Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Definisi dan Teori-Teori Psikologi Sosial Menurut Para Ahli

Definisi dan Teori-Teori Psikologi Sosial Menurut Para Ahli - Psikologi sosial saat ini membawa manfaat yang luar biasa dari sebelumnya. Psikologi sosial membantu masyarakat memahami kisah-kisah peristiwa dalam masyarakat akhir-akhir ini seperti terorisme, prasangka etnis, pelecehan seksual, dampak teknologi dan berbagai fenomena sosial disekitar kita. Psikologi sosial telah mendapat tempat yang penting dalam psikologi modern. Psikologi sosial telah memberikan pencerahan terhadap fungsi pemikiran masyarakat dan memperkaya jiwa masyarakat (Taylor, Peplau, dan Sears, 2009).

Melalui berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh ilmuwan psikologi sosial, para ilmuwan menandaskan bahwa untuk dapat memahami perilaku manusia, maka perlu mengetahui peranan dari situasi permasalahan dan budaya. Pengaruh dari variable-variabel situasional dalam mentransformasikan perilaku melalui cara yang tidak bias diprediksi bila hanya memahami apa yang ada dalam diri manusia, seperti disposisi bawaan ataupun yang dipelajari.

Situasi-situasi sosial tersebut bukanlah merupakan variable eksternal seperti yang dipercaya oleh penganut behaviorisme radikal, melainkan merupakan konstruk realitas yang dialami bersama atau sebuah konstruk subjektif yang kita bentuk dan kita berikan kepada orang lain (Zimbardo dalam baron dan Byrne, 2005).

A. Definisi Psikologi Sosial

Taylor, Peplau, dan Sears (2009) mendefinisikan psikologi sosial sebagai studi ilmiah tentang bagaimana orang berpikir, mempengaruhi, dan berhubungan dengan orang lain. Sementara Baron dan Byrne berpendapat bahwa psikologi sosial merupakan studi ilmiah yang mencoba memahami asal-usul dan sebab-sebab individu dalam situasi sosial.

Definisi dan Teori-Teori Psikologi Sosial Menurut Para Ahli_
image source: study.com

baca juga: Sejarah, Pengertian, dan Kedudukan Psikologi Sosial

B. Teori-Teori dalam Psikologi Sosial
 
1. Psikoanalisa Teori Motivasi

Teori ini berfokus pada kebutuhan atau motif individu. Pengalaman sehari-hari maupun riset psikologi sosial telah memberikan banyak contoh bagaimana kebutuhan kita bisa mempengaruhi persepsi kita, sikap, dan perilaku individu. Misalnya, untuk menjaga harga diri, individu cenderung menyalahkan orang lain ketika sedang mengalami kegagalan, dan apabila mendapat keberhasilan, individu cenderung mengatakan bahwa itu adalah hasil jerih payahnya selama ini.

Pandangan Freudian atau psikoanalitik tentang motivasi menunjukkan arti penting dari dorongan bawaan  (inborn) individu. Khususnya dorongan yang berhubungan dengan seksualitas dan agresi. Sebaliknya psikologi sosial lebih memahami fenomena tersebut sebagai pertimbangan sederet kebutuhan dan keinginan manusia. Psikolog sosial juga menekankan cara dimana situasi dan hubungan sosial tertentu dapat menciptakan dan menimbulkan kebutuhan dan motif.

Misalnya pengalaman pindah rumah, dari rumah menuju rumah kos untuk kuliah di kota lain. Mungkin akan menimbulkan kesepian diantara remaja yang menjelang dewasa. Perpindahan tempat akan memutus jaringan sosial pertemanan. Oleh karena itu muncul kebutuhan akan keakraban dan rasa memiliki. Keinginan tersebut mungkin dapat diwujudkan dengan cara bergabung dengan organisasi kemahasiswaan di kampus. Dan berbagai cara lain untuk mengatasi kesepiannya.

Psikologi sosial akan berusaha memahami dan berusaha mengidentifikasi secara detail apakah pencetus perilaku misalnya perilaku merampok yang dilakukan. Psikolog sosial akan berusaha mempelajari remaja lainnya yang pernah melakukan perampokan bersenjata dalam rangka mendapatkan kesimpulan umum tentang hubungan antara motivasi dan tindakan kriminal.

2. Teori Belajar
    Ide utama  teori belajar adalah perilaku seseorang sekarang merupakan hasil dari pengalaman sebelumnya. Dalam situasi tertentu seseorang belajar perilaku tertentu, yang seiring dengan berjalannya waktu mungkin akan menjadi kebiasaan. Ketika seseorang berhadapan dengan situasi serupa, orang tersebut akan cenderung berperilaku sesuai dengan kebiasaan yang pernah dilakukannya. Misalnya ketika lampu merah menyala, kita biasanya menghentikan kendaraan kita, karena pada masa lalu kita pernah belajar merespon situasi itu dengan menghentikan kendaraan.

    Pendekatan  ini ketika diaplikasikan pada perilaku sosial oleh Albert Bandura (1977) dinamakan social learning theory.

    Terdapat tiga mekanisme umum terjadinya proses belajar, yang pertama adalah:

    1. Asosiasi atau pengkondisian klasik
      Anjing Pavlov belajar mengeluarkan air liur ketika mendengarkan bel karena bersamaan dengan makanan yang diberikan bersama dengan suara bel. Setelah beberapa waktu kemudian, anjing akan mengeluarkan air liur setiap kali mendengar suara bel. Beberapa waktu kemudian suara bel diberikan tetapi makanan tidak diberikan namun air liur keluar dari mulut anjing karena anjing telah belajar mengasosiasikan antara suara bel dan makanan.

      Manusia kadang belajar emosi melalui asosiasi. Misalnya orang beberapa kali datang ke dokter gigi, karena terlalu sakitnya perlakuan yang diberikan ketika operasi gigi, meskipun tidak datang ke dokter, ketika mendengar kata dokter gigi, seseorang sudah bisa merasakan betapa sakitnya operasi gigi.

      2. Reinforcement (penguatan)
        Dipelajari oleh B. F Skinner, orang belajar melakukan perilaku tertentu karena perilaku itu diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan atau memuaskan kebutuhan. Seorang anak belajar membantu orang lain karena orang tuanya memujinya saat dia berbagi mainan atau membantu merapikan mainan. Atau siswa SMA yang tidak akan pernah bertanya pada guru matematika karena gurunya sudah memasang wajah geram dan marah ketika muridnya bertanya.

        3. Observational learning
          Orang cenderung belajar sikap dan perilaku sosial dengan mengamati orang lain yang secara teknis disebut sebagai model. Anak belajar bahasa etnisnya dari orang-orang yang berbicara sekelilingnya. Remaja mungkin mengikuti sikap politik tertentu karena orang tuanya secara aktif mendengarkan orasi-orasi orang tuanya. Anak juga belajar meniru (imitasi) dari perilaku orang lain ketika belajar.

          Modeling terjadi ketika seseorang tidak hanya mengamati tapi juga meniru perilaku orang lain. Misalnya perilaku merokok, remaja cenderung meniru orang dewasa untuk merokok, sebutlah bapaknya sendiri merokok, anak akan meniru perilaku merokok dari bapaknya sebagai bagian dari kehidupan dewasa seseorang.

          • Modeling : meniru perilaku orang lain
          • Reinforcement : belajar berdasarkan imbalan sebagai penguat
          • Social learning theory: belajar berdasarkan penguatan dan modeling
          • Observational learning: belajar dengan mengamati orang lain


          3. Teori Kognitif
            Pendekatan kognitif menyatakan bahwa perilaku seseorang tergantung pada cara individu memahami situasi sosial. Kurt Lewin mengaplikasikan gagasan Gestalt kedalam psikologi sosial. Lewin menekankan pentingnya bagaimana individu memahami lingkungan  sosial. Menurut Lewin perilaku dipengaruhi oleh karakteristik personal individu (seperti kemampuan, kepribadian,  dan disposisi genetik) dan oleh pemahanan tentang lingkungan.

            Gagasan inti dalam perspektif kognitif adalah bahwa individu cenderung secara spontan mengelompokkan dan mengkategorikan objek. Diperpustakaan, kita melihat deretan buku dirak sebagai satu unit, bukan sebagai buku-buku yang banyak jumlahnya. Kita mungkin memandang orang lain yang ada diperpustakaan sebagai suatu kelompok.

            Kedekatan_
            Kedekatan
            Proximity atau Kedekatan_
            Proximity atau Kedekatan


            Riset kognisi sosial fokus pada bagaimana seseorang menyatukan berbagai informasi tentang orang, situasi sosial, dan kelompok dalam rangka menarik kesimpulan tentang mereka (Fiske dan Taylor dalam Taylor, Peplau dan Sears, 2009).

            Perbedaan kognitif dibanding dengan pendekatan teori belajar, pertama pendekatan kognitif fokus pada persepsi saat ini dibanding pada pengalaman masa lalu. Kedua, pendekatan kognitif lebih memperhatikan arti penting persepsi atau interpretasi seseorang terhadap sebuah situasi

            Sekian artikel tentang Definisi dan Teori-Teori Psikologi Sosial Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.

            Daftar Pustaka
            • Baron, A. R. & Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial. Penerbit Erlangga. Jakarta. Edisi kesepuluh.
            • Taylor, E. S., Peplau, A. L., & Sears, O. D. 2009. Psikologi Sosial. Prenada Media Group. Jakarta.

            Posting Komentar untuk "Definisi dan Teori-Teori Psikologi Sosial Menurut Para Ahli"