Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prosedur Meningkatkan Perilaku dan Menghilangkan Perilaku

Prosedur Meningkatkan Perilaku dan Menghilangkan Perilaku - Dalam artikel ini akan didiskusikan tentang meningkatkan perilaku yang diinginkan dan menurunkan/menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami dan menjelaskan tentang prosedur meningkatkan perilaku yang diinginkan dan menurunkan/menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.

Prosedur meningkatkan perilaku yang diinginkan dan menurunkan/menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan

Prosedur Meningkatkan Perilaku dan Menghilangkan Perilaku_
image source: nancyebailey.com

Prosedur Kontrol Antecedent (Antecedent Control Procedures)

1.    Pengertian Prosedur Kontrol Penyebab (Antecedent Control Procedures)
Prosedur Kontrol Penyebab (Antecedent Control Procedures) atau yang lebih dikenal dengan nama Antecedent manipulation  adalah prosedur memanipulasi stimulus yang dapat membangkitkan perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.

Contoh:
Marianne, seorang mahasiswa yang sedang berkuliah di universitas X, mendapatkan nilai D dan E di semua mata kuliah yang ia ambil semester ini. Ia pergi ke pusat konseling universitas untuk meminta bantuan. Setelah dilakukan assessment ditemukan permasalahannya yaitu Marianne belajar system SKS (Sistem Kebut Semalam). Ia memiliki banyak teman sehingga banyak waktu dihabiskan untuk berpesta, bercengkrama dengan teman, menonton tv. Hasilnya ia panic saat menjelang ujian dan terpaksa belajar dengan system SKS. Kemudian konselor memutuskan untuk menggunakan metode Prosedur Kontrol Penyebab (Antecedent Control Procedures) untuk membantu Marianne untuk belajar lebih baik lain, sehingga dibuatlah perencanaan sebagai berikut:
·         Dua jam dalam setiap hari ia berusaha untuk belajar dan mencatatannya dalam agenda hariannya.
·         Ia memutuskan untuk belajar di perpustakaan. Tempat dimana temannya jarang berkumpul, sehingga ia bisa belajar.
·         Ia memetakan seorang teman belajar setiap harinya, dan merencanakan belajar sama beberapa hari dalam seminggu.
·         Ia mencatat rencana kerjanya dan menempelkannya di kulkas setiap awal minggu.
·         Ia menyimpan buku di dalam tasnya sehingga ia dapat belajar ketika memiliki waktu luang.
·         Ia menuliskan jadwal ujian di dalam kalender yang ada di kamarnya. Kemudian menyilangnya setiap hari, sehingga ia bisa mempersiapkan diri dengan semakin dekatnya jadwal ujian.
·         Ia membuat kontrak dengan konselornya dan berjanji untuk menyediakan waktu untuk belajar yang sudah terjadwal.

2.    Manipulasi penyebab (antecedent) yang dapat memunculkan perilaku yang diinginkan
a.    Menghadirkan stimulus (SD) ataupun stimulus tambahan/signal (cues) yang memiliki stimulus control pada perilaku yang diinginkan. Mengatur kondisi yang tepat sehingga perilaku yang diinginkan bisa muncul.
Contoh (kasus Marriane):
stimulus (SD): meja di lokasi yang tenang, dengan buku ataupun catatan yang tersedia. Ia mengatur stimulus (SD) dengan cara pergi ke perpustakaan dan menyimpan buku bacaan di dalam tasnya.
stimulus tambahan/signal (cues): Menuliskan rencana belajar 2 jam dalam setiap hari dan menempelkan jadwalnya di kulas  (stimulus prompt). Belajar dengan teman (response prompt).

b.    Mengatur konsekuensi dari perilaku sehingga konsekuensi menjadi lebih menguatkan (reinforcing).

