Percakapannya merupakan percakapan dua arah. 
  • Bentuknya terstruktur, yaitu terdiri atas : menyambut, membahas, membantu menetapkan pilihan, mengingatkan. 
  • Bertujuan membantu klien untuk mengenal dirinya, memahami permasalahannya, melihat peluang dan mencari alternatif penyelesaiannya. 
  • Memerlukan kemampuan melakukan komunikasi interpersonal. Konseling dilakukan dalam suasana yang menjamin rasa aman dan nyaman 

Tujuan Konseling :
  • Membantu kemampuan klien atau pasien untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan realistik. 
  • Menuntun perilaku klien/pasien agar mampu mengemban konsekuensinya 
  • Memberikan informasi dan edukasi 

Terdapat 2 tipe konseling :
  1. Pengarahan untuk mengatasi kesulitan pengambilan keputusan 
  2. Konseling untuk membantu seseorang dalam suatu pilihan yang vital 

Wawanca konseling mungkin merupakan wawancara yang paling sensitif dari seluruh bentuk wawancara. Wawancara konseling tidak akan terjadi kecuali bila ada seseorang yang merasa tidak mampu menangani sendiri problemnya dan memerlukan bantuan orang lain atau konselor yang menentukan sesi-sesi konseling yang dibutuhkan. Masalah yang dihadapi mungkin saja bersifat sangat pribadi misalnya persoalan-persoalan keuangan, seks, stabilitas emosional, kesehatan fisik, pernikahan, moral, gaya kerja atau duka cita atas kematian teman dan anggota keluarga. Konseling merupakan proses membantu seseorang untuk memperoleh pemahaman tentang masalahnya serta menemukan jalan untuk menanggulanginya.

Wawancara konseling merupakan wawancara yang sangat sensitive dan kritis, dipimpin oleh seorang professional (dokter, psikolog, pendeta, pengacara, guru, dan manajer), asosiasi-asosiasi (asosiasi dalam rekan-kerja, para siswa, anggota club), teman-teman dan anggota keluarga yang dulunya telah memiliki pengalaman konseling. Tujuan utama konseling adalah menolong individu untuk mengerti, menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan sikap dan hubungan dengan orang lain.

Orientasi Dasar Konseling

  1. Manusia dapat tumbuh dan mereka dapat memperbaiki diri
    Prinsip pokok dari konseling adalah konselor harus optimis bahwa manusia (klien/itee) mampu untuk tumbuh dan memperbaiki diri sehingga konselor tidak perlu terlalu keras membantu karena klien/itee memiliki potensi untuk berubah secara mandiri. 
  2. Konseling adalah suatu investasi dalam individu
    Konseling berarti memutuskan untuk menginvestasi waktu dan energi untuk orang lain karena didasari keyakinan bahwa klien mampu untuk berkembang. 
  3. Konseling adalah proses belajar
    Konseling berbeda dengan persuasi, seseorang dapat merubah perilaku karena dibujuk/diperintah namun hasilnya tdk menetap sebagai bagian dari kepribadian. Namun konseling lebih pada memberi nasehat, ada percakapan dari hati ke hati. Konseling lebih menekankan pada merubah sikap dan perilaku orang yang dibimbing dengan merubah pikiran yang menuju pada sikap dan perilaku itu. Disinilah proses belajar tersebut terjadi. Jadi bukan hanya memecahkan masalah saja namun mencari suatu perubahan dalam individu tersebut. 
  4. Penerimaan dari seorang individu adalah awal konseling yang baik. 
  5. Konseling adalah suatu proses berlanjut. 

Pendekatan Dasar untuk Wawancara Konseling

1. Konseling Directive (penyuluhan terarah)

Karakteristiknya adalah iter menyerang langsung ke masalah, mengontrol struktur wawancara, memutuskan untuk menyelesaikan atau menghindari masalah subjek, menyusun langkah-langkah dalam wawancara dan menentukan lamanya wawancara. Iter mengumpulkan informasi, menganalisis masalahnya, memberikan pendapat, memberi solusi-solusi, memberi arahan yang spesifik kepeda itee. Iter mengatur bagaimana klien bertindak dengan tujuan untuk mengubah perilaku itee. Diasumsikan bahwa iter lebih mampu disbanding itee dalam memecahkan masalah.

