Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memahami Dilema Sosial dalam Kelompok Menurut Para Ahli

Memahami Dilema Sosial dalam Kelompok Menurut Para AhliDilema sosial adalah situasi dimana kepentingan diri bertentangan dengan kesejahteraan kelompok dalam waktu jangka panjang atau situasi dimana keinginan individu menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan oleh kelompok. Dalam istilah teknis dilema sosial adalah situasi dimana pilihan jangka pendek yang paling menguntungkan bagi individu pada akhirnya akan menimbulkan hasil negatif bagi semua pihak yang terkait.

Brewer dan Kramer (1986) dilema sosial eksis atau terjadi setiap kali hasil kumulatif dari pilihan individual yang masuk akal menjadi bencana kolektif. Dilema sosial membuat kepentingan diri jangka pendek individu bertentangan dengan kepentingan jangka panjang kelompok (yang mencakup individu).

Ketidakpastian Dalam Dilema Sosial

Banyak situasi dimana kerjasama seharusnya dapat berkembang, tetapi tidak demikian halnya yang melibatkan sebuah kondisi yang disebut dilema sosial adalah situasi dimana setiap orang yang terlibat dapat meningkatkan hasil individual mereka dengan bertindak menang sendiri / egois, tetapi jika semua orang melakukan hal yang sama, hasil akhir yang didapat oleh semua orang akan berkurang (Komorita dan Parks, 1994).

Sebagai hasilnya, orang-orang dalam situasi seperti ini harus berurusan dengan motif campuran (mixed motive): terdapat alasan untuk bekerja sama (menghindari hasil negatif untuk semua orang) tetapi juga alasan untuk berkompetisi melakukan yang terbaik bagi diri sendiri. Bagaimanapun juga jika hanya satu atau sedikit orang yang terlibat dalam perilaku ini, mereka akan diuntungkan sementara yang lain dirugikan.

Memahami Dilema Sosial dalam Kelompok Menurut Para Ahli_
image source: www.asourceofinspiration.com
baca juga: Pengertian Norma Kelompok, Jenis dan Proses Pembentukan

Perbedaan Individu dalam Menyelesaikan Dilema Sosial

Penjelasan gambar diatas adalah terkait dilema narapidana, bentuk sederhana dari dilema sosial, dua orang dapat memilih untuk bekerja sama atau untuk berkompetisi satu sama lain. Jika keduanya memilih untuk bekerja sama, masing-masing menerima hasil yang memuaskan.

Jika keduanya memilih untuk berkompetisi maka masing-masing menerima hasil yang negatif, jika yang satu memilih untuk berkompetisi sedangkan yang lain memilih untuk bekerja sama, yang pertama menerima hasil yang jauh lebih baik daripada yang kedua, hasil ini mengindikasikan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi pilihan yang dibuat orang dalam situasi yang mengandung motif campuran seperti ini.

Karena individu yang menghadapi dilema sosial terkadang bertindak mementingkan diri sendiri dan terkadang mementingkan kelompok. Tidak mengejutkan beberapa faktor yang diidentifikasi dalam diskusi kompetisi dan kerjasama juga relevan dengan dilema sosial:
  1. Struktur imbalan dan situasi akan sangat berpengaruh
  2. Tindakan mengingatkan orang terhadap norma kerjasama sosial

Menyelesaikan Dilema Sosial

Faktor-faktor lain juga penting dalam memecahkan dilema sosial (Kerr dan Park, 2001). Orientasi nilai dan tujuan seseorang – apakah kooperatif, kompetitif atau individualis – dapat mempengaruhi cara orang tersebut menghadapi dilema sosial. Besarnya kelompok juga berpengaruh. Dalam kelompok besar, efek perilaku egosi satu orang akan tidak kelihatan.

Hubungan antar individu juga penting. Kita akan meninggalkan kepentingan diri kita, jika kita mengenal dan peduli pada orang dalam kelompok dan jika kita ingin terus berinteraksi dengan mereka dimasa depan. Komunikasi diantara individu juga dapat meningkatkan kerjasama. Diskusi akan membuka kesempatan bagi individu untuk membuat komitmen terbuka untuk bekerja sama.

Menciptakan kebersamaan kelompok dapat meningkatkan tendensi untuk menahan diri dan menggunakan sumber daya secara bijak, khususnya dalam kelompok kecil.

Keadilan Distributif dan Heuristik dalam Dilema Sosial

Upaya mewujudkan keadilan sosial dapat dimulai dari penerapan model nilai- nilai kelompok. Namun harus diakui bahwa bahwa menjaga kebersamaan, menghargai dan mempercayai orang lain bukanlah hal yang mudah dipraktekkan. Manusia selalu menghadapi dilema sosial, yaitu konflik antara kepentingan pribadi versus pengorbanan diri untuk kepentingan bersama.