Contoh:
Matt, 13 tahun, ketidakmampuan intelegensi memiliki masalah ketika akan tidur jam 11 malam. Ia sulit untuk disuruh tidur sehingga sering terjadi pertengkaran mulut dengan orang tuanya. Ia selalu menonton tv sampai malam dan baru tidur pada pukul 1 dini hari. Karena ia tidur terlalu malam sehingga pagi hari sangat sulit untuk dibangunkan dan hasilnya ia selalu terlambat ke sekolah dan sesampainya dirumah dari pulang sekolah ia selalu merasa kelelahan dan tidur sehingga pada malam harinya ia tidak begitu mengantuk.

Lalu bagaimana cara orang tua Matt menciptakan situasi dimana konsekuensi akan lebih menguatkan (reinforcing)?

Orang tua Matt membuatnya tidak tidur di siang hari dengan beragam aktivitas lainnya, sehingga hal tersebut bisa membuatnya lelah ketika jam tidur. Hal tersebut membuat konsekuensi “tidur” nilainya lebih meningkat (reinforcing).

c.     Mengurangi response usaha untuk melakukan tindakan yang diinginkan.untuk mengatur penyebab (antecedent) sedemikian rupa sehingga usaha untuk melakukannya tidak begitu besar. Perilaku yang tidak membutuhkan usaha yang besar cenderung untuk muncul lebih sering daripada perilaku yang membutuhkan usaha yang besar untuk mengerjakannya.

Contoh (marrianne):
Dengan membawa buku di dalam tasnya, hal tersebut mempermudah akses untuk belajar. Jika ia meletakkan buku di lemari dirumahnya maka akan sangat sulit baginya untuk mengakses buku tersebut.

3.    Manipulasi penyebab (antecedent) yang dapat mengurangi/menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan
a.    Menghilangkan stimulus (SD) ataupun stimulus tambahan/signal (cues) pada perilaku tidak diinginkan
Contoh:
stimulus (SD): kehadiran teman sehingga bisa bercengkrama dan pesta, adanya tv di rumah. Ia menghilangkan stimulus (SD) dengan cara pergi ke perpustakaan dimana tidak ada tv dan teman-temannya.
stimulus tambahan/signal (cues) SDs: Menuliskan rencana belajar 2 jam dalam setiap hari dan menempelkan jadwalnya di kulas  (stimulus prompt). Dengan tujuan agar teman-temannya tidak mengganggunya pada jadwal tersebut, sehingga memungkinkannya untuk belajar.

b.    Melaksanakan prosedur penghapusan (Abolishing Operation) untuk outcome dari perilaku yang tidak diinginkan. Membuat outcome dari perilaku yang tidak diinginkan menjadi tidak memiliki efek penguat atau efek penguatnya berkurang, sehingga seseorang tidak akan melakukan tindakan tersebut.
Contoh:
Millea ketika istirahat siang ia menggunakan waktunya untuk melakukan olahraga lari sekitar 4-5 km. namun belakangan ini, ia sering tidur malam karena menonton tv. Sehingga di ketika waktu istirahat siang ia lebih memilih untuk tidur siang daripada melakukan olah raga.

Untuk membuat ia tidak tidur siang dan lebih memilih untuk lari, Millea dapat melakukan prosedur penghapusan (Abolishing operation) untuk tidur siangnya. Lalu bagaimana caranya?

Mengatur jam tidur sehingga “tidur siang” menjadi kurang menarik/less reinforcing. Atau mengeliminasi SD dengan atau pergi ke klub kesehatan dan mengganti pakaiannya menjadi pakaian olah raga dan kemudian mulai berlari sehingga sangat kecil kemungkinan untuknya tidur.
c.     Seseorang harus meningkatkan usahanya ketika akan melakukan sebuah tindakan yang tidak diinginkan atau ingin dihilangkan.
Contoh (Millea):
Dengan perginya Millea ke klub kesehatan, sehingga ia membutuhkan usaha yang besar jika ingin tidur, karena ia harus kembali mengendarai kendaraan ke rumahnya (membutuhkan usaha besar untuk melakukannya) jika dibandingkan dengan melakuakan latihan di klub kesehatan.

