Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Proses Pengiriman Pesan dan Prinsip-Prinsip Komunikasi

Proses Pengiriman Pesan dan Prinsip-Prinsip Komunikasi - Dalam prakteknya, komunikasi tidak hanya sebaatas pengiriman pesan tetapi mempelajari beragam hal, di antaranya proses dan cara-cara pengiriman pesan, ragam prinsip komunikasi, cara-cara penerimaan pesan, dan lain-lain. Penguasaan beragam keterampilan komunikasi akan menjamin suksesnya komuniiasi yang dibangun secara efektif. Melalui artikel ini diharapkan dapat memahami tentang proses pengiriman pesan, prinsip-prinsip komunikasi, cara penerimaan pesan.

PROSES PENGIRIMAN PESAN
    Pesan (message) dikirimkan melalui Komunikasi verbal (Verbal communication) dan Komunikasi Non-verbal (Non-verbal communication). Komunikasi verbal seluruhnya akan dibahas dalam komunikasi oral/public speaking.

    Perlu kita sadari sesungguhnya bahasa non-verbal dapat lebih kuat dari pada bahasa verbal karena kemampuannyamengungkapkan perasaan. Ini kita sebut subtext (kekuatan mengkomunikasikan arti). Komunikasi Non-verbal (Nono-verbal Communication). Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang terjadi melalui tanda-tanda non-verbal (komunikasi non-verbal) seperti gerakan tangan, kontak mata, ekspresi wajah, sentuhan, clothing (pakaian), jarak komunikasi (personal space) dan paralanguage (non-verbal vocal communication).

    Proses Pengiriman Pesan dan Prinsip-Prinsip Komunikasi_
    image source: www.itengineering.us
    baca juga: Pengertian, Proses, dan Rintangan Komunikasi Menurut Ahli

    Tanda-tanda non-verbal (non-verbal communication)

    Tanda-tanda non-verbal dalam komunikasi dapat berfungsi sebagai berikut:
    1. Mengulang pesan verbal;
    2. Mengungkapkan perasaan dan perilaku;
    3. Menyebabkan salah pengertian.
    Komunikasi Non-verbal
             Komunikasi non-verbal terdiri dari:
    1. Non-verbal communication : gestures, eye contact, facial expressions, posture, touch, Clothing, and the use of space.
    2. Non-verbal Vocal Communication : tone of voice – voice qualities.
    Gerakan Tangan (gestures)
             Dapat melengkapi atau menimbulkan pertentangan dengan bentuk komunikasi yang lain. Walaupun gerakan tangan dan bahu dapat digunakan untuk mengkomunikasikan subtext (unspoken language with the power to communicate meaning – bahasa yang tidak diucapkan yang mempunyai kekuatan untuk mengkomunikasikan arti) seperti kejujuran, kepercayaan diri, keterbukaan, dan kontrol. Biasanya gerakan-gerakan terjadi secara tidak sadar.
    Misalnya:
    • Kedua tangan dipinggang mengkomunikasikan keteguhan dan keengganan untuk mundur.
    • Menghitung jari mungkin merupakan tanda bahwa anda berpikir dengan jernih dengan menggunakan logika.
    • Tangan melipat didada merupakan ketidaksetujuan.
    Kontak Mata (Eye Contact)
    Ketika orang melihat langsung kepada mata orang lainnya, emreka melakukan kontak mata. Kontak mata dapat menyimpulkan tanda-tanda yang jelas dalam interaksi social. Kontak mata sesunguhnya merupakan bentuk komunikasi non-verbal yang sangat penting. Didalam bisnis manapun dalam hubungan pribadi, kontak mata mengirimkan berbagai pesan-pesan :
    • Sebuah pengakuan (a signal of recognition). Kontak mata langsung menunjukkan anda tertarik untuk belajar lebih jauh.
    • Sebuah kesombongan. Secara sadar menolak memandang seseorang, kesalahan tersebut dapat mengakibatkan teman biacara anda mengekspresikan kebencian.
    • Percakapan dimulai dengan pesan verbal dan kontak mata. Biasanya orang akan melihat anda pada saat berbicara dan tidak memandang pada saat anda menatap balik.
    • Lamanya waktu kontak mata mempunyai arti/pesan tersendiri. Kontak mate dengan orang yang anda tidak kenal terjadi hanya sekilas saja, lebih dari sekilas membuat anda mempunyai perasaan tidak enak.
    Menjaga kontak mate dengan lawan jenis dapat berarti keinginan sexual, pesan yang tidak cocok untuk lawan jenis. Kontak mata yang berkepanjangan antara dua pria dapat berarti ancaman terselubung. Tetapi dalam berbicara didepan umum melakukan kontak mata dengan audience dapat diterima sebagai tanda keterlibatan (involvement and engagement).

