Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian dan Fungsi Wawancara Sebagai Proses Komunikasi

Pengertian dan Fungsi Wawancara Sebagai Proses Komunikasi - Wawancara lebih dari sekedar bertanya dan menjawab, dimana hal ini merupakan suatu proses komunikasi yang rumit. Pewawancara yang sukses memahami dan menghargai keseluruhan proses bukan hanya pertanyaan dan jawaban yang berlangsung. Pewawancara yang sukses memiliki kepekaan dan sensitif dengan kebudayaan dan situasi. Misalnya, pada beberapa kebudayaan, semua orang asing dianggap harus melalui pemeriksaan hati-hati. Stereotipe, ras, jenis kelamin kadang menjadi faktor yang menghalangi keberhasilan suatu wawancara.

Pengertian dan Fungsi Wawancara Sebagai Proses Komunikasi_
image source: www.soulshepherding.org
baca juga: Tahap Tahapan dan Langkah Dalam Melakukan Wawancara

A. Wawancara sebagai Fungsi Komunikasi

Wawancara merupakan komunikasi yang mewakili dua pihak, dimana masing-masing pihak merupakan individu yang unik, yang dipengaruhi lingkungan, budaya, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman, sehingga memiliki nilai dan sikap yang bisa jadi berbeda-beda. Namun demikian, meskipun berbeda-beda, keduanya harus bekerja sama untuk menghasilkan wawancara yang sukses. Tidak ada yang dapat melakukannya sendiri.

Pengertian dan Fungsi Wawancara Sebagai Proses Komunikasi 2_

Lingkaran tumpang tindih melambangkan sifat relasional dari suatu proses wawancara, yaitu kedua pihak melakukan sesuatu dengan dan bukan untuk satu sama lain. Kedua pihak terhubung secara interpersonal karena masing masing memiliki kepentingan terhadap wawancara. Suatu hubungan yang dihasilkan mungkin menjadi bersifat intim (dengan teman dekat), santai (dengan rekan kerja), formal (dengan pihak kampus/ universitas/ perusahaan), fungsional (dengan dokter). Sifat hubungan ini dapat berubah dari waktu ke waktu, termasuk selama proses wawancara berlangsung. Suatu situasi dapat juga mempengaruhi hubungan relasional.

B. Dimensi Relasional dari Komunikasi

Suatu proses wawancara menunjukkan bahwa setuap wawancara adalah merupakan suatu hubungan dengan 3 derajat dimensi dasar, yaitu:

1. Inklusi
  • Inklusi yaitu suatu derajat dimana setiap pihak ingin mengmbil bagian dalam wawancara.
    Misalnya seorang pelamar ingin menemui seorang rekruiter di suatu perusahaan. Namun, sejak pagi rekruiter tersebut telah mewawancara 7 orang, sehingga wawancara bagi pelamar terasa menakutkan.
  • Inklusi juga menunjukkan berapa banyak setiappihak ingin mengikutsertakan pihak lain dalam wawancara.
    Misalnya seorang remaja mungkin tidak menginginkan orang tuanya ikut serta dalam wawancara konseling akademis dirinya
  • Inklusi juga mencakup kemauan dan kemampuan dari tiap pihak untuk terlibat secara aktif dalam wawancara, dalam hal ini seorang seberapa banyak rekruiter/pewawancara ingin menolong pelamar, atau ingin membantu perusahaan.

Yang mempengaruhi kemampuan dan kemauan adalah :
  • Personality traits
  • Physical condition
  • Mental health
  • Emotional involvement
  • Skills
  • Information

Dimensi inklusi sangat penting dalam wawancara yang melibatkan lebih dari 2 orang dimana salah satunya mungkin dipilih, atau dipaksa untuk memainkan peran yang pasif.