Contoh (Marianne):
Ketika belajar di perpustakaan, Marianne membuatnya membutuhkan usaha yang besar jika ingin menonton atau berbicara dengan teman-temanya. Sehingga kecil kemungkinan baginya untuk melakukannya karena membutuhkan usaha yang besar.

4.    Penelitian tentang Strategi Kontrol Penyebab (Antecedent Control Strategies)
·         Mengontrol perilaku membuang sampah dengan memodifikasi tong sampah yang berbentu seperti topi yang mirip fans football  dari universitas X. kemudian ketika seseorang membuang sampah ke dalamnya maka muncul kata “terima kasih” dari dalamnya (O’ Neill, Blank, dan Joyner, 1980).

·         Memberikan material rekreasi dan memberikan promptkepada  orang tua yang ada di pusat rumah lansia. Sehingga interaksi antar anggota pusat rumah lansia semakin meningkat (McClannahan dan Risley, 1975).
·         Stiker dan memo untuk mengingatkan orang yang mengendari mobil untuk memasang seatbelt nya (Rogers, Rogers, Bailey, Runkle, & Moore, 1988).

5.    Menggunakan Strategi Kontrol Penyebab (Antecedent Control Strategies)
Bagaimana kita bisa mengetahui Strategi Kontrol Penyebab (Antecedent Control Strategies) cocok untuk situasi tertentu? Caranya adalah dengna melakukan assessment three term contingency (ABC).

Analisa three term contingency (ABC) untuk perilaku yang diinginkan.
1.    Identifikasikan dan definisikan perilaku yang ingin kamu tingkatkan? Bisakah kamu mengurangi usaha sehingga tidak terlalu banyak energy yang dihabiskan untuk melakukan tindakan tersebut?
2.    Analisa penyebab (antecedent) dari perilaku yang diinginkan. Apakah yang menjadi SDs untuk perilaku yang ingin ditingkatkan?
3.    Identifikasikan reinforcer untuk perilaku yang diinginkan. Apakah reinforcementtersebut bisa membuat perilaku lebih bertahan lama? Bisakah dimodifikasi establishing operation untuk meningkatkan efektivitas dari reinforcement?

Analisa three term contingency (ABC) untuk perilaku yang tidak diinginkan.
1.    Mengidentifikasi perilaku yang tidak diinginkan.
2.    Menganalisa tentang penyebab (antecedent) dari perilaku yang tidak diinginkan.
3.    Mengidentifikasikan reinforcement yang memperkuat perilaku yang tidak diinginkan

Aplikasi Ekstingsi

Untuk menggunakan teknik ekstingsi, pertama sekali harus diidentifikasikan reinforcement yang membuat perilaku bertahan lama dan kemudian mengeliminasinya. Perilaku yang tidak mendapat penguatan maka lama kelamaan akan berkurang dan menghilang.
Dalam melakukan generalisasi setelah adanya perubahan pada perilaku atau munculnya perilaku baru adalah melakukan generalisasi dengan cara mengaplikasikannya di setiap kesempatan dan di segala situasi. Langkah-langkah dalam melakukan ekstingsi:
1.     Melakukan pengumpulan data tentang efek dari treatment yang diberikan. Kamu harus merecord semua data sbelum dan sesudah melakukan ekstingsi.
2.     Mengidentifikasikan reinforcement untuk perilaku bermasalah melalui assessment. Tahapan ini adalah proses yang paling penting karena terapis/ psikolog harus memetakan reinforcement  yang mana yang bisa menguatkan perilaku. Sehingga dalam proses ekstingsi bisa dilakukan eliminasi.
3.     Mengeliminasi reinforce setelah dari perilaku yang bermasalah.
·         Sudah kah kamu sudah mengidentifikasikan reinforcer? Gagal dalam memetakan stimulus atau kondisi yang berfungsi sebagai reinforce dari perilaku yang bermasalah maka akan gagal menggunakan prosedur secara tepat.
Contoh: Dalam penelitian Iwata dkk, ditemukan bahwa penyebab perilaku menyakiti diri sendiri- Self- Injurious Behavior (SIB), bagi anak A diperkuat oleh perhatian (positive reinforcement),  untuk anak B diperkuat oleh perilaku menghindari dari tugas sekolah (negative reinforcement),  untuk anak C SIB di reinforce oleh konsekuensi sensoris yang bersifat otomatis dari perilaku itu sendiri. Iwata menggunakan metode ekstingsi  yang berbeda.



·         Bisakah kamu mengeliminasi reinforce?
Ekstingsi pada reinforcement positif. Ketika perilaku mendapatkan reinforcement positif maka orang tersebut tidak mendapat penguatan positif setelah perilaku tersebut muncul.
Ekstingsi pada reinforcement negative. Ketika perilaku mendapatkan reinforcementnegative, sehingga ekstingsi pada peirlaku orang ini adalah orang tersebut tidak dapat lari dari stimulus yang tidak menyenangkan (aversive stimulus) teknik ini disebut juga escape extinction.
Contoh: Pada penelitian Iwata dkk dalam kasus anak SIB, maka untuk anak yang mendapatkan reinforcement positif maka yang dilakukan adalah tidak memberikan perhatian (anak A), untuk anak yang mendapatkan reinforcement  negative maka yang dilakukan adalah tidak membiarkan anak tersebut lari dari tugas sekolahnya (anak B), untuk anak yang mendapatkan reinforcement positif yang otomatis adalah maka yang dilakukan adalah dengan menggunakan helm sehingga sensasi sensorik yang ia rasakan saat membenturkan kepalanya tidak terjadi (anak C).
·         Apakah aman untuk menggunakan teknik ekstingsi? Sebelum diputuskan apakah ekstingsi adalah metode yang tepat atau tidak, maka harus dipastikan bahwa aman digunakan teknik ekstingsi ini. Jika tidak memungkinkan maka harus digunakan teknik lainnya.
·         Bisakah “peledakan ekstingsi” “extinction burst” ditoleransi? Sebelum dilakukan teknik ekstingsi harus diperkirakan apakah extinction burst bisa ditoleransi ataukah tidak? Jika tidak bisa maka gunakanlah teknik lainnya.
·         Bisakah ekstingsi dilakukan secara konsisten? Semua pihak yang terlibat dalam treatmentini harus secara konsisten melakukan teknik ekstingsi ini secara konsisten setiap kali perilaku yang ingin diubah tersebut muncul. Jika sesekali peirlaku tersebut diberikan reinforcementmaka sebaiknya digunakan prosedur intermittent reinforcement daripada ekstingsi.

4.     Pertimbangkan jadwal dari reinforcement untuk perilaku yang bermasalah. Penting untuk dipertimbangkan apakah perilaku yang ingin diubah tersebut diperkuat oleh continuous atau intermittent sehingga bisa memperhitungkan penurunan intensitas dari perilaku tersebut ketika ekstingsi diimplementasikan. 


Contoh:
Kazdin dan Polster (1973) melakukan penelitian untuk melihat perbedaaan efek ekstingsi pada continuousdan intermittent reinforcement. Penelitian pada 2 orang laki-laki yang mengalami gangguan intelektual ketika jam istirahat di tempat  kerja dengan menggunakan token. Sebelumnya subjek ini tidak aktif dalam berinteraksi sebelum diberikan token, dan setelah ada program token maka perilaku berinteraksi meningkat. Ketika peneliti menghentikan pemberian token  (prosedur ekstingsi) maka perilaku interaksi social menghilang. Setelah itu diadakan eksperimen yang kedua, seorang subyek mendapatkan token secara terus menerus (continuous) dan yang satu lagi pemberian token secara berselang (intermittent). Setelah prosedur tersebut maka dilanjutkan dengan teknik ekstingsi.  Hasil penelitian menemukan bahwa subyek yang mendapatkan continuous reinforcementberhenti untuk berinteraksi, dan subjek yang mendapat penguatan secara intermittent (berselang) perilaku untuk berinteraksi dengan orang sekitar menjadi konsisten dan berlanjut.