Keuntungan konseling directive adalah :
  • Cukup mudah untuk memimpin dan mempelajarinya
  • Tidak memerlukan waktu yang banyak
  • Konselor fokus pada kepentingan masalah yang spesifik
  • Membolehkan konselor untuk memberikan informasi dan pedoman penting
  • Memperbolehkan konselor untuk melayani seperti penasehat ketika klien merasa segan dan tidak sanggup untuk menanalisis masalahnya atau untuk memperkirakan kemungkinan-kemungkinan solusinya.

2. Konseling Non-Directive

Karakteristiknya adalah iter dipandang sebagai fasilitator/penolong pasif bukan sebagai ahli, iter membantu klien memperoleh informasi, mendapat insight, menyelidiki masalah serta menganalisisnya, dan menemukan dan mengevaluasi solosinya. Konselor mendengarkan, mengobservasi, dan memberi harapan (mendorong) bukannya memaksakan ide dan solusi. Konseling berpusat pada klien, klien yang mengontrol struktur wawancara, menentukan topik apa yang akan didiskusikan, kapan mereka akan berdiskusi dan bagaimana mereka akan berdiskusi, menentukan langkah-langkah dalam diskusi serta lamanya waktu diskusi.

Diasumsikan bahwa (a) Setiap orang punya kemampuan untuk mencapai pemecahan terbaik yang ia miliki, (b) Hanya klien yang dapat memutuskan apa yang terbaik untuknya, (c) Hal terpenting dalam konseling adalah mendengar.

Keuntungan konseling non-directive :
  • Membolehkan klien untuk mengungkapkan apa yang lebih penting untuk dirinya pada waktu yang diperlukan
  • Membolehkan klien menyampaikan informasi dengan sukarela yang mungkin saja konselor tidak memikirkan hal itu
  • Menyerahkan kepada klien untuk lebih mengontrol keputusan serta tindakannya
  • Non-directive mungkin dapat mendorong klien untuk memberikan jawaban dan komentar secara mendalam
  • Memeberikan konselor kesempatan untuk mendengarkan dan mendorong klien
  • Non-directive memungkinkan adanya komunikasi pada klien bahwa konselor sungguh tertarik padanya dan tidak terburu-buru untuk menerima klien lain ataupun mengerjakan tugas lainnya.

Konselor yang terdiri dari konselor akademik, konselor pada perlindungan sosial (Social Security), konselor pernikahan dan konselor kesehatan selalu menggunakan kombinasi yang tepat antara pendekatan directive dan non-directive. Contohnya, selama bagian pertama dari wawancara dengan keluarga, konselor pelayanan sosial mungkin menggunakan pendekatan directive untuk mendapatkan informasi tentang keluarga tersebut seperti usia, jenis kelamin, pendapatan, alamat, pekerjaan, masalah-malah kesehatan, dan lain-lain. Konselor mungkin pindah ke pendekatan non-directive ketika mencoba untuk menemukan masalah keluarga lalu menghadapi masalah tersebut, bagaimana anggota keluarga tersebut merasakan masalahnya, dan apakah mereka mengharapkan pelayanan sosial. Tugas yang sulit dari konselor adalah menentukan pendekatan khusus yang tepat dan merubah dari pendekatan satu ke pendekatan yang lain selama wawancara konseling.

Merencanakan Wawancara
  1. Membuat keputusan untuk melakukan konselingKonseling berarti menginvestasi waktu, energi dan uang untuk kedua belah pihak, baik iter dan itee. 
  2. Mengumpulkan fakta, kerjakan tugas AndaKonselor harus spesifik tidak ambigu. Konselor yang baik memulai dengan fakta-fakta. Dalam mengumpulkan fakta, digunakn paradigma yang paling relevan dengan situasi tertentu. Paradigma pertama menyatakan bahwa seseorang bertanggung jawab atas masalahnya oleh karena itu solusinya yaitu merubah orang itu. Paradigma kedua menyatakan bahwa masalah disebabkan oleh lingkungan/situasi kerja bukan karena individunya/tingkah lakunya. 
  3. Meninjau kembali tujuanKonseling adalah aktivitas membantu, membantu maksudnya membuat perubahan-perubahan yang harusnya terjadi pada klien. kita harus menginvestigasi apakah tujuan kita sama/tidak dengan klien.
  4. Batasi sasaran pada tiap wawancaraBatasan itu dapat dibagi menjadi (a) wilayah masalah, (b) alasan untuk berubah, (c) alternatif perubahan, (d) manfaat perubahan. 
  5. Pilih struktur untuk konselingKonselor dapat memakai konseling directive/non-directive. 
  6. Rencanakan suasana yang akan kamu kembangkan
    Suasana yang paling bermanfaat untuk konseling seperti “terbuka”, “interaktif”, dan “objektif”. Keterbukaan dikrakteristikkan dengan pengungkapan diri. Dibutuhkan saling percaya satu sama lain dan harus menjaga kerahasiaan karena orang sulit untuk terbuka. Konselor lebih baik menekankan pada fakta daripada penilaian sendiri saat mengambil kesimpulan. Hal yang juga penting yaitu menggunakan sapaan formal seperti Tuan, Nyonya, Nona, selain itu mengatur tempat duduk dan memperhatikan penampilan juga penting. 
  7. Menyusun setting sehingga interaksi dapat maksimal,Setting juga merupakan penentu terjadinya interaksi. Beberapa pertimbangan utama :
    - Buat janji dengan klien dan tentukan berapa lama pertemuan akan berlangsung.
    - Pilih ruangan tersendiri, area yang nyaman dan bebas gangguan.
    -  Atur perabotan yang akan membantumu apakah ingin formal/informal.
    - Perhatikan, pencahayaan yang lemah cenderung membuat orang lebih terbuka.

Melakukan Wawancara

Pendahuluan wawancara konseling sebaiknya memenuhi 4 hal, membangun raport, membuat kesepakatan kerja, melakukan diskusi area masalah, menjamin kerahasiaan.

1. Membangun rapport
Raport diperlukan untuk membuat klien nyaman dan menumbuhkan kepercayaan diri klien. Dapat dilakukan dengan memulai pembicaran singkat, orientasi yang bagus, hangat dan ramah. Setelah membangun raport, konselor membuat kesepakatan kerja mengenai bayaran, frekuensi sesi konseling dan tujuan klien. Beberap hal yang dapat dilakukan agar klien mau bicara adalah :
  • Meyakinkan padanya akan kerahasiaan 
  • Menunjukkan komitmen untuk membantu 
  • Jujur 
  • Mendengarkan dari awal 
  • Tunjukkan penerimaan 

2. Spesifik dalam mengidentifikasi dan mengartikan masalah, tingkah laku, sikap/ hubungan
Menggali lebih dalam masalah klien dengan menyelidiki dan menanyakan hal-hal yang spesifik. Itu dilakukan agar klien mau membuka diri dan mengakui masalahnya. Setelah masslah diakui biasanya kemajuan dapat dibuat.

3. Menyelidiki/mengeksplorasi persepsi klien
Menyelidiki dengan menanyakan pertanyaan yang membangkitkan kenangan dan tidak membiarkan klien menghindari topik. Jika klien meyakini suatu persepsi tanyakan apakah dia mendukung/menolaknya. Eksplorasi yang efektif dilakukan dengan terus terang, tidak menuduh dan dengan cara yang tidak berperasaan.

4. Mendengar dan menyerap
Kamu tidak hanya mendengar tapi juga menyimak baik apa yang dikatakan klien untuk medeteksi perubahan-perubahan dalam percakapan dan ketidakkonsistenan. Setelah itu diberi pertanyaan tambahan untuk mengklarifikasi perasaan dan kesan klien. Perhatikan juga tingkah laku nonverbal karena dapat mengungkapkan hal yang disembunyikan dalam kata-kata.

5. Menyelidiki reaksi secara penuh
Konfrontasi diperlukan dalam menyelidiki reaksi klien karena sebagian besar orang selalu ingin menutupi kesalahan yang membuat mereka tak nyaman. Wawancara non-directive akan lebih banyak mendapat feedback reaksi klien.

6. Berorientasi pada masalah
Konseling memiliki konotasi dimana keputusan-keputusan dapat diambil. Lebih baik kamu berorientasi pada masalah daripada berorientasi pada solusi. Waktu digunakan untuk menyelidiki akar masalahnya.

7. Menjelaskan percabangan dari masalah dan menyelidiki alasan-alasan mengapa perubahan diperlukan
Dalam situasi kerja tidak boleh terlalu cepat mengambil intinya. Misalnya manajer memotivasi karyawannya yang kehilangan pekerjaannya dengan menunjukkan bahwa peningkatan kualitas diri, kebanggaan, hubungan yang lebih baik dan reward positif lainnya akan menjadi hasil dari perubahan sebelum memutuskan pindah kerja.

8. Bereaksi pada klien
Biasanya klien bertanya tentang hal-hal pribadi konselor/perbandingan dengan orang lain. Agar fokusnya tidak berubah sebaiknya dialihkan dengan pertanyaan lain.

9. Mengembangkan rencana tindakan
Bila menggunakan pendekatan non-directive kamu meminta klien mengidentifikasi rencana tindakan. Hal ini tidak hanya membuat klien bertanggung jawab terhadap solusinya tapi juga mengecek apakah klien menerima konselingmu. Bila menggunakan pendekatan directive, konselor yang mengajukan rencana tindakannya. Perlu juga diukur reaksi klien terhadap solusi yang diberikan konselor.


10. Menutup wawancara dengan ketentuan-ketentuan untuk diikuti

11. Menjaga suaramu dan tubuhmu tetap dibawah kendali
Pertanyaan harus ditanyakan dan dikomentari dengan cekatan. Empati dan penerimaan ditunjukkan secara wajar tidak perlu berlebihan/malah kekurangan karena akan mempengaruhi keterbukaan selama konseling.

12. Membuat catatan menyeluruh
Tidak satupun orang dapat menghafal semua rincian dalam sesi konseling oleh karena itu disarankan untuk mencatatnya. Catatan itu dapat digunakan konselor untuk mendalami masalah klien.

Menghadapi Kesulitan Tertentu
  • Makna yang tersembunyiMenjadi sensitive/peka terhadapa makna yang tersembunyi karena orang lebih suka menyatakan perasaan dan ide-idenya secara tak langsung.
  • Klien yang susah berbicaraMembantu klien menyaring ide dan ekspresi mereka karena sebagian besar orang kesulitan menganalisis masalah mereka sendiri. Oleh karena itu membutuhkan waktu dan banyak probing untuk mengetahui maksud dan reaksi mereka. Untuk memudahkan klien mengungkapkan masalahnya biasanya beberapa konselor membicarakan hal lain dulu sebelum masalahnya.
  • Keinginan untuk pergi (wanting to leave)Sebagian besar itee ingin meninggalkan situasi konseling yang menekan mereka. Untuk mencegah kepergian mereka konselor sebaiknya menunjukkan manfaat melanjutkan hubungan/konseling.
  • KetergantunganKetergantungan terjadi ketika klien berharap konselor mampu menyelesaikan masalahnya. Konselor yang menggunakan pendekatan directive tidak akan kesulitan mengahdapi keinginan klien tapi akan bermasalah bila menggunakan pendekatan non-directive karena klien dipaksa untuk memberi solusi mesalahnya sendiri.
  • PenyangkalanPenyangkalan harus dihadapi untuk membuat kemajuan. Penyangkalan ini dapat diatasi dengan membuktiknnya dengan tegas, menghadapinya dengan fakta-fakta dan mendorong klien pada suatu pengakuan.

Langkah-langkah Wawancara Konseling

1. Persiapan Pra-interview (Preinterview Preparation)
Persiapan pra-interview mungkin dapat dimulai dengan perincian dan pengetahuan tentang analisis diri. Walaupun analisis diri tidaklah mudah, kita akan kesulitan ketika berusaha untuk mengerti dan membantu orang lain jika tidak mengetahuai diri kita sendiri. Sebagai iter, kita harus menjadi “client centered” (berpusat pada klien) jika kita ingin menjadi sensitif terhadap kebutuhan itee dan komunikasi yang dapat dimengerti, kenyamanan, ketentraman hati serta kehangatan. Sebagai itee kita harus menjadi “people centered” (berpusat pada banyak orang) jika kita berharap mengerti masalah kita dan orang lain termasuk konselor. Secara singkat kita harus berusaha menjadi empatik dengan orang lain.

Bagian dari persiapan pra-interview sebagai konselor, kita seharusnya berpikir tentang bagaimana kita merespon berbagai macam pertanyaan dan komentar dari counselee, misalnya :
  • Saya tidak menginginkan bantuanmu atapun orang lain.
  • Mengapa saya harus mendiskusikan keuangan pribadi saya dengan anda?
  • Saya tidak ingin melibatkan keluarga saya disini.
  • Saya tidak butuh bantuan anda.
  • Kamu tidak pernah menikah: bagaimana kamu dapat membantu saya dengan masalah pernikahan saya?
Kita seharusnya melihat kembali apapun yang kita tahu tentang itee agar memperoleh pengetahuan tentang itee dan masalahnya saat ini: sejarah pendidikan dan pekerjaan, latar belakang keluarga, skor tes, sesi konseling sebelumnya, pernyataan dari guru, kenalan, manajer, dan konselor lainnya serta informasi tentang problem yang telah berlalu serta solusinya. Mendorong klien untuk membuat janji penting dilakukan. Pembuatan janji akan mencegah keinginan kita untuk mendesak klien untuk cepat-cepat atau menutup interview sebelum waktunya. Ketika klien datang dengan problemnya, temukan tempat yang tenang, pribadi dan nyaman. Banyak manajer dan guru membagi kantornya dengan yang lain atau mempunya kantor dengan sekat terbuka yang hal tersebut tidak memberikan kebebasan pribadi. Kita tidak dapat mengharapkan itee akan terbuka dan percaya sepenuhnya pada kita jika orang luar dapat mendengar interview kita.

Mengatur tempat duduk sehingga membuat iter dan klien tenang dan komunikasi menjadi bebas. Pengaturan furniture dan tempatnya dapat menampakkan situasi informal. Banyak konselor menemukan bahwa meja bundar mirip meja makan dipilih oleh klien. Klien menyukai susunan seperti ini karena mereka teringat menyelesaikan persoalan-persoalan keluarga mengelilingi meja makan dan mengelilingi meja makan tidak ada posisi yang berkuasa.

2. Pembukaan Wawancara Konseling
Langkah membangun rapport adalah kesempatan kita untuk mulai membangun reputasi untuk tertarik, adil dan memelihara keyakinan. Kita dapat menemukan jika klien berharap banyak atau sedikit dari wawancara, dan jika klien mempunyai satu hal stereotype negatif mengenai konselor. Itee harus nyaman dengan situasi wawancara (misal : topik yang memalukan, itee menangis, klien berbicara tentang semua masalah yang sebenarnya).

Ketika rapport terpenuhi, biarkan klien memulai dengan topik yang sangat menarik padanya. Ini adalah langkah pertama ke arah menemukan sifat tepat masalah klien dan mengapa klien tidak dapat menyelesaikannya. Ingat, jangan mendesak klien. Klien biasanya bercerita ketika dia merasa siap. Yang terpenting, kita tidak boleh mendesak klien dengan solusi secepat kita telah menemukan masalah. Observasilah aksi non verbal klien sengan sangat hati-hati karena mungkin dapat mengungkapkan perasaan terdalam dan menunjukkan intensitas perasaannya.

3. Inti Wawancara Konseling
Iter memainkan banyak peran dalam tipe wawancara konseling: pendengar, pengamat, pereaksi, penanya, penolong, simpatiser, dan informant. Dengarkan dan observasi peran tepenting kita. Jika kita tidak memberikan sepenuhnya perhatian pada apa yang dikatakan klien, implikasi dari apa yang dikatakan, dan apa yang mungkin dikatakan atau tidak, kita seperti tidak mendapat inti dari masalah. Jadilah tertarik dengan jujur pada itee dan apa yang dikatakannya. Jangan menyanggah atau mengambil alih percakapan.

Hati-hati dalam menyisipkan opini, pengalaman-pengalaman, masalah-masalah pribadi; fokus dengan klien. Jika klien berhenti berbicara untuk sementara, jangan mengobrol untuk mengisi kesunyian. Kita mungkin menggunakan kesunyian untuk bermacam-macam tujuan, dorongan penting bagi itee untuk melanjutkan berbicara. Mendengarkan akan efektif jika :
  1. Melihat semua topik dan mengomentari yang kemungkinan besar penting untuk menyukseskan wawancara konseling. 
  2. Hindari perhatian yang mengganggu, seperti tingkah klien. 
  3. Jangan terlalu terstimulasi atau terbawa emosi. 
  4. Bersikap mendengarkan, percaya pada filosofi/pandangan klien mengenai dirinya, dunianya, dan orang-orang yang di dalamnya dari pada melihat fakta-fakta. 
  5. Jangan memotong pembicaraan dengan komentar sampai kita mengerti sepenuhnya apa yang klien katakan. 
  6. Jangan gunakan bahasa dan komentar yang emosional dalam percakapan antara itee dan iter sebagai taktik pertahanan. 
  7. Mencegah prasangka pribadi dari hal yang merusak pemahaman dan pengertian mendengarkan. 

Amati bagaimana itee duduk, bahasa tubuh, kegelisahan, dan pertahankan kontak mata; dengarkan nyaringnya suara, sifat takut-takut dan bukti dari ketegangan. Pengamatan ini mungkin memberi petunjuk, seperti : seberapa besar masalah ini mengganggu klien, keseriusan masalah, seberapa rileks klien, dan seberapa kien nyaman dengan kita. Jika kita memutuskan meletakkan catatan atau rekaman wawancara, kita harus menjelaskan apa yang kita lakukan dan mengapa. Hentikan jika deteksi prosedur ini mempengaruhi wawancara.

4. Fase Interaksi
Sejumlah studi telah menemukan pengungkapan itee selama wawancara konseling seperti dibawah ini :
  1. Data lebih luas dan otentik ketika iter sangat terbuka, menunjukkan minat penerimaan dan pengertian
  2. Resiko persepsi itee dan keperluan menyediakan informasi, mempengaruhi pengungkapan
  3. Sejarah pengungkapan itee mempengaruhi pengungkapan dalam wawancara konseling
  4. Itee wanita merespon lebih lama terhadap iter wanita tetapi tidak menunjukkan informasi lebih pada wanita daripada laki-laki.
  5. Suatu pemikiran atau uraian baru dari pernyataan itee mengesankan hal negatif tapi bukan positif itu sendiri
  6. Tanggapan-tanggapan itee lebih nampak ketika mereka menerima hubungan personal yang lebih besar.

Temuan diatas menunjukkan pada kita hal penting yang harus kita lakukan atau kita hindari dalam wawancara, atau menceritakan pada kita apa yang diharapkan dan tidak diinginkan dalam wawancara.

a. Pertanyaan-pertanyaan
Hindarilah terlalu banyak bertanya agar itee lebih terfokus untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Hindarilah pertanyaan tertutup yang menbutuhkan jawaban iya atau tidak. Berilah pertanyaan yang dapat mengajak klien untuk memverbalkan emosinya, untuk melihat lebih dalam masalah dan menawarkan kemungkinan solusi seperti :
  • Solusi apa yang sudah anda coba? 
  • Apakah ide yang ada dalam pikiran anda? 
  • Menurut anda, mengapa pimpinan anda melakukannya? 
  • Apa yang terjadi berikutnya? 
  • Apa ada hal lain yang ingin anda lakukan? 
Hindarilah pertanyaan yang tidak berkenan, tidak menyenangkan/terkesan tidak mempercayai. Biasanya pertanyaan ”mengapa” dapat menimbulkan reaksi defensif dari itee, seperti pertanyaan berikut :
  • Mengapa anda tidak membuat laporan secepatnya? 
  • Mengapa anda tidak memberikannya pada bagian keuangan? 
  • Mengapa anda tidak lakukan apa yang pimpinan anda katakan? 

b. Membantu dan Memberi Informasi
Iter mengkondisikan bahwa wawancara berpusat pada klien, dengan cara :
  1. Menghindari memberi nasehat pada itee 
  2. Menjadi seseorang yang menolong bukan meramal 
  3. Menghindari komentar yang dapat menimbulkan dampak negatif pada itee 
  4. Klien boleh menolak solusi yang kita tawarkan 
Memberikan informasi lebih tepat daripada memberi nasehat, yang dapat diwujudkan dengan cara :
  1. Melayani sebagai pendorong, pemberi petunjuk, motivator, cermin yang dapat merefleksikan ide-ide dan perasaan itee. 
  2. Jujur, memberi pengertian bahwa kita tidak selalu dapat memberikan solusi. 

c. Pentingnya keahlian dalam wawancara konseling
  1. Klien mampu merasakan dengan seksama keahlian atau kekurangan konselor. 
  2. Iter yang ahli akan melayani dengan lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan klien. 
  3. Pelayanan iter yang ahli lebih bersifat tidak langsung daripada iter yang tidak ahli. 
  4. Iter yang ahli membatasi respon mereka untuk beberapa poin penting dalam interview. 
  5. Iter yang ahli melayani klien dengan sikap yang baik dan menyenangkan. 

5. Penutupan
Penutupan wawancara konseling sama pentingnya untuk mencapai keberhasilan wawancara. Beberapa petunjuk memilih cara penutupan yang baik :
  • Baik iter maupun itee hendaknya mampu mengatakan kapan saatnya menutup wawancara secara langsung.
  • Tidak membuka topik baru saat wawancara dirasa cukup.
  • Jangan mengharapkan dapat menyelesaikan masalah dengan rapi dalam satu paket.
  • Berpikir bahwa itee mampu dan suka rela mau berdiskusi dengan kita.
  • Jangan memberikan perhatian berlebih.
  • Bukalah pintu untuk percakapan berikutnya. 
  • Cara kita menutup wawancara dapat meningkatkan atau meruntuhkan kepercayaan klien terhadap kita selama wawancara.

Evaluasi Setelah Wawancara

a. Persiapan Pra-wawancara
  1. Apakah kita sudah meninjau bahan yang tersedia berkaitan dengan orang yang diwawancarai atau pewawancara sebelum wawancara tersebut?
  2. Apakah kita sudah membuat suatu usaha untuk mengetahui diri kita dan tingkat keahlian konseling kita atau kemampuan untuk memecahkan masalah saya?
  3. Apakah kita sudah menilai kebutuhan bagaimana saya berkomunikasi dan ”melintasi” dengan orang lain secara khusus dengan golongan ini?
  4. Sudahkah saya mengevaluasi bagaimana orang lain, golongan ini dalam hal tertentu, memandang saya atau kelompok untuk mana saya pilih?
  5. Sudahkah saya meninjau pertanyaan yang saya mungkin tanyakan untuk mendapatkan dan berpikir untuk bagaimana saya mungkin menanggapi pertolongan dan tidak secara defensif?
  6. Sudahkah saya menyiapkan suatu iklim dan menyelesaikan dimana keterbukaan dan keinginan untuk mengkomunikasikan yang akan dibantu perkembangannya?

b. Keterampilan mewawancarai
  1. Seberapa efektif dan lengkap pembukaan?
  2. Seberapa terampil teknis wawancara saya?
  3. Apakah saya sudah menggunakan suatu campuran pendekatan direktif dan non-direktif yang sesuai?
  4. Sudahkah saya membuat catatan yang cukup tanpa mengganggu proses wawancara?
  5. Sudahkah saya menyusun langkah yang bagus untuk wawancara tersebut, bukan terlalu cepat atau terlalu lambat?
  6. Sudahkah saya mempekerjakan bantuan visual untuk membantu bagian lain untuk mengingat dan untuk memahami pembahasan, penjelasan dan pilihan?
  7. Sudahkah bagian terdiri dari dua atau lebih orang, yang telah saya mampu untuk melibatkan semua anggota dari sebagian dalam wawancara?
  8. Seberapa efektifnya saya dalam memotivasi orang yang dibimbing atau konselor untuk mengkomunikasikan pada tingkat 2 dan 3?
  9. Seberapa toleransinya saya untuk dari kejadian diam selama wawancara?
  10. Bagaimana persiapan saya bersepakat dengan pertanyaan dan komentar, khususnya pertanyaan dan komentar negatif?
  11. Seberapa efektif dan lengkapnya saya menutupnya?

c. Keterampilan konseling
  1. Seberapa baiknya saya menyesuaikan pada bagian ini dan pada situasi ini? 
  2. Sudahkah saya menjelaskan semua pilihan dengan jelas, secara menyeluruh, dan secara objektif? 
  3. Sudahkah saya ”membantu” bagian lain untuk mendapatkan wawasan dan untuk membuat keputusan tanpa mendominasi wawancara atau melaksanakan tekanan nyata dan yang sulit dipisahkan? 
  4. Di dalam usaha saya untuk tetap netral, apakah saya sudah gagal untuk menjadi konselor yang efektif, untuk menjadi seorang yang peduli pada manusia?

    Posting Komentar untuk "Pengertian Wawancara Konseling Beserta Contoh Lengkap"