Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Presepsi Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Masyarakat

Presepsi Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Masyarakat - Kepemimpinan nasional di Indonesia, tentulah bukan hal yang asing lagi, terlebih Republik Indonesia merupakan suatu negara besar dengan sejarah kepemimpinan nasional yang khas pada masanya. Mulai dari masa kepemimpinan Preisden Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, Susilo Bambang Yudhoyono dan yang kini tengah memimpin adalah Jokowi Dodo, kesemuanya itu memiliki karakter yang berbeda-beda pula, terutama dalam menentukan dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang menyangkut seluruh rakyat Indonesia demi memperjuangkan kehidupan masyarakat Indonesia.

Presepsi Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Masyarakat_
image source: enduranceleader.com

Kepemimpinan adalah suatu proses saling mendorong melalui keberhasilan interaksi dari perbedaan individu, mengontrol daya manusia dalam mengejar tujuan bersama. Teori kepemimpinan menurut Dr. Kartini Kartono dalam bukunya “Pemimpin dan Kepemimpinan” adalah sebagai berikut :

1. Gaya Demokratis

Adalah cara dan irama seseorang pemimpin dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode pembagian tugas secara merata dan adil, kemudian pemilihan tugas tersebut dilakukan secara terbuka, antar bawahan dianjurkan berdiskusi tentang keberadaannya untuk membahas tugasnya, baik bawahan yang terendah sekalipun boleh meyampaikan saran serta diakui haknya, dengan demikian dimiliki persetujuan dan konsensus atas kesepakatan bersama.

2. Gaya Birokratis

Gaya birokratis adalah cara dan irama seorang pemimpin dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode tanpa pandang bulu, artinya setiap bawahan harus diperlakukan sama disiplinnya, spesialisasi tugas yang khusus, kerja yang ketat pada aturan (rule), sehingga kemudian bawahan menjadi kaku tetapi sederhana (zakelijk).

3. Gaya Kebebasan

Merupakan gaya dan irama seorang pemimpin pemerintahan dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode pemberian keleluasaan pada bawahan seluas-luasnya, metode ini dikenal juga dengan Laissez faire atau libelarism. Dalam gaya ini setiap bawahan bebas bersaing dalam berbagai strategi ekonomi, politik, hukum dan administrasi.

4. Gaya Otokratis

Adalah cara dan irama seorang pemimpin dalam menghadapi bawahan dan masyaraktnya dengan metode paksaan kekuasaan (coercive power)..

Penulis akan mengambil performance Gaya kepemimpinan, para pemimpin di Indonesia beserta tingkat kepuasan masyarakat terhadapnya, :
  1. Periode Kepresidenan Bpk. Soekarno dengan gaya kepemimpinan Demokratis, dengan kepuasan masyarakat sebesar 86 %
  2. Periode Kepresidenan Bpk. Soeharto dengan gaya kepemimpinan Otoriter, dengan kepuasan masyarakat sebesar 48,2 %
  3. Periode Kepresidenan Ibu. Megawati, dengan gaya kepemimpinan Karismatik, terutama dari kharisma ayahnya Bpk. Soekarno, dengan kepuasan masyarakat sebesar kurang dari 50%
  4. Periode Kepresidenan Bpk. Susilo Bambang Yudiyono, dengan gaya kepemimpinan Demokrasi, dengan kepuasan masyarakat sebesar 51,4%.

KEPUASAN MASYARAKAT

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja ( hasil ) yang dirasakan dibandingkan dengan harapan ( Kotler , 2000 ). Sedangkan Jacobalis (dalam Suryo Supraptono, 1998) menyatakan bahwa kepuasan adalah rasa lega atau senang karena harapan tentang sesuatu terpenuhi. Berdasar dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja yang dirasakan dengan harapan. Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut (Paul B. Horton & C. Hunt ).

Sedangkan kepuasan masyarakat adalah pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya (Kepmen PAN nomor 25 tahun 2004). Menurut Dutton dkk. (dalam Suryo Supraptono, 1998), ukuran kepuasan masyarakat yang tinggi mencakup kecakapan petugas, keramahan pelayanan, suasana lingkungan yang nyaman, waktu tunggu yang singkat, dan aspek pelayanan lainnya. Menurut Selnes (dalam Rayi Endah, 2008), kepuasan masyarakat mencakup tingkat kepuasan secara keseluruhan (overall satisfaction), kesesuaian pelayanan dengan harapan masyarakat (expectation), dan tingkat kepuasan masyarakat selama menjalin hubungan dengan instansi (experience).

Kepuasan masyarakat dapat terjadi dengan adanya pelayanan yang maksimal dari aparatur Pemerintah karena Pelayanan merupakan tugas utama yang hakiki bagi aparatur pemerintah sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat. Oleh karena itu, untuk meningatkan kualitas pelayan masyarakat, maka perbaikan kinerja aparatur sangat penting. Dalam kaitan ini, kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat harus direncanakan secara transparan secara lebih mengefektifkan tugas dan fungsi lembaga-lembaga pengawasan.

Kepuasan akan tercipta apabila setiap individu merasa bahwa kebutuhannya sudah terpenuhi, seperti yang sudah dijelaskan oleh teronya Maslow dengan lima piramidanya. Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Di luar kebutuhan tersebut, kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini termasuk kebutuhan untuk memahami, apresiasi estetik dan spiritual kebutuhan murni. Dalam tingkat dari lima kebutuhan dasar, orang tidak merasa perlu kedua hingga tuntutan pertama telah puas, maupun ketiga sampai kedua telah puas, dan sebagainya.

Kebutuhan dasar Maslow adalah sebagai berikut:
  1. Kebutuhan Fisiologis
  2. Kebutuhan Keamanan
  3. Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan
  4. Kebutuhan Esteem
  5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Dengan melihat kebutuhan dari teori Maslow, bawa setiap individu mempunyai proritas hidupnya sesuai dengan 5 ( lima ) hirarki diatas. Kepuasan masyarakat akan terpenuhi apabila masyarakat merasa kebutuhannya sampai level Aktualisasi diri terpenuhi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sulistyo Setia Utami dalam jurnalnya yang bertema “ Gaya Kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta berdasarkan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik GCG (good Corporate Governance)”.mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan yang dipakai oleh Bapak Gubernur tersebut ( Bapak Joko Widodo ) adalah gaya blusukan , yaitu gaya kepemimpinan yang langsung mendatangi tempat kejadian, melakukan observasi secara langsung (observasi Partisipan ). Gaya Blusukan lebih dikenal dengan ( gaya Affiliative Leader ). Masyarakat sudah sangat bosan dan kecewa dengan saemua janji yang diberikan oleh para pemimpin sebelum mereka menjabat, namun ketika mereka menduduki jabatan tersebut, semua janji – jani yang diberikan tidak dapat memuaskan masyarakat ( tidak maksimal ) presepsi masyarakat yang sudah melekat bahwa pemimpin ingin dilayani dan tidak mau melihat realita yang terjadi.

Gaya kepemimpinan Joko widodo adalah penggabungan antara gaya Demokrasi dan gaya Affiliative, dan kepuasam masyarakat terhadap gaya kepemimpinan Bapak. Joko Widodo adalah 87.5%. (referensi ketika beliau menjabat Gubernur DKI Jakarta )

Negara Amerika Serikat adalah negara federal, maka sistem pemeritahan daerahnya berbentuk negara bagian yang terpisah sama sekali dengan negara induknya bahkan di negara bagian mempunyai undang-undang sendiri. Kebebasan mausia sangat dijunjung tinggi. Di amerika sudah tidak kaget lagi ditemukan kasus perkosaan, pencabulan, seks bebas, judi, homosex, dekadensi moral dan lain-lain. Itu semua sudah menjadi rahasia umum karena di negeri ini kebebasan adalah yang utama, gaya kepemimpinan di sana adalah gaya kepemimpinan bebas.

Berdasarkan perbedaan gaya kepemimpinan dengan tingkat kepuasan yang berbeda tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas mengenai “PRESEPSI GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT”.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada permasalahan yang dikemukakan diatas maka masalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
  1. Mengapa presepsi gaya kepemimpinan menjadi bagian dari kepuasan masyarakat
  2. Gaya Kepemimpinan yang manakah yang dapat memberikan kepuasan masyarakat
  3. Apakah factor budaya ( culture ) mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan

TUJUAN MASALAH

Penelitian ini bertujuan untuk :
  1. Mengetahui Gaya kepemimpinan yang manakah yang dapat memuaskan masyarakat 

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat membantu penulis dan pembaca jurnal ini untuk dapat memilih pemimpin yang tepat pada pemilihan yang akan datang. Penulis berharap kita dapat lebih cerdas memilih pemimpin yang dapat bekerja dan mendedikasikan dirinya untuk rakyat.

Penulis berharap agar apa yang sudah dijelaskan menjadi referensi untuk kita semua, bahwa betapa pentingnya gaya kepemimpinan di semua organisasi ( Pemerintahan, Perusahaan, Pendidikan) dan yang lainnya. Penulis berharap dengan penjelasan ini kita semua sadar dan dapat membuat presepsi atau opini yang baru bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang baik dan benar, semua di sesuaikan dengan kebutuhannya.


Sekian artikel tentang Presepsi Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Masyarakat.

Posting Komentar untuk "Presepsi Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Masyarakat"