Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teknik Pencatatan dalam Observasi Menurut Para Ahli

Teknik Pencatatan dalam Observasi Menurut Para Ahli - Dalam setiap observasi, yang dilakukan selalu tercakup tiga dimensi, dengan berbagai kombinasi. Bisa Psrtisipan-Overt-Alamiah (poa), Non partisipan-Overt-Alamniah (noa), Partisipan-Covert-Buatan (pcb), dan lain sebagainya.


Secara umum setiap observasi yang dilakukan tercakup tiga dimensi tersebut ialah:
  • Partisipan dan Non partisipan.
  • Overt dan Covert.
  • Alamiah dan Buatan.

Teknik Pencatatan dalam Observasi Menurut Para Ahli_
image source: www.metaconnects.org

Patton menjelaskan berbagai alternatif cakupan dalam pendekatran observasi yang perlu dipertimbangkan dengan baik, yaitu:

1. Apakah pengamat berpartisipasi aktif dalam setting yang diamatinya ataukah ia menjadi pengamat pasif, dalam arti tidak terlibat dalam aktivitas yang diamatinya tersebut (partisipasi atau non partisipasi).

Pengamat yang partisipatif akan menggunakan strategi pendekatan lapangan yang beragam secara stimulant mengkombinasikan analisis dokumen, mewawancara responden dan informan, berpatisipasi langsung sekaligus mengamati, dan melakukan instrospeksi. Hal-hal tersebut tidak dilakukan peneliti yang melakukan observasi tidak terlibat (tidak partisipatif). Keputusan sejauh mana peneliti perlu terlibat dalam aktivitas yang diteliti tergantung pada banyak hal, antara lain sifat fenonema yang diteliti, konteks politis, maupun pertanyaan-pertanyaan penelitian.

Bila sebagian peneliti menyatakan keterlibatan aktif dalam konteks yang diamati merupakan cara paling ideal, Patton menganjurkan agar kita tidak perlu berpikir demikian. Yang paling penting adalah negosiasikan dan menyesuaikan derajat pertisipasi aktif peneliti dengan karekteristik subjek atau objek penelitian, sifat interaksi peneliti-subjek penelitian, maupun konteks sosial politik yang melingkupi fenomena yang diteliti. Dalam kasus-kasus tertentu, keterlibatan dan partisipasi aktif pengemat justru dapat memunculkan masalah dan mengganggu langkah-langkah pengumpulan data.

2. Apakah peneliti melakukan observasinya secara terbuka, ataukah secara tertutup/terselubung? (overt atau covert) Diyakini bahwa manusia pada umumnya akan bertingkah laku berbeda bila tahu bahwa mereka diaamti. Sebaliknya, individu yang tidak menyadari bahwa ia sedang diamati akan bertingkah laku biasa (tidak dibuat-buat atau disesuaikan dengan harapan sosial). Karenanya sebagian peneliti berpendapat observasi yang tidak terbuka (covert) akan meyakinkan peneliti menangkap kejadian yang sesungguhnya daripada observasi terbuka. Walaupun demikian, tinjauan etis mengungkapkan problema berbeda: apakah etis melakukan observasi sistematis tanpa memberi tahu dan meminta izin?

3. Apakah observasi perlu dilakukan dalam jangka waktu lama, atau cukup dalam waktu yang terbatas? Dalam tradisi studi antropologi, observasi dapat berlangsung sangat lama, dilakukan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, dengan maksud agar peneliti dapat memeperoleh pemahaman holistic mengenai budaya kelompok yang ditelitinya. Sementara, dalam studi ilmu sosial pada umumnya tujuan digunakannya observasi adalah untuk mengungkap kompleksitas dan pola-pola realitas sosial. Untuk studi yang lebih praktis, waktu observasi yang terlalu lama tidak diperlukan, apalagi bila fenomena yang diteliti adalah fenomena spesifik yang berlangsung pada saat-saat tertentu saja. Dalam situasi yang demikian, yang penting adalah keberhasilan peneliti melakukan observasi terhadap fenomena khusus yang jarang terjadi tersebut.

4. Variasi berkenaan dengan focus observasi: fenomena utuh aspek-aspek khusus? Ada observasi yang difokuskan pada fenomena utuh, dalam situasi seperti ini dibutuhkan pelatihan meluas pada semua aspek yang terlibat. Ada pula observasi yang sempit, misalnya dengan memfokuskan pada aspek-aspek atau elemen-elemen tertentu saja dari keseluruhan yang kompleks.

Sedangkan Banister menambahkan beberapa variasi pendekatan yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut, yaitu:

1. Variasi dalam struktur observasi Dapat bervariasi mulai dari observasi yang dilakukan secara sangat terstruktur dan mendetai sampai pada observasi yang tidak terstruktur.

2. Variasi dalam fokus observasi Dapat bervariasi mulai dari dikonsentrasikan secara sempit pada aspek-aspek tertentu saja (missal: bentuk komunikasi nonverbal tertentu saja) atau diarahkan secara luas pada berbagai aspek yang dianggap relevan.

3. Variasi dalam metode dan sarana/instrument yang dilakukan untuk melakukan dan mencatat observasi. Mulai dari tulisan tangan, penggunaan computer (note book), dipakainya lembar pengecek, stop watch, atau alat-alat yang lebih canggih seperti perekam suara dan gambar.

4. Pemberian umpan balik. Apakah umpan balik (perlu) diberikan kepada orang-orang yang diamati? Bila umpan balik dismapaikan, sejauh mana informasi akan disampaikan dan mengapa?

TEKNIK OBSERVASI

Ada tidak jenis pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu: Observasi Partisipan-Observasi Nonpartisipan, Observasi Sistematik-Obserbasi Nonsistematik dan Observasi Eksperimental- Observasi Noneksperimental.

Observasi Partisipasi

jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang sifatnya eksploratif. Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa kerap kali diperlukan observasi partisipan ini. Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang mengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam kehidupan observee. Pengamatan partisipatif memungkinkan peneliti dapat berkomusikasi secara akrab dan leluasa dengan observee dan memungkinkan untuk bertanya secara lebih rinci dan detail terhadap hal-hal yang tidak akan dikemukakan dalam tida jenis observasi, yaitu:
  • Berpatisipasi secara lengkap. Peneliti menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamati sehingga peneliti mengetahui dan menghayati secara utuh dan mendalam sebagaimana yang dialami subjek yang diteliti lainnya.
  • Berpartisipasi secara fungsional. Maksudnya peneliti sebenarnya bukan anggota asli kelompom yang diteliti melainkan dalam peristiwa-peristiwa tertentu bergabung dan berpartisipasi dengan subjek yang diteliti dalam kapasitas sebagai pengamat.
  • Berpartisipasi sebagai pengamat. Maksudnya peneliti ikut berpartisipasi dengan kelompom subjek yang diteliti, tetapi hubungan antara peneliti dan subjek yang diteliti bersifat terbuka, tahu sama tahu, akrab, bahkan subjek yang diteliti sebagai sponsor penelitian itu sendiri, yang kepentingan penelitian tidak hanya bagi peneliti, melainkan juga subjek yang diteliti.

Beberapa persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian secukupnya dari seorang partisipan observer adalah:

1. Materi Observasi
Persoalan tentang materi observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan. Adalah perlu sekali observer memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah dikerangkakan dalam pedoman observasi (observation guide) dan tidak terlalu insidental dalam observasi-observasinya. Sungguhpun observer pertisipan mengikuti dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan observee, namun masih perlu dibedakan mana persoalan yang penting dan tidak penting.

2. Waktu dan Bentuk Pencatatan
Masalah kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah masalah yang pelik dan penting bagi observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa pencacatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi interaksi adalah yang terbaik. Pencatatan on the spot, akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Sungguh pun begitu ada saat dimana pencatatan on the spot tidak dapat dilakukan, misalnya ketika situasi yang normal terganggu, ketika timbul rasa curiga pada observee, dan ketika observer kesulitan karena harus mencegah perhatiaannya untuk parisipasi, mengobservasi, dan mencatat secara bersama-sama. Jika pencatatan on the spot tidak dilakukan, sedang kelangsungan situasi cukup lama, maka perlu dijalankan pencatatan dengan kata-kata kunci. Akan tetapi, pencatatan semacam ini pun harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak menarik perhatian dan tidak menimbulkan kecurigaan.

Pencatatan dapat dilakukan misalnya pada kertas-kertas kecil atau pada kertas apapu yang kelihatannya tidak berarti.

Tiap-tiap pencatatan dapat mengambil dua bentuk:
  1. Bentuk Kronologis, menurut urut-urutan kejadiannya. 
  2. Bentuk sistematik, yaitu memasukkan tiap-tiap kejadian dalam kategori-kategorinya masing-masing tanpa memperhatikan urutan kejadiannya.

Masing-masing bentuk itu mempunyai kebaikan dan kelemahannya sendiri-sendiri. Kebaikan bentuk yang pertama adalah bahwa konteks observasi masih dapat dipertahankan. Sedangkan kebaikan bentuk yang kedua adalah sekali jalan penyelidik sudah mempersiapkan penganalisaan data yang dicatat.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah memisahkan antara pendataan yang faktual dengan pencatatan yang interpretatif. Tidak jarang penyelidik secara tidak sadar mencatat suatu kejadian sebagai fakta, padahal sebenarnya adalah interpretasi. Ini dapat diketahui dengan mudah bila dua orang observer dari latar belakang yang berlainan mengkonfrontasikan pencatatan-pencatatan mereka. Oleh sebab itu ada baiknya jika pencatat memberikan kode-kode tertentu untuk dua jenis pencatatan itu, misalnya kode (1) untuk pencatatan jenis faktual dan kode (2) untuk pencatatan jenis interpretatif. Pemisahan itu penting karena:
  1. Untuk membedakan mana data yang otentik dan mana yang tidak.
  2. Jika observasi dilakukan oleh suatu team, dalam penganalisaan data tidak banyak timbul kesulitan atau perselisihan paham.

Bagaimana mengusahakan, mengatur, dan memelihara hubungan antara observer dan observee selalu merupakan persoalan yang sangat pelik dalam observasi partisipan. Pedoman minimal yang perlu dipegang teguh oleh penyelidik dalam hal ini adalah:
  • Mencegah adanya kecurigaan.
  • Mengadakan good rapport, dan
  • Menjaga agar situasi dalam masyarakat yang diselidiki tetap wajar.

Good rapport, yaitu hubungan antar pribadi yang ditandai oleh semangat kerjasama, saling mempercayai, saling tenggang rasa, sama derajad dan saling membantu secara harmonik antara observer dan observee, perlu diusahakan bukan saja dengan tokoh-tokoh kunci, tetapi juga dengan seluruh lapisan masyarakat ajang observasi.

Masalah lain yang juga perlu mendapat perhatian penyelidik yang menggunakan teknik observasi partisipan adalah memberikan “alasan” tentang kehadirannya yang dapat dimengerti dan diterima oleh anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan.

Intensi dan Ekstensi Partisipasi Dalam hal luasnya partisiapasi tidaklah sama untuk semua penyelidikan dengan observasi partisipan ini. Penyelidik dapat mengambil partisipasi hanya pada beberapa kagiatan sosial (partial participation), dan dapat juga pada semua kegiatan (full participation). Dan dalam tiap-tiap kegiatan itu dia dapat turut serta sedalam-dalamnya (intensive participation) atau secara minimal (surface participation).

Hal ini tergantung pada situasinya. Dalam observasi partisipan observer berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dari yang diamati, sedangkan dalam observasi norpartisipan observer hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang teliti. Observasi nonpartisipan dapat bersifat tertutup dalam arti tidak diketahui oleh subyek yang diteliti ataupun terbuka yakni diketahui oleh subyek yang diteliti.

Obsevasi Sistematik Observasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya lebih dulu, dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.

Materi Observasi

Isi dan luas situasi yang akan diobservasi dalam observasi sistematik umumnya lebih terbatas. Sebagai alat untuk penyelidikan deskriptif, dia berlandaskan pada perumusan-perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope observasinya sendiri telah lebih dahulu dibatasi dengan tegas sesuai dengan tujuan dari penelitian, bukan situasi kehidupan masyarakat seperti pada observasi partisipan yang umumnya digunakan dalam penelitian eksploratif.