2. Kontrol
Kontrol menunjukkan berapa banyak power/ kekuatan pewanwancara maupun responden menentukan proses dan hasil wawancara.
  • Kekuatan wawancara bersifat situasional.
    Misalnya, jika tidak ingin diwawancara, maka responden dapat menutup pintu rumah.
    Dalam kegiatan seleksi, seorang pelamar pekerjaan akan menampilkan diri lebih qualified dibanding kandidat lain.
  • Kontrol juga dilakukan oleh orang yang memiliki kekuasaan/ jabatan, seperti dekan, dosen, profesor, orang tua, dll.
  • Tradisi atau social custom juga kadang menentukan kontrol dalam beberapa komunitas dan kelompok, misalnya orang yang lebih tua memiliki kontrol lebih. 
  • Kontrol juga diperoleh dari orang yang telah memiliki prestasi/ kompeten disuatu bidang politik, science, militer, dsb.
  • Kekuatan/ power akan digunakan atau tidak bergantung pada hubungan, persepsi, kebutuhan organisasi dan situasi, kepribadian, ego, kesehatan, dan dasar filosofis wawancara.

3. Kepercayaan / Affection
Affection adalah derajat kehangatan atau keramahan diantara kedua belah pihak, yaitu:
  • Apakah masing-masing menyukai orang lain? Saling percaya?
  • Apakah masing-masing dapat menerima dan memberikan afeksi selama wawancara?

Beberapa orang takut akan afeksi atau terlalu dekat dengan orang lain terutama wawancara formal dengan atasan atau bawahan. Sikap yang tidak jelas dan terancam dapat mempengaruhi wawancara. Afeksi sering dipengaruhi oleh kebutuhan, persepsi, desires, demand, atau sejarah suatu hubungan.

Secara sederhana, wawancara akan lebih berhasil kalau kedua pihak mempunyai hubungan positif satu sama lain.

Affection yang ideal adalah jika dalam wawancara kedua belah pihak menyelenggarakan “perasaan bersama” (we feeling), bukan “saya dan mereka”. Dalam wawancara, kedua belah pihak saling berkontribusi untuk memperoleh sesuatu.

Pada prinsipnya, dalam wawancara, kedua belah pihak yaitu pewawancara dan responden melakukan pertukaran; bertanya-jawab, berbicara dan mendengar, mengambil peran sebagai pewawancara dan sebagai responden. Derajat kontrol pada suatu pihak menentukan jenis wawancara yang dilakukan.

C. Persepsi Pewawancara dan responden dalam saat Berkomunikasi

Persepsi mempengaruhi cara iter dan itee berespon satu sama lain. Setiap pihak datang dalam suatu wawancara dengan persepsi terhadap pihak lain dan memiliki kemungkinan terjadi perubahan dalam persepsi tersebut.

1. Persepsi dari pihak lain
  • Setiap pihak dipengaruhi oleh reputasi orang lain; pimpinan hebat, reporter yang suka memberi pertanyaan, konselor yang pernuh kasih, dsb.
  • Hubungan terdahulu dari pihak lain; takut, senang sesuai pengalaman
  • Persetujuan oleh pihak lain bisa mempengaruhi wawancara.

Persepsi bisa berubah ketika wawancara berlangsung, ada pertanyaan dan ada jawaban. Persepsi yang positif bisa jadi merupakan hasil dari penggunaan bahasa yang logis, sopan, serta dari penampilan yang mendukung.

Persepsi dipengaruhi oleh
  • usia,
  • jenis kelamin
  • ras
  • ukuran
  • kelompok
  • etnis
  • asosiasi
  • orang
  • nilai-nilai
  • berliefs
  • sikap-sikap dari pihak lain.

2. Persepsi dari diri sendiri
  • Persepsi dari diri sendiri atau self konsep berasal dari fisikal, sosial, dan kondisi psikologis yang didapat dari pengalaman atau interaksi dengan orang lain.
  • Pengalaman mencakup perilaku dimasa lalu, bagaimana interpretasinya dan bagaimana menerima orang lain menginterpretasi perilaku tersebut.
  • Orang lain meliputi kelompok dimana seseorang berada atau kelompok yang diinginkan seperti halnya “significant others” mempengaruhi seseorang secara interpersonal.
  • Peran yan dimainkan juga mempengaruhi self concept

Pada dasarnya, self concept menentukan apakah seseorang ingin terlibat dalam suatu wawancara atau tidak. Persepsi mempengaruhi pesan yang dikirim dan diterima, bagaimana pesan dikirim dan diterima, resiko yang diambil dan derajat dari keterbukaan diri.

D. Level / Tingkat Interaksi Komunikasi dalam Wawancara

Dalam wawancara, terdapat level/ tingkat interaksi komunikasi.

Level Karakteristik Contoh
1 Interaksi yang berhubungan dengan area: 
- pertanyaan yang secara relatif aman dan tidak menakutkan,
- menghasilkan jawaban yang biasanya superfisial dapat diterima secara sosial,
- menyenangkan,
- dan penuh ambiguitas
P : selamat pagi
R : Baik, terima kasih
P : Dan keluargamu?
R : Mereka baik-baik saja
2 Interaksi yang berhubungan dengan area
- inquiry yang lebih dekat dan kontroversial, yaitu tentang perilaku, pikiran, beliefs, perasaan.
- Respons cenderung ½ aman dan ½ pendapat pikiran
P : Bagaimana perasaanmu dengan wawancara yang dilakukan oleh teman lama?
R : Sejujurnya, saya agak tidak nyaman, karena saya sangat menginginkan posisi ini.
P : Percayalah, hal ini tidak menjadi masalah buatmu
3 Interaksi hubungan dengan area
Hubungan yang lebih dekat dan kontroversial
Menghasilkan jawaban yang secara penuh mengungkapkan perasaan, beliefs, dan persepsi dari seseorang 

*Adanya derajat kepercayaan yang tinggi
P : Mengapa Anda resign
R : sejujurnya, saya tidak menyukai atasan saya. Saya tidak diberikan kebebasan.


Hal-hal yang harus diperhatikan untuk terciptanya komunikasi pada level 2 dan 3 adalah:

  1. Sebagian besar orang senang berkomunikasi di level 1 jika mereka mengerti apa yang dapat diharapkan dari mereka. Menghindari trik-trik, tipuan, kebohongan, bersikap terus terang dan jujur.
  2. Orang senang berkomunikasi diatas level 1 jika mereka mempunyai interest pada seseorang, Organisasi yang diwakili seseorang, atau permasalahan daripada wawancara yang dilakukan.
  3. Orang senang berkomunikasi dengan seseorang jika diperlakukan dengan respek dan penuh atensi.
  4. Orang senang dengan komunikasi diatas level 1 jika seseorang memberikan suatu reward yang tidak biasa didapat secara nyata (uang, barang), dan barang tidak nyata (apresiasi, perasaan mampu, kebanggaan terlibat).

E. Interaksi verbal dan Non Verbal

1. Interaksi verbal
Kata adalah hubungan daripada huruf yang merupakan suatu simbol untuk orang, benda, peristiwa, ide, kepercayaan, dan perasaan. Untuk memahami orang lain, yang penting adalah gunakan kata dalam arti yang tepat (Irving Lee).

Gunakanlah kata-kata untuk mensukseskan wawancara:
  • Pilihlah kata-kata yang mudah dipahami orang lain
  • Ketahuilah arti dari kata-kata yang akan digunakan
  • Dengarkan pembicaraan orang dengan berbagai macam situasi
  • Bacalah buku-buku populer
  • Jangan lakukan; pemakaian bahasa slank, pemakaian bahasa yang tidak biasa diucapkan.

2. Interaksi Non verbal

65% - 95% daripada komunikasi adalah melalui tingkah laku non verbal, penampilan, cara berpakaian yang menampilkan emosi, trait kepribadian, sikap, reaksi, kepastian, interest, kebahagiaan, status, role playing, dan pencapaian waktu.

Oleh karena itu, perhatikan pihak lain untuk tanda-tanda non verbalnya. Berikut adalah contoh-contoh perilaku non verbal dan pesan yang ingin disampaikan.

Gesture Arti
Poor eye contact Ada sesuatu yang disembunyikan
Jabat tangan yang lemah Pemalu
Facial ekspresion Kejujuran
Kecepatan bicara tinggi Pentingnya suatu topik
Suara yang terengah-engah Nervous
Diam Mendorong pihak lain berbicara
Menumpangkan kaki Gelisah

F. Mendengarkan Efektif

Sukses atau tidaknya suatu wawancara sangat dipengaruhi oleh seberapa besar kemampuan/keterampilan mendengar satu sama lain. Wawancara tidak akan berhasil jika satu pihak terus berbicara dan tidak ingin mendengar. Seringkali, seorang pewawancara tidak mendengarkan secara baik pertanyaan dan jawaban responden, dan begitu juga sebaliknya.

Kebiasaan mendengar yang buruk dapat menyebabkan:
  • Hilangnya informasi
  • Gagal meneliti feedback
  • Gagal memotivasi pihak lain untuk berespon, menyatakan perasaannya, mendengarkan, dan berinteraksi.


Tiga pendekatan Mendengarkan yang efektif:

Pendekatan Tujuan Pedoman
1. Mendengarkan untuk pemahaman

Tujuan: Metode yang secara primer menerima isi dan hanya membutuhkan sedikit atau tidak sama sekali feedback dari pendengar
- Untuk mengerti dan tetap objektif
- Tidak menyelidiki secara kritis setiap pertanyaan, jawaban, atau reaksi.
- Digunakan diawal daripada wawancara, ketika sedang menjajagi
- Perjelas pertanyaan dan jawaban melalui pengulangan
- Berusaha memperoleh infomasi tambahan melalui probing
- Tanyakan infomrasi yang spesifik bila respon samar-samar
- Identifikasi tipe beliefnya, sikap, dan perasaan.
- Dengarkan isi kritik, ide-ide utama
- Bersabarlah, terutama bila informasi nampak tidak relevan/ tidak menarik.
- Dengarkan jawaban itee sebelum membuat rencana pertanyaan
- Catatlah informasi secara tepat untuk mengingat.
2. Mendengarkan dengan Empati Metode mendengar lebih dari menerima dan memahami. Hal ini untuk mengkomunikasikan kepada pihak lain hal y ang benar-benar tulus diungkapkan. Tujuan agar dapat menempatkan diri ketika berada di pihak lain. - Berespon terhadap pertanyaan dan jawaban terus terang
- Berusaha untuk tetap tidak menilai kecuali tidak ada pilihan lain
- Dengarkan secara baik denganmelihat pada arah dan kesempatan yang ada
- Dorongan untuk merasa senang dengan menunjukkan emosi secara jelas dan kuat. Begitupun sebaliknya. (Bila ada yang menangis, berikan kesempatan)
- Perlihatkan bahwa berminat dalam wawancara
- Jangan menginterupsi pihak lain.
3. Mendengarkan untuk evaluasi Metode mendengar untuk mendengarkan dengan seksama, tidak menyatakan ekspresi Untuk mengevaluasi suatu pihak - Tetap bersikap dingin saat dipojokkan
- Dengarkan secara baik sebelum membuat keputusan
- Dengarkan baik-baik pada kata-kata yang digunakan
- Perhatikan tanda-tanda nonverbal
- Tahanlah seluruh evaluasi, sebelum inti wawaancara selesai disimpulkan


Sekian artikel tentang Pengertian dan Fungsi Wawancara Sebagai Proses Komunikasi.

Posting Komentar untuk "Pengertian dan Fungsi Wawancara Sebagai Proses Komunikasi"