    Ekspresi Wajah:
    Erat kaitannya dengan kontak mata, ekspresi wajah – gerakan wajah yang merefleksikan perilaku dan emosi sangat sulit untuk dibaca.

    Kecepatan perubahan ekspresi dan kemampuan seseorang untuk menutup-nutupi pesan yang tidak ingin mereka sampaikan dapat menimbulkan salah interpretasi. Ahli psikologi mengindentifikasikan 6 ekspresi wajah: kesenangan, kesedihan, marah, memuakkan, kejutan, dan ketakutan.

    Posture :
    Posture adalah posisi badan ketika anda duduk atau berdiri dapat mengkomunikasikan tanda non-verbal yang kuat.

    Didalam interaksi, posisi badan (posture) mempunyai kemampuan mengkomunikasikan berbagai pesan :
    • Membalikkan badan ke arah yang berlawanan dengan pembicara mungkin merupakan tanda ketidakterlibatan ini dapat diinterpretasikan sebagai mengabaikan.
    • Kejenuhan dapat diekspresikan dengan cara membiarkan kepala anda tertunduk dan menopang kepala anda dengan tangan.
    • Berjalan dengan cepat dengan gerak tangan yang bebas disamping mungkin mengkomunikasikan rasa percaya diri dan orientasi tujuan/goal.

    Sentuhan (Touch)         
    Dalam bisnis ataupun pergaulan, bentuk sentuhan yang paling sering adalah berjabat tangan. Jika dilakukan dengan lagak (pas) dapat menunjukkan keterlibatan atau keinginan, tetapi jika dilakukan “dengan buruk” dapat mengindikasikan kelemahan dan ketidakinginan. Dalam wawancara untuk melamar suatu pekerjaan misalnya, jabat tangan yang kuat mengkomunikasikan rasa percaya diri yang kuat, kesan pertama yang sangat membekas.

    Pakaian (Clothing)
    Didalam dunia bisnis, pakaian berlaku seperti uniform yang dapat menceritakan kepada setiap orang bahwa anda bersedia mengikuti standar organisasi yang telah berlaku. Pada intinya, segala bentuk dan jenis pakaian harus sesuai dengan tempat dimana kita bekerja, pakaian yang kita kenakan merefleksikan stabilitas dan kemampuan.

    Misalnya, jika anda bekerja di Bank. Pilihan pakaian anda sangat terbatas, mungkin jas, baju lengan panjang, dasi, dan sepatu hitam. Tetapi jika anda bekerja di bidang Fashion, pakaian yang tidak terlalu formal dapat diterima.

    Personal Space
    Jarak antara orang satu dengan lainnya yang terlihat dalam komunikasi dikenal dalam istilah “Personal Space”. Jarak ini mengindikasikan hubungan social dalam suatu budaya. Percakapan bisnis di Amerika Serikat, misalnya, terjadi pada “a social zone” dimana percakapan berlangsung dengan jarak 4 sampai 12 kaki. Bila lebih dekat pada umumnya menggambarkan intimacy (keintiman) yang tidak layak untuk bisnis.