Parumusan-perumusan masalah yang hendak diselidiki pun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara pengikut, kerjasama dan persaingan prestasi belajar, dan sebagainya. Dengan begitu kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki adalah sangat terbatas. Ini kadang-kadang dijadikan ciri yang membedakan observasi sistematik dari observasi partisipan.

Cara-Cara Pencatatan

Persoalan-persoalan yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban-jawaban, respon, atau reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik untuk mengadakan ‘kuantifikasi’ terhadap hasil-hasil penyelidikannya.Jenis-jenis gejala atau tingkah laku tertentu yang timbuk dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini akan sangat memudahkan pekerjaan analisa hasilnya nanti

Hubungan antara Observer dan Observee

Dalam observasi sistematik hubungan observer dan observee mengajukan suatu persoalan yang pelik. Jika tidak dilakukan dibelakang ‘one way screen’. Observasi jenis ini menimbulkan masalah yang sama dengan observasi partisipasi untuk mengusahakan rapport yang baik. Pertama-tama situasinya harus disiapkan sedemikian rupa sehingga para observee tidak berkeberatan menerima observer. Dengan kesibukannya mengadakan pencatatan, menggunakan alat-alat, dan kesibukan-kesibukan lainnya, seorang observer tidak akan dapat menyembunyikan kenyataan-kenyataan sedang mengadakan penyelidikan. Kerena itu, mendapatkan kerjasama yang sebaik-baiknya dengan observee adalah syarat mutlak dalam observasi sistematik.

Dalam pada itu pengalaman-pengalaman menunjukkan bahwa jika sebelum penyelidikan yang sebenarnya observer sudah pernah hadir dalam situasi sekali atau beberapa kali umumnya, kehadirannya di sudut kamar tidak banyak mempengaruhi kegiatan-kegiatan grup yang sedang berjalan.

Observasi Eksperimental

Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah/natural ataupun dalam lingkup eksperimental. Dalam observasi alamiah observer mengamati kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa, dan perilaku-perilaku observee dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau perilaku apa adanya tanpa adanya usaha untuk mengontrolnya. Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni menyelidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Sebab faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observee telah dikontrol secermat-cermatnya sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu terhadap tingkah laku.

Ciri-ciri penting bagi observasi eksperimental adalah sebagai berikut :
  • Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observee.
  • Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observer.
  • Situasi sedemikian rupa sehingga observee tidak tahu maksud yang sebenarnya dari observasi.
  • Observer atau alat pencatat membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observee mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah reaksi semata-mata.

PENCATATAN LAPANGAN

Catatan lapangan berisi tentang hal-hal yang diamati, apapun yang oleh peneliti dianggap penting. Penulisan catatan lapangan dapat dilakukan dalam cara yang berbeda-beda. Yang penting untuk diingat adalah catatan lapangan mutlak dibuat secara lengkap, dengan keterangan tanggal dan waktu yang lengkap.

Untuk mampu menulis catatan lapangan yang lengkap dan informatif, peneliti perlu melatih kedisiplinan untuk melakukan pencatatan secara kontinyu, dan menuliskannya langsung saat melakukan observasi di lapangan. Bila pencatatan tidak mungkin dilakukan langsung di lapangan, hal tersebut wajib dilakukan sesegera mungkin setelah peneliti meninggalkan lapangan.

Peneliti harus menyadari ia tidak dapat mengandalkan ingatanya saja, dan bila ia tidak segera mencatat apa yang ia amati, sangat mungkin akan kehilangan nuansa yang diamati. Catatan lapangan harus deskriptif, diberi tanggal dan waktu, dan dicatat dengan menyertakan informasi-informasi dasar seperti dimana observasi dilakukan, siapa yang hadir di sana, bagaimana setting fisik lingkungan, interaksi sosial dan aktifitas apa yang berlangsung dan sebagainya. Yang sangat penting untuk selalu diingat adalah peneliti yang baik akan melaporkan hasil observasinya secara deskriptif, tidak interpratatif. Pengamat tidak mencatat kesimpulan atau interpretasi, melainkan data kongrit berkenaan dengan fenomena yang diamati.

Deskripsi yang memadai dalam detil, dan ditulis sedemikian rupa untuk memungkinkan pembaca menvisualisasikan setting yang diamati. Deskripsi interpretasi dengan menggunakan penyimpulan-penyimpulan dari peneliti harus dihadari interpretasi dengan memberikan lebel atau penjelasan sifat-sifat tidak ditunjukkan. Yang perlu dilakukan adalah menjabarkan situasi yang diamati segera mengambil kesimpulan tentang hal tersebut. Hasil interpretasi : Contoh : Ruangan sangat nyaman dan indah. Mereka sangat membenci satu sama lain.

Kongrit, apa adanya dan mendatai

Contoh :

Ruangan berukuran…, terdengar suara musik dari alat perekam, dan tembok yang berwarna biru muda digantungi beberapa lukisan pemandangan……

Kedua tersebut saling memuku. Yang satu terjatuh dan lelaki yang lain kemudian menginjak sampai yang terjatuh tersebut berteriak-teriak…….

Dengan uraian deskriptif sekaligus informatif demikian, pengamat meminimalkan biasnya, sehingga dengan sendirinya dengan sendirinya juga dapat mengembangkan analisis yang lebih akurat saat menginterpretasi seluruh data yang ada. Bila relevan yang memungkinkan, catatan lapangan perlu juga diisi kutipan-kutipan langsung apa yang dikatakan obyek yang diamati selama proses observasi. Hal itu akan membantu peneliti dalam mengungkap prespektif orang yang diamati mengenai realitas yang alami.

Guba dan Lincoln telah memberikan pedoman dalam pembuatan catatan :
  • Pembuatan catatan lapangan, yaitu gambaran umum peristiwa-peristiwa yang telah diamati oleh peneliti. Dalam hal ini pengamat bebas membuat catatan, dan biasanya dilakukan pada malam hari setelah melakukan observasi.
  • Buku harian, yang dibuat dalam bentuk yang teratur dan ditulis setiap hari, yang isinya diambil dari catatan lapangan.
  • Catatan tentang satuan-satuan sistematis, yaitu catatan rinci tentang tema yang muncul.
  • Catatan kronologis, yang merupakan catatan rinci tentang urutan peristiwa dari waktu ke waktu.
  • Peta konteks, yang dapat berbentuk peta, sketsa atau diagram. Dengan peta konteks ini dapat diperoleh gambaran umum tentang posisi subjek serta perkembangannya.
  • Taksonomi dan ketegori yang dikembangkan selama analisa di lapangan.
  • Jadwal observasi berisi dekripsi waktu secara rinci tentang apa yang dikerjakan, apa yang diamati, dimana, kapan dan lain-lain.
  • Siometik merupakan diagram hubungan antara subjek yang sedang diamati.
  • Panel yaitu pengamatan terhadap seseorang atau sekelompok orang secara periodik.
  • Kuesioner yang diisi oleh pengamat untuk memberikan balikan kepada pengamat sehingga dapat lebih mengarahkan dan memperbaiki teknik pengamatannya.
  • Balikan dari pengamat lainnya, juga dapat memperbaiki teknik pengamatan yang dipergunakannya.
  • Daftar cek, dibuat untuk mengecek apakah semua aspek informasi yang diperlukan telah direkam.
  • Piranti elektronik, misalnya kamera atau video yang disembunyikan.
  • "Topeng Steno" yaitu alat perekam suara yang diletakkan secara tersembunyi di tubuh peneliti.

Banister (1994) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu membuat catatan observasi, yaitu:
  1. Deskripsi konteks.
  2. Deskripsi mengenai karakteristik orang-orang yang diamati.
  3. Deskripsi tentang siapa yang melakukan observasi.
  4. Deskripsi mengenai perilaku yang ditampilkan orang-orang yang diamati.
  5. Interpretasi sementara peneliti terhadap kejadian yang diamati.
  6. Pertimbangan mengenai alternatif interpretasi lain.
  7. Eksplorasi perasaan dan penghayatan peneliti terhadap kejadian yang diamati.


Posting Komentar untuk "Teknik Pencatatan dalam Observasi Menurut Para Ahli"

Klik link dibawah ini untuk mengunduh artikel: