Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Membentuk Perilaku Baru: Shaping, Prompting, dan Stimulus

Membentuk Perilaku Baru: Shaping, Prompting, dan Stimulus - Dalam artikel ini akan didiskusikan tentang membentuk perilaku yang baru (shaping, prompting, dan transfer stimulus). Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami dan menjelaskan tentang membentuk perilaku yang baru (shaping, prompting, dan transfer stimulus).

Membentuk perilaku yang baru

1. Shaping

Shaping digunakan untuk membentuk perilaku yang diinginkan secara bertahap. Shaping didefinisikan sebagai bentuk lain dari reinforcement secara berturut-turut (ada tahapannya) terhadap perilaku yang menjadi target .

Membentuk Perilaku Baru: Shaping, Prompting, dan Stimulus_
baca juga: Prinsip Dasar Hukuman dan Diskriminasi Modifikasi Perilaku

Dalam shaping melibatkan prinsip dasar dari reinforcement dan ektingsi. Perilaku yang diinginkan mendapatkan reinforcement sementara (perilaku menguat) dan yang tidak diinginkan tidak mendapat reinforcement (perilaku melemah)

Percobaan Skinner:
  1. Tikus bergerak ke arah tuas.
  2. Tikus menghadap tuas.
  3. Tikus mendekati tuas.
  4. Tikus mengangkat kepala dan kaki belakangnya.
  5. Tikus membuat gerakan menuju tuas dengan satu kaki.
  6. Tikus menyentuh tuas.
  7. Tikus menekan tuas

Langkah-langkah dalam Shaping

1. Identifikasi perilaku yang mendekati perilaku yang kamu inginkan

2. Memberikan reinforcement pada perilaku yang muncul--- perilaku menguat

3. Setelah perilaku yang diinginkan muncul maka berhenti memberikan reinforcement---- extinction burst--- perilaku yang diinginkan membiasa

4. Kemudian memberikan reinforcement terhadap perilaku yang membiasa yang mendekati perilaku yang ingin dibentuk.

5. Diulangi sehingga muncul perilaku baru yang diinginkan


2. Prompting


Prompt adalah stimulus/petunjuk yang diberikan sebelum atau selama perilaku muncul. Prompt membantu perilaku terjadi, sehingga guru dapat memberikan penguatan "(. Cooper, Heron, & Heward, 1987, hal 312).


Prompt adalah penyebab (antecedent) atau event yang bisa membangkitkan perilaku tertentu dalam situasi tertentu. Tipe dari Prompt ada dua: response prompts dan stimulus prompts.

1. Response Prompts: perilaku orang lain (individu B) yang menyebabkan munculnya respon perilaku pada individu A ketika hadirnya stimulus (SD). Response prompts ada empat hal yaitu: verbal prompts, gestural prompts, modeling prompts, physical prompts.

- Verbal Prompts: ketika perilaku verbal dari orang lain menghasilkan respon perilaku yang tepat ketika stimulus hadir. Verbal behavior adalah ketika kamu mengatakan sesuatu kepada orang lain yang membantu orang lain untuk melakukan tindakan/perilaku yang benar. Contoh: Natasha sedang belajar membaca, kemudian guru menunjukkan flash card dengan kata “mobil” kemudian guru mengatakan “mobil” (verbal prompt). Dengan verbal prompt tersebut maka Natasha mampu memberikan respon yang benar dengan mengucapkan “mobil”. Verbal prompt meliputi instruksi, kata kunci, reminders, pertanyaan dalam bentuk verbal yang bisa membantu sesorang untuk menunjukkan tindakan/perilaku yang benar.