Dalam menghadapi dilema ini, hampir dapat dipastikan bahwa setiap orang memilih kepentingan pribadi terlebih dulu. Tidak mengherankan bila orang kemudian berusaha untuk mendapatkan kebebasan sebesar-besarnya agar kepentingan pribadinya dapat diwujudkan. Keadilan sosial ditinjau dari dimensi keadilan distributif bermakna kesejahteraan bagi semua pihak. (Faturochman, 2007).

Khusus berkaitan dengan penilaian keadilan, teori heuristik menambahkan bahwa penilaian terhadap prosedur lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan penilaian terhadap distribusi. Penilaian yang terakhir ini akan lebih mudah dilakukan bila ada perbandingan. Oleh karena itu, penjelasan-penjelasan psikologi tentang keadilan distributif seringkali dikaitkan dengan konsep-konsep perbandingan sosial (Folger dkk., 1983; Mark & Folger, 1984; Master & Smith, 1987).

Lebih mudahnya menilai keadilan prosedural dibandingkan dengan menilai keadilan distributif memberikan peluang meningkatnya peran penilaian keadilan prosedural terhadap penilaian keadilan distributif. Hal ini sejalan dengan teori heuristik.

Pola hubungan antara penilaian keadilan prosedural dan penilaian keadilan distributif diyakini bukan merupakan hubungan yang satu arah (Brockner & Wiesenfield; Van den Bos dkk., dalam ). Dari model interes pribadi dalam penilaian keadilan prosedural terbukti bahwa penilaian tersebut banyak dipengaruhi oleh upaya untuk mendapatkan keuntungan (Lind & Tyler, 1988).

Dari sinilah muncul pengaruh penilaian keadilan distributif terhadap penilaian keadilan prosedural. Kepentingan pribadi yang terpuaskan akan meningkatkan penilaian keadilan distributif. Peningkatkan ini akan membawa imbas terhadap penilaian keadilan prosedural bila dilakukan sesudah terjadi distribusi.

Kelompok sering terlibat dalam pemprosesan informasi secara bias untuk mencapai keputusan yang menjadi preferensi mereka dari awal atau untuk mendukung nilai umum seperti keadilan distributif. Keadilan distributif (kesetaraan) mengacu pada penilaian individual mengenai apakah mereka menerima bagian yang adil dari hasil akhir yang ada, bagian yang proporsional dengan kontribusi mereka pada kelompok (atau pada hubungan sosial manapun).

Dengan kata lain, kita mencari keadilan distributive (distributive justice) kondisi dimana hasil-hasil akhir yang ada dibagi secara adil diantara anggota kelompok menurut apa yang telah dikontribusikan oleh setiap orang pada kelompok (Brockner dan Wiesenfeld; Greenbert dalam Baron dan Byrne, 2003).

Dua poin yang layak  dipertimbangkan dalam keadilan distributif:
  1. Penilaian mengenai keadilan distributif berasal dari sudut pandang orang itu sendiri; kita yang melakukan perbandingan dan kita yang memutuskan apakah bagian kita adil secara relatif dibanding dengan anggota kelompok yang lain (Greenberg, 1990)
  2. Kita jauh lebih sensitif untuk menerima kurang daripada yang seharusnya kita terima dibandingkan dengan menerima lebih daripada yang seharusnya kita terima. Dengan kata lain self-serving bias bekerja kuat dalam konteks ini (Greenberg, 1996; Diekmann dkk 1997)

Sekian artikel tentang Memahami Dilema Sosial dalam Kelompok Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka
  • Baron, A. R. & Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial. Penerbit Erlangga. Jakarta. Edisi kesepuluh.
  • Faturochman, Ancok, D. 2001. DINAMIKA PSIKOLOGIS PENILAIAN KEADILAN. JURNAL PSIKOLOGI. No. 1, 41-60. Universitas Gadjah Mada.
  • Faturochman. 2007. PSIKOLOGI KEADILAN UNTUK KESEJAHTERAAN DAN KOHESIVITAS SOSIAL. Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Gadjah Mada.
  • Taylor, E. S., Peplau, A. L., & Sears, O. D. 2009. Psikologi Sosial. Prenada Media Group. Jakarta.

Posting Komentar untuk "Memahami Dilema Sosial dalam Kelompok Menurut Para Ahli"

Klik link dibawah ini untuk mengunduh artikel: