Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian dan Sejarah Psikologi Menurut Para Ahli

Pengertian dan Sejarah Psikologi Menurut Para Ahli - Pengertian psikologi dalam kehidupan sehari-hari memiliki beragam makna, dengan implikasi mentalistik, behavioristik atau abnormal. Kebanyakan orang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu tentang tingkah laku makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Ada juga yang membatasi hanya sebatas mempelajari jiwa dan tingkah laku manusia.

Secara harfiah, perkataan psikologi berasal dari dua kata Yunani, yaitu psyche, yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu, logika, atau nalar. Jadi psikologi dalam bahasa Indonesia adalah ilmu yang mempelajari jiwa.

Namun definisi tersebut menimbulkan banyak kesulitan, terutama dalam memenuhi syarat ilmu pengetahuan yang harus dapat dibuktikan secara nyata dan teruji secara empiris. Sementara membuktikan jiwa adalah sesuatu yang nyata adalah tidak mungkin, apalagi untuk mengukur dan menghitungnya dengan alat-alat yang obyektif.

Untuk itu, kemudian psikologi disebut sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya. Dengan pengertian tingkah laku jelas sudah jauh lebih nyata disbanding pengertian jiwa. Perilaku dapat bersifat terbuka (overt) yang langsung dapat diamati dan perilaku tertutup (covert) yang disimpulkan dari hal yang sebelumnya terjadi dan hal yang sesudahnya terjadi.

Pengertian dan Sejarah Psikologi Menurut Para Ahli 1_
image source: www.psychologytoday.com
baca juga: Sejarah dan Perkembangan Psikologi di Indonesia Menurut Para Ahli

Tingkah laku merupakan ekspresi dari jiwa. Oleh sebab itu, ekspresi mempunyai peranan penting dalam psikologi, walaupun tidak semua yang terdapat dalam jiwa selalu diekspresikan dalam tingkah laku. Ekspresi terbagi atas 3 macam, yaitu:
  1. Ekspresi verbal, yaitu pernyataan keadaan jiwa melalui kata-kata. 
  2. Ekspresi grafis, pernyataan melalui lukisan, coretan, dan tulisan. 
  3. Ekspresi motoris, pernyataan melalui perbuatan, tindakan, dan gerakan. 

Ketiga ekspresi itu sangat penting dalam mempelajari psikologi. Khususnya untuk ekspresi verbal sangat penting dalam mempelajari manusia karena merupakan khas manusia dan memberikan kemungkinan yang tak terbatas.

Berkaitan dengan ekstensi tingkah laku, tokoh pendiri aliran Psikoanalisa dalam psikologi yaitu Sigmund Freud (1856-1939) berpendapat bahwa jejak-jejak permanen dari tingkah laku tidak hanya terdapat dalam kesadaran seseorang, melainkan juga terdapat dalam ketidaksadarannya. Selanjutnya ia akan mengemukakan teori bahwa kehidupan kejiwaan seseorang terdiri dari tiga kualitas, yaitu:
  1. Kesadaran (consciousness), berisi hal-hal yang sadar.
  2. Bawah sadar atau subsadar (subconsciousness), berisi hal-hal yang sewaktu-waktu dapat muncul ke kesadaran.
  3. Ketidaksadaran (unconsciousness), berisi hal-hal yang tidak dapat atau tidak mau muncul ke kesadaran. 

Dengan teorinya ini maka Freud menggagalkan teori-teori sebelumnya yang hanya mengakui hal-hal yang sadar dalam psikologi, antara lain teori kesadaran yang dikemukakan oleh sarjana Perancis bernama Rene Descartes (1596-1650).

SEJARAH PSIKOLOGI

Sebelum kita sampai pada pembicaraan lebih lanjut tentang aliran-aliran dan tokoh dalam psikologi, maka kita akan membahas terlebih dahulu secara singkat perkembangan sejarah psikologi sejak awal hingga sekarang.

Dalam garis besarnya, sejarah psikologi dapat dibagi dalam dua tahap utama, yaitu masa sebelum dan masa sesudah menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Kedua tahapan itu dibatasi oleh berdirinya laboratorium psikologi yang pertama di Leipzig pada tahun 1879 yang didirikan oleh Wilhelm Wundt.

Sejak berdiri menjadi ilmu sendiri, psikologi mulai bercabang-cabang ke dalam aliran-aliran karena bertambahnya jumlah sarjana psikologi yang tentu saja menambah keragaman berpikir dan banyak pikiran tersebut yang tidak dapat disatukan satu sama lain. Karena itulah maka mereka yang merasa sepikiran, sependapat, menggabungkan diri dan menyusun suatu aliran tersendiri, seperti aliran strukturalisme, fungsionalisme, behaviorisme, dan sebagainya.

Pembicaraan sejarah ini akan dimulai dengan skema sejarah psikologi yang diperlukan untuk memahami peranan dari tiap-tiap aliran dan tokoh dalam suatu rangkaian yang besar dan bagaimana aliran dan tokoh yang berbeda-beda dan mewakili pemikiran yang berbeda-beda pula yang saling mempengaruhi atau mengkritik satu sama lainnya.

Gambar Skema Sejarah Psikologi

Pengertian dan Sejarah Psikologi Menurut Para Ahli_

Masa Yunani kuno

Sebelum psikologi berdiri sendiri sebagai ilmu pengetahuan, psikologi dipelajari oleh ahli filsafat dan ilmu faal. Filsafat sudah mempelajari gejala-gejala kejiwaan sejak 500-600 tahun SM, melalui filsuf-filsuf Yunani Kuno. Namun filsuf-filsuf tersebut belum mampu menjelaskan gejala-gejala kejiwaan tersebut secara alamiah. Apa yang mereka lakukan pada masa itu adalah mencoba menerangkan gejala-gejala kejiwaan melalui mitologi. Cara pendekatan seperti ini disebut dengan pendekatan yang naturalistik. Orientasi pendekatan naturalistikn adalah ingkungan fisik yang berada di luar manusia, sebagai causes of life-giving principles (hakekat kehidupan). Pendekatan ini dianut oleh Fisikawan Ionian (Ionian Physicist) yang hidup Abad 6 sebelum Masehi. Para pemikir ini berpikir bahwa kehidupan dan zat fisik adalah hal yang tak terpisahkan, jadi manusia sangat terkait dengan semesta, dan apa-apa yang menjelaskan manusia bisa ditemukan dalam semesta.

Beberapa sarjana Yunani yang membahas mengenai jiwa adalah:

1. Thales (640-546 SM)
Thales dikenal sebagai pemikir Yunani Kuno paling awal karena memperkenalkan matematika dan astronomi. Menurut beliau, air adalah elemen pertama, sehingga segala sesuatu yang ada di semesta berasal dari air, karena jiwa tidak mungkin berasal dari air, maka jiwa tidak ada. Segala sesuatu yang ada harus dapat diterangkan dengan gejala alam (natural phenomena).
2. Anaximander (610-546 SM)
Anaximander adalah murid Thales. Ia beranggapan bahwa bumi adalah sebuah silinder yang diputari matahari, bulan, dan bintang-bintang. Dia juga berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari sesuatu yang tidak tentu.
3. Empedocles (490-430 SM)
Menurutnya 4 elemen dasar alam (bumi/tanah, udara, api, air) dan manusia (tulang/otot/usus, fungsi hidup, rasio dan mental, cairan tubuh).
4. Hipocrates (460-375 SM)
Tipologi kepribadian dan cairan tubuh: (1) sanguine/penggembira-darah, (2) melankholik/pemurung-sumsum hitam, (3) kholerik/semangat dan gesit-sumsum kuning, (4) phlegmatik/lamban-lendir.

5. Phytagoras
Phytagoras mengajukan pendapat tentang keberadaan entitas abadi (immortal entity) sebagai asal dari sesuatu. Elemen ini memiliki fungsi merasa (di hati), intuisi, dan penalaran (di otak). Ia menekankan pada penalaran (dasar matematis).
6. Democritus (460-370 SM)
Menurut Democritus iwa terdiri dari atom-atom. Prinsip mekanistis dan materialistis.
7. Socrates (469-399 SM)
Socrates memperkenalkan metode maeutics, yaitu menarik keluar apa yang ada di dalam diri individu dengan tanya jawab. Socrates berpendapat bahwa pentingnya pemahaman terhadap diri sendiri.
8. Plato (427-347 SM)
Plato adalah murid Socrates. Menurutnya jiwa berisi ide-ide dari lahir, yaitu Psyche , yang dibagi menjadi 3 (Trichotomi), yaitu:
  1. Logisticon : berpikir yang berpusat di otak à Filsuf 
  2. Thumeticon : berkehendak, berpusat di dada à Serdadu 
  3. Abdomen : Berkeinginan, berpusat di perut à Pekerja 

Plato dikatakan penganut paham nativisme, yaitu tiap orang ditetapkan sejak lahir status atau kedudukannya kelak di masyarakat.
9. Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles adalah murid Plato. Menurutnya segala sesuatu yang berbentuk kejiwaan form harus menempati suatu wujud/matter (kecuali Tuhan). Wujud adalah ekspresi dari jiwa. Matter adalah realita (empirisme). Selanjutnya Aristoteles juga membedakan antara Hule (terbentuk) dengan Morphe (membentuk), dimana sebelumnya sesuatu itu hanyalah berupa kemungkinan. Menurutnya, fungsi dari jiwa adalah kemampuan mengenal dan berkehendak, yang dikenal sebagai “dikotomi”.

Psikologi dalam Pandangan Filsuf Islam

Filusuf Muslim lahir berkat masuknya pemikiran Yunani ke dalam permikiran Arab. Bermula dari diterjemahkannya filsafat Yunani, abad 9 Masehi, dalam bahasa Arab. Tujuan para filusuf muslim adalah untuk memberikan suatu teori lengkap mengenai kesatuan kosmos yang tidak hanya memuaskan akal pikiran, akan tetapi juga perasaan. Kemudian muncul falasifah (filosof / pemikir) Arab dari Timur, dipelopori oleh Al-Kindi. Filsafat berkembang pada masyarakat yang menikmati kebebasan, kedamaian, dan kemakmuran. Keruntuhan Filsafat Muslim di Timur sejak Baghdad di jarah.

1. Al Kindi
Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’kub bin Ishaq bin Sabbah al-Kindi. Ia lahir di Kufah, awal abad 9 M. Beliau wafat pada 873 M, di tengah-tengah keluarga yang berderajat tinggi, kaya akan kebudayaan dan terhormat. Al Kindi membuat studi tentang pengetahuan Yunani, Persia & India di Basrah dan Baghdad. Menurutnya “filsafat” adalah pengetahuan tentang hakekat segala sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia. Beliau terkenal sebagai ilmuwan filsafat, kedokteran, dan beberapa ilmu yang spesifik (astrologi, dll), penulis dan ilmuwan ensiklopedi. Selain itu, beliau juga menjadi Pengawas Bait al Hikmah di istana Abbasiyah pada masa Raja Al-Ma’mun. Karirnya di kerajaan berakhir pada masa Raja Mutawakkil karena tidak disukai, ia dituntut dan buku-bukunya disita.

Tulisannya berjumlah 275, tapi yang masih ada kurang dari 20. Al Kindi sangat dihormati oleh para pemikir Eropa di abad pertengahan. Menurutnya filsafat tidak dapat dipelajari tanpa matematika. Beliau menerapkan matematika dalam filsafat alam dan kedokteran. Menurut Al Kindi, dunia adalah karya Tuhan. Menurutnya hukum kausalitas mengatur semua peristiwa di dunia, dimana yang lebih tinggi menjadi sebab, yang lebih rendah menjadi akibat. Eksistensi tertinggi adalah akal/intelektual dari Tuhan. Ruh esensi yang terpisah dan kekal. Ruh memiliki pengetahuan indrawi dan pengetahuan akal. Adapun tingkat kecerdasan dalam ruh adalah:
  1. Potensi 
  2. Kecerdasan yang diperoleh / dikembangkan 
  3. Kecerdasan aktif 
  4. Akal sebagai agen (pelaku aktif) 

Menurut Al-Kindi, jiwa tidak tersusun, mempunyai arti, penting, sempurna, dan mulia. Jiwa bersifat spiritual, ilahiah, terpisah dan berbeda dari tubuh, tetapi saling berhubungan atau memberi bimbingan. Untuk mencapai keseimbangan, manusia memerlukan tuntutan, yaitu iman dan wahyu. Jiwa mempunyai 3 daya: daya bernafsu, daya pemarah, dan daya pemikir.

2. Al Farabi
Nama lengkap Abu Nasr Muhammad bin Tarkhan al Farabi. Ia lahir di Turki, belajar di Baghdad dan Harran, mengakhiri hidupnya di Damaskus 958 M. Al Farabi menguasai Bahasa Turki, Yunani, Persia, dll. Ia menjalani hidup dalam kemiskinan, pengasingan. Gelarnya Mu’allim-uts-Tsani (Maha guru Kedua). Al-Farabi adalah seorang yang logis. Bukunya 100 buah tentang sains. Ia adalah orang yang pertama menuliskan ensiklopedia sains. “Segala pengetahuan berasal dari Tasawwur (ide sederhana, baik rasa maupun akal), atau dari Tasdiq (sebuah pertimbangan & definisi). Ide (Tasawwur) terdiri dari ide tidak sempurna yang memerlukan konsep lain atau sebelumnya dan ide sempurna: terang, jelas, nyata. Tingkat perkembangan mental (kesadaran) menurut Al Farabi: kognisi (teoritis), aktivitas (praktis), dan afektif. Menurutnya ruh manusia bekerja dengan sebuah kekuatan “Akal Teoritis”. Sementara tingkat akal teoritis (kecerdasan) menurut Al Farabi adalah kecerdasan potensial, kecerdasan aktif, kecerdasan yang diperoleh, dan kecerdasan penguasa (sama dengan ego).

3. Ibnu Sina
Ibnu Sina adalah pemikir muslim terbesar, terakhir dari Timur. Ia lahir 985 M dan wafat 1037 M. Ia mempelajari sastra, filsafat, psikologi, matematika, kedokteran. Pada usia 17 tahun sudah terkenal karena kecendekiaannya. “Pedoman Pengobatan” nya diajarkan di universitas-universitas di Eropa hingga abad 17. Buku yang ditulisnya antara lain: a.l: Al-Syifa, Al-Mantiq al Mustasyriqin, Al-Isyarat. Menurutnya ilmu pengetahuan terbagi atas ilmu yg hanya untuk periode tertentu dan ilmu untuk sepanjang masa (ilmu-ilmu filosofis: umum & khusus).


Posting Komentar untuk "Pengertian dan Sejarah Psikologi Menurut Para Ahli"