- Gestural Prompts: gerakan tubuh atau badan seseorang yang membantu orang lain membuat tindakan yang benar ketika stimulus hadir (SD). Namun ketika seseorang memberikan modeling itu bukanlah Gestural Prompts. Contoh dari Gestural Prompts adalah ketika pelatih menunjukkan kepada anak didiknya dimana seharusnya si anak berdiri di lapangan ketika bermain base ball. Perilaku menunjuk adalah Gestural Prompts. Contoh lainny adalah ketika guru menunjukkan dua buah kartu yang berisi tulisan EXIT dan ENTER, karena siswa tersebut tidak tahu bacaan dari huruf tersebut kemudian guru menyediakan Gestural Prompts dengan cara melihat langsung ke kartu dengan tulisan EXIT sehingga siswa akan menunjukkan kartu EXIT, gerakan melihat langsung dikategorikan sebagai Gestural Prompts.

- Modeling Prompts: demonstrasi/demo yang ditunjukkan oleh orang lain sehingga individu A ada kemungkinan untuk melakukan tindakan yang tepat ketika stimulus hadir. Individu A mengamati dan mengimitasi cara melakukan sesuatu berdasarkan yang dicontohkan orang lain. Contoh: pelatih menunjukkan cara yang benar menendang bola, sehingga atlit bisa mengobservasi, mengetahui dan melakukan dengan benar cara menendang bola. Modeling prompts akan efektif jika individu A memiliki pengalaman sebelumnya dimana perilaku meniru dengan tepat mendapat penguatan. Oleh karena itu, modeling prompts menjadi stimulus control untuk perilaku mengimitasi.

- Physical Prompts: seseorang membantu secara fisik kepada orang lain. Contoh: Seorang pelatih membantu atlit cara memegang tongkat pemukul base ball secara benar, kemudian membantunya mengayunkan tongkat tersebut sehingga bisa memukul bola. Physical prompt adalah bimbingan dari tangan-ke-tangan, dimana trainer membantu melalui tangan orang tersebut secara langsung. Contoh lainnya: guru seni membantu siswanya secara langsung bagaimana mencetak tanah liat.

Response prompts ini sangat mengganggu, karena promts ini seseorang mengontrol perilaku orang lainnya. Dalam situasi belajar hal tersebut tentu saja dapat diterima. Namun, sebisa mungkin kamu menggunakan prompt yang tidak begitu mengganggu sampai yang paling mengganggu sehingga orang tersebut terlibat untu melakukan tindakan yang benar.


2. Stimulus Prompts: dalam stimulus prompt yang dirubah adalah stimulusnya, menambah atau mengurangi stimulusnya, sehingga respon yang tepat bisa dilakukan. Stimulus prompt melibatkan perubahan pada SD atau S-delta (S∆), sehingga SD lebih kelihatan dan (S∆) tidak begitu kelihat dan individu tersebut melakukan respon yang tepat ketika muncul SD (individu bisa melakukan diskriminasi ). Merubah SD disebut within-stimulus prompt dan menambahkan stimulus atau isyarat kepada SD disebut extra-stimulus prompt. Keterangan sebagai berikut:

-  Within-Stimulus Prompts: kamu bisa mengganti SD atau S∆ dengan berbagai cara. Dengan mengganti posisi ataupun dimensi dari SD atau S∆, seperti: ukuran, bentuk, warna, dan intensitas. Contoh: pelatih menggunakan stimulus prompt untuk melatih para atlitnya memukul bola baseball dengan benar. SD nya adalah memberikan reinforcement ketika atlit memukul bola dari jarak yang dekat, dan kemudian mengganti ukuran jaraknya sehingga atlit bisa memukulnya dari jarak yang normal. Contoh lainnya: ketika guru ingin mengajarkan bacaan flash card kata KELUAR, maka guru with-in stimulus yang diberikan guru adalah mendekatkan flash card kata KELUAR dengan siswa tersebut, dan menjauhkan flash card kata “MASUK”, atau cara lainnya adalah membuat flash card kata “KELUAR” lebih besar dari pada kata “MASUK”.

- Extra-stimulus Prompts: memberikan tambahan stimulus dari stimulus prompts yang sudah ada untuk membantu seseorang membuat “diskriminas” dengna tepat (membedakan dengan tepat). Wacker dan Berg (1983) menggunakan picture prompts untuk membantu orang dewasa dengan gangguan intelektual untuk menyelesaikan pekerjaan yang kompleks secara tepat. Tugas yang dilakukan meliputi merakit ataupun mengemas barang. picture prompts membantu orang tersebut melaksanakan tugasnya secara tepat. Alberto dan Toutman (1986) melakukan eksperimen untuk anak kecil yang belajar mengenali tangan kanan dan tangan kiri. Gurunya kemudian menggambarkan tanda X pada punggung tangan kanan, sehingga anak tersebut dapat membedakan/ mendiskriminasikan antara tangan kanan dan kiri.


3. Transfer stimulus kontrol

Ketika respon yang tepat sudah dilakukan, maka prompts harus dihilangkan, kemudian melakukan transfer kontrol stimulus (transfer of stimulus control) ke natural SD. Training tidak sempurna sampai siswa/ atlit/ ataupun orang yang kita ajarkan bisa melakukan tindakan tersebut sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Tujuan akhir dari Transfer control stimulus adalah melakukan tindakan yang benar pada saat yang tepat tanpa adanya bantuan/petunjuk/ prompts. Ada beberapa cara untuk melakukan transfer kontrol stimulus (transfer of stimulus control) yaitu: prompt fading, prompt delay, dan stimulus fading. Tujuan dari metode ini adalah mengalihkan dari transfer kontrol stimulus (transfer of stimulus control) ke stimulus control yang lebih natural dari stimulus yang ada saat tersebut.

- Prompt fading: response prompt dieliminasi secara bertahap. Sebagai contoh: ketika mengajarkan membaca (contoh: kata ibu) maka guru akan memberikan verbal prompt. Namun dengan menggunakan prompt fading maka guru pertama-tama hanya mengatakan sebagian dari kata tersebut (contoh:ib..), kemudian mengatakan huruf pertama (i…), dan pada akhirnya guru tidak mengatakan apapun ketika stimulus (kata ibu) hadir. Prompt fading ada dua yaitu:

  1. Fading within prompt
  2. Fading across prompt
    a. Least –to-most prompting
    b. Most-to-least prompting


Contoh: Lucy dengan gangguan fungsi kognisi bekerja di toko sepatu, tugasnya adalah menarik kertas yang ada di dalam sepatu. Karena Lucy tidak bisa melakukannya sendiri maka manager menggunakan metode prompting dan fading dengan metode least-to-most (least intrusive- most intrusive). Berikut langkah-langkahnya: verbal prompt –least intrusive (contoh: Lucy tarik kertas yang ada di dalam sepatu, itu adalah tugasmu), namun dalam 5 detik Lucy tidak melakukan apaun kemudian manager melakukan gestural prompt (contoh: mengucapkan sambil menunjukkan ke arah sepatu dan kertas yang ada di dalamnya), Lucy tidak merespon dalam 5 detik, kemudian manager melakukan model prompt (memberikan contoh cara melakukannya), dalam 5 detik tidak juga melakukannya maka manager melakukan Physical prompt (menggerakkan tangan Lucy sambil memberikan arahan secara verbal) setelah tindakan tersebut maka manager memberikan penguatan (reinforcement). Untuk percobaan berikutnya, Lucy akan melakukan tindakan yang benar sebelum adanya Physical prompt, manager melakukan hal tersebut sampai Lucy melakukan tindakan yang benar, selanjutnya sebelum model prompt , gestural prompt, dan pada akhirnya Lucy mampu menarik kertas dari dalam sepatu tanpa adanya prompts. Pemberian prompts semakin berkurang dan berkurang.

Contoh lainnya dalam teknik prompt adalah Most-to-least prompting dan fading. Pada metode ini, metode intrusive prompt pertama sekali digunakan kemudian berkurang seiring perilaku yang tepat di lakukan. Metode ini dilakukan ketika terapis meyakini bahwa dengan memberikan intrusive prompt-physical prompt maka individu tersebut bisa melakukan tindakan yang benar. Sebagai contoh pada kasus Lucy, manager menggunakan physical prompt dan dan verbal prompt. Seiring dengan trainer mengurangi physical prompt Lucy melakukan tindakan yang benar. setelah itu manager menggunakan verbal dan gestrual prompt. Semakin berhasil Lucy melakukan tindakan tersebut maka manager akan mengurangi gestural prompt dan hanya menggunakan verbal prompt. Pada akhirnya, manager akan menghilangkan verbal prompt seiring Lucy melakukan tindakanyang benar.

- Prompt delay: jenis lain dari transfer stimulus control dari respon prompt ke stimulus yang natural adalah prompt delay. Prosedur dari prompt delay adalah, menghadirkan stimulus, kemudian menunggu beberapa menit, jika respon/tingkah laku yang diharapkan tidak muncul maka dilakukan prompt. Rentang waktu antara kehadiran stimulus (SD) dengan pemberian prompt bisa constant atau progressif (bertambah). Contoh: Cuvo dan Klatt (1992) mengajarkan remaja cacat membaca kata-kata yang umum (seperti: laki-laki, wanita, stop, masuk), jika siswa tidak merespon dalam waktu 4 detik maka guru akan memberikan verbal prompt dengan cara membacakan kata tersebut untuk mereka. Pada akhirnya, semua siswa membaca dalam waktu kurang dari 4 detik dan prompt pun tidak diberikan lagi.

Contoh lainnya;


- Stimulus Fading: mengurangi stimulus prompt secara bertahap dan menggantikannya dengan stimulus yang sebenarnya (SD). apabila stimulus prompt mecakup menambah stimulus yang ada (extra-stimulus prompt), maka stimulus fading dilakukan secara bertahap dari stimulus tambahan tersebut ketika kehadiran stimulus. Contoh: ketika belajar tangan kanan dan kiri pada anak-anak, maka extra-stimulus (membuat tanda X di tangan kanan) harus dihilangkan secara bertahap seiring hadirnya stimulus yang ada (ketika guru bertanya yang mana tangan kanan). Contoh lainnya: ketika anak belajar perkalian menggunakan flash card dengan menggunakan jawaban perkalian ada di bagian belakangnya (stimulus prompt). Maka siswa menggunakan stimulus fading ketika mereka semakin berkurang melihat ke bagian belakang kartu dalam menjawab soal.


From Matson, J. L., Sevin, J. A., Fridley, D., & Love, S.R. (1990). Increasing spontaneous
language in three autistic children. Journal of Applied Behaviour Analysis, 23, 227–233.
Copyright © 1990 Society for the Experimental Analysis of Behavior. Reprinted by permission of the
Society for the Experimental Analysis of Behavior

Bagaimana menggunakan Prompting dan Transfer dari Control Stimulus (Transfer of Stimulus Control)

1. Pilihlah strategi prompting yang tepat.

2. Dapatkan perhatian dari orang yang ingin kita ubah perilakunya

3. Hadirkan stimulus (SD).

4. Lakukan prompt yang menghasilkan perilaku yang benar

5. Beri penguatan (reinforcement) pada perilaku yang benar

6. Transfer stimulus control

7. Lanjutkan memberikan penguatan pada perilaku yang dilakukan tanpa ada prompt (petunjuk).

Sekian artikel tentang Membentuk Perilaku Baru: Shaping, Prompting, dan Stimulus.

Daftar Pustaka
  • Miltenberger, G.R. (2012). Behavior modification: principles and procedures. 5th edition. USA: Wadsworth Cengage Learning. 
  • Martin, G. (2007). Behavior Modification 8th edition: what it is and how to do it. USA: Pearson Prentice Hall
  • Sarafino. P. E. (2012). Applied behavior analysis , principles and procedures for modifying behavior. USA: John Wiley & Sons, inc.

Posting Komentar untuk "Membentuk Perilaku Baru: Shaping, Prompting, dan Stimulus"