5.     Memberikan reinforce pada perilaku lainnya
Memberikan reinforce pada perilaku lainnya atau yang disebut sebagai Producing Alternative Behaviors adalah prosedur ekstingsi yang menurunkan perilaku yang bermasalah, dan memberikan reinforcementpaa perilaku alternative yang bisa menggantikan perilaku yang bermasalah tadi. Ketika perilaku alternative menghasilkan konsekuensi yang memberikan penguatan maka perilaku yang tidak diinginkan cenderung tidak muncul lagi setelah prosedur ekstingsi.
                                                                                                                       
6.     Mempromosikan generalisasi dan mempertahankannya.
Generalisasi dari perilaku setelah dilakukan prosedur ekstingsi bahwa perilaku bermasalah akan berhenti (dan perilaku alternative akan terjadi) di setiap keadaan dalam berbagai situasi. Maintananceartinya perilaku tersebut berubah untuk selamanya. Untuk mempromosikan generalisasi maka ekstingsi harus dilakukan secara konsisten oleh semua orang yang terlibat di semua tempat dan keadaan.

Evaluasi Riset dalam Menggunakan Ekstingsi

Penelitian Rekers dan Lovaas (1974) dalam mengurangi perilaku yang tidak tepat berdasarkan gender pada anak laki-laki usia 5 tahun. Craig terlibat dengan permainan yang sifatnya lebih feminim. Maka prosedur yang dilakukan adalah ketiak bermain dengan mainan yang sifatnya feminism, maka orangtuanya menggunakan prosedur ekstingsi. Karena perhatian dari orangtuanya memperkuat perilakunya tersebut, maka orangtuanya tidak memperlihatkan perhatiannya. Akan tetapi, ketika Craig bermain dengan mainan maskulin, maka orangtuanya memberikan perhatian. Hasil menunjukkan bahwa perilaku bermain kepada hal-hal yang bersifat maskulin.

Penelitian Rincover dkk dalam melakukan pengurangan  perilaku yang bermasalah yang diakibatkan oleh automatic reinforcement (dalam bentuk sensori), subjek penelitian “R” sering memutar piring atau objek lainnya di atas permukaan meja. Kemudian peneliti membuat hipotesa bahwa suara piring yang ditimbulkan dari gesekannya dengan meja menghasilkan sensory reinforce pada perilaku R. Sehingga ekstingsi yang dilakukan adalah merubah bunyi suara yang diproduksi oleh perilaku tersebut, dengan melapisi meja dengan karpet sehingga suara tersebut tidak terdengar lagi ketika R memutar piring di atas meja. Ketika perilaku tersebut tidak menghasilkan konsekuensi reinforcing auditory, maka perilaku tersebut menghilang.

Sekian artikel tentang Prosedur Meningkatkan Perilaku dan Menghilangkan Perilaku,

Daftar Pustaka

  • Miltenberger, G.R. (2012). Behavior modification: principles and procedures. 5th edition. USA: Wadsworth Cengage Learning.
  • Martin, G. (2007). Behavior Modification 8th edition: what it is and how to do it. USA: Pearson Prentice Hall
  • Sarafino. P. E. (2012). Applied behavior analysis , principles and procedures for modifying behavior. USA: John Wiley & Sons, inc.

Posting Komentar untuk "Prosedur Meningkatkan Perilaku dan Menghilangkan Perilaku"