    Sangat penting untuk diingat adalah hubungan jarak dapat dimanipulasi untuk kepentingan seseorang. Sebagai contoh, seorang superviser yang ingin mengintimidasi seorang pegawai akan berdiri di dalam wilayah personal pegawai selama transaksi sedang berlangsung. Orang yang bergerak di bidang penjualan barang-barang (sales people) mengetahui ini dan menempatkan mereka sangat dekat sekali kepada pelanggan yang mudah dipengaruhi.

    Paralanguage
    Pesan-pesan non-verbal vocal disebut juga “Paralanguage” karena ada tekanan kecepatan, tinggi rendah, volume, jeda, dan disfluency (ketidaklancaran) seperti ums…..ya.. dan lain-lain, pesan dapat dikirimkan engen pengaruh yang beragam. Kenyatannya tekanan dan intonasi memegang peranan penting terhadap arti. Sebagai contoh : saya sangat gugup sekali terhadap negosiasi ini. Anda akan mengirimkan pesan yang berbeda bila anda mengatakan hal yang sama tetapi tekanannya berbeda “saya sangat gugup sekali terhadap negosiasi ini” atau “saya sangat gugup sekali terhadap negosiasi ini”.

    Riset menunjukkan bahwa “paralanguage” dapat mengkomunikasikan bahasa dari pada isi dari kata-kata dan bahwa jika kualitas vocal bertentangan dengan kata-kata, “paralanguage” akan mempunyai pengaruh yang lebih besar sebagai contoh : berteriak kepada bawahan anda, dilain pihak anda mengatakan “tidak marah” kepadanya karena tidak menyelesaikan pekerjaan tepat waktu akan mengurangi kredibilitas. Kontradiksi isi pesan dengan mengkomunikasikan sentimen yang berlawanan menunjukkan “intesitas kemarahan”.

    Kesulitan dalam membaca komunikasi non-verbal
    Walaupun pengaruh potensial komunikasi non-verbal sangat kuat, pengalaman  menunjukkan bahwa kemampuan untuk membaca dan menginterpretasikan tanda-tanda non-verbal lebih terbatas dari pada yang ktia pikirkan dan ketahui.

    BAGAIMANA PESAN DITERIMA
      Dalam konteks komunikasi, pesan dapat diterima melalui membaca dan mendengarkan.
      1. Membaca
      Membaca yang efektif memerlukan kemampuan memfokuskan perhatian pada topik, maupun ditengah gangguan. Ini membuktikan kemampuan menganalisa dan mengevaluasi informasi dan menanggapinya dengan layak. Membaca juga membutuhkan informasi.
      Pembaca yang baik memahami bahwa respon terhadap bacaan terkait dengan apa yang kita ketahui dan rasakan tentang materi penulisnya.
      1. Mendengar
      Mendengar adalah aktivitas merasakan (sensing), menginterpretasikan (interpreting0, mengevaluasi (evaluating) dan bereaksi (reacting) terhadap apa yang dikatakan. Kemampuan mendengar adalah sangat penting sekali untuk memahami pesan yang disampaikan dan juga untuk menjaga “goodwill”
      Kemampuan mendengarkan  sangat diperlukan dalam proses komunikasi. Beberapa ciri pendengar yang efektif, yaitu:
      1. Diam sebagai sikap bijaksana ;
      2. Hati-hati atas “Sikap Emosional”;
      3. Jangan terburu-buru memberi penilaian;
      4. Tunjukkan keingintahuan;
      5. Bertanya untuk memfokuskan pendengaran anda;
      6. Fokus pada hal-hal yang penting;
      7. Menjadi pendengar yang aktif.

      PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
        Memahami prinsip-prinsip komunikasi sangat penting untuk memahami komunikasi dalam segala bentuk dan fungsinya. Ada 8 (delapan) prinsip-prinsip komunikasi yang anda perlu ketahui :

        Komunikasi adalah Paket Isyarat
          Perilaku komunikasi, apakah itu melibatkan pesan verbal, isyarat tubuh, atau kombinasi dari keduanya biasanya terjadi dalam “paket”.  Biasanya perilaku verbal dan non-verbal saling memperkuat dan mendukung. Semua bagian dari system pesan biasanya bekerja bersama-sama untuk mengkomunikasikan makna tertentu. Kita tidak mengutarakan rasa takut dengan tersenyum. Seluruh tubuh – baik secara verbal maupun non-verbal – bekerja bersama-sama untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan kita.

          Dalam segala bentuk komunikasi, apakah antar pribadi, kelompok kecil, pidato dimuka umum, ataupun media massa, kita kurang memperhatikan sifat paket dari komunikasi. Ia berlalu begitu saja, tetapi bila ada ketidakwajaran – bila berjabat tangan yang lemah menyertai salam verbal, bila gerak-gerik gugup menyertai pandangan yang tajam, bila kegelisahan menyertai ekspresi nyaman dan santai – kita memperhatikannya. Selalu kita mulai mempertanyakan kredibilitas, ketulusan orang yang bersangkutan.

          Komunikasi adalah Proses Penyesuaian
            Komunikasi hanya dapat terjadi bila para komunikatornya menggunakan sistem isyarat yang sama. Anda tidak akan bisa berkomunikasi dengan orang lain jika sistem bahasa anda berbeda. Tetapi prinsip ini sangat relevan bila kita menyadari bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan sistem isyarat yang persis sama. Orang tua dan anak misalnya, bukan hanya memiliki perbendaharaan kata yang berbeda, melainkan juga mempunyai arti yang berbeda untuk istilah yang mereka gunakan. Budaya atau sub-budaya yang berbeda, meskipun menggunakan bahasa yang sama, seringkali memiliki sistem komunikasi non-verbal yang sangat berbeda. Bila sistem ini berbeda, komunikasi yang bermakna dan efektif tidak akan terjadi.

            Sebagian dari seni komunikasi adalah mengidentifikasikan isyarat orang lain, mengenali bagaimana isyarat-isyarat tersebut digunakan, dan memahami apa artinya. Mereka yang hubungannya akrab akan menyadari bahwa mengenali isyarat-isyarat orang lain memerlukan waktu yang sangat lama dan sering kali membutuhkan kesabaran. Jika kita ingin benar-benar memahami apa yang dimaksud seseorang (melalui senyum, melalui pernyataan “Saya cinta kepadamu”, dengan membedakan hal-hal yang sepele, dengan komentar merendahkan diri sendiri), bukan sekedar mengerti apa yang dikatakan atau dilakukannya, kita harus mengenal sistem isyarat orang tersebut.

            Komunikasi Mencakup Dimensi Isi dan Hubungan
              Komunikasi, setidak-tidaknya sampai batas tertentu, berkaitan dengan dunia nyata atau sesuatu yang berbeda diluar (bersifar ekstern) bagi pembicara dan pendengar. Tetapi, sekaligus, komunikasi juga menyangkut hubungan antara kedua pihak. Sebagai contoh, seorang atasan mungkin berkata kepada bawahannya, “Datanglah ke ruang saya setelah rapat ini”. Pesan seperti ini mempunyai aspek isi (kandungan atau content) dan aspek hubungan (relational).

              Aspek ini mengacu pada tanggapan perilaku yang diharapkan – yaitu, bawahan menemui atasan setelah rapat. Aspek hubungan menunjukkan adanya perbedaan status di antara kedua pihak: Atasan dapat memerintah bawahan.

              Dalam setiap situasi komunikasi, dimensi isi mungkin tetap sama tetapi aspek hubungannya dapat berbeda, atau aspek hubungan tetap sama sedangkan isinya berbeda. Sebagai contoh, atasan dapt mengatakan kepada bawahan”Sebaiknya anda menjumpai saya setelah rapat ini”, atau “Dapatkah kita bertemu setelah rapat ini” dalam kedua hal, isi pesan pada dasarnya sama – artinya, pesan dikomunikasikan untuk mendapatkan tanggapan perilaku yang sama – tetapi dimensi hubungannya sangat berbeda.

              Demikian pula, adakalanya isi dapat berbeda tetapi hubungan tetap sama. Sebagai contoh, seorang remaja mungkin berkata kepada ayahnya,”Bolehkah saya pergi ke bioskop malam minggu ini”, atau “Bolehkah saya menggunakan mobil malam ini?”. Isi kedua pesan ini jelas sangat berbeda. Tetapi dimensi hubungannya pada dasarnya tetap sama : Jelas ada hubungan bawahan-atasan dimana ijinuntuk melakukan sesuatu harus diperoleh.

              Komunikasi Melibatkan Transaksi Simetris dan Komplementer.
                Hubungan dapat berbentuk simetris atau komplementer. Dalam hubungan simetris dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya. Jika salah seorang mengangguk, yang lain mengangguk, jika yang satu menampakkan rasa cemburu, yang lain menampakkan rasa cemburu, jika yang satu pasif, yang lain pasif. Hubungan ini bersifat sementara (sebanding), dengan menekankan pada meminimalkan perbedaan diantara kedua orang yang bersangkutan.

                Cara lain melihat hubungan simetris adalah dalam bentuk persaingan dan hubungan pengaruh diantara dua orang. Masing-masing orang dalam hubungan simetris perlu menegaskan kesebandingan atau keunggulannya disbanding yang lain. Hubungan simetris bersifat kompetitif; masing-masing pihak mempertahankan kesetaraan atau keunggulannya dari yang lain. Jika, misalnya, salah satu mengatakan bahwa sesuatu itu harus dilakukan dengan cara tertentu, pihak yang lain akan menangkapnya sebagai pernyataan bahwa ia tidak cukup kompeten untuk memutuskan bagaimana sesuatu itu harus dilakukan. Seperti dapat dengan mudah dipahami, tuntutan pengakuan akan kesetaraan (keunggulan) seringkali menimbulkan pertengkaran dan permusuhan.

                Dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku salah seorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer perbedaan diantara kedua pihak dimaksimumkan. Orang menempati posisi yang ebrbeda; yang satu atasan, yang lain bawahan; yang satu aktif, yang lain pasif; yang satu kuat, yang lain lemah. Pada masanya, budaya membentuk hubungan seperti ini – misalnya, hubungan antara guru dengan murid, atau atasan dengan bawahan.

                Walaupun hubungan komplementer pada umumnya produktif dimana perilaku salah satu mitra “melengkapi atau menguatkan perilaku yang lain” (Lederer dan Jackson, 1968), masih ada masalah. Salah satu masalah dalam hubungan komplementer, yang dikenal baik oleh mahasiswa, adalah yang disebabkan oleh kekakuan yang berlebihan. Sementara hubungan komplementer antara seorang ibu yang melindungi dan membimbing dengan anaknya yang sangat bergantung kepadanya pada suatu saat sangat penting dan diperlukan untuk kehidupan si asank, hubungan yang sama ketika si anak itu menginjak dewasa menjadi penghambat bagi pengembangan selanjutnya. Perubahan yang begitu penting untuk pertumbuhan tidak dimungkinkan terjadi.

                Rangkaian Komunikasi Dipunktuasi
                  Peristiwa komunikasi merupakan transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal dan akhir yang jelas. Sebagaimana pemeran serta atau sebagai pengamat tindak komunikasi, kita membagi proses kontinyu dan berputar ini ke dalam sebab dan akibat, atau kedalam stimulus dan tanggapan. Artinya, kita mensegmentasikan arus kontinyu komunikasi ini kedalam potongan-potongan yang lebih kecil. Kita menanamkan diantaranya sebagai sebab atau stimulus dan lainnya sabagai efek atau tanggapan.

                  Paul Waltzwick, Janet Beavin, dan Don Jackson dalam buku mereka yang berpengaruh Pragmatics of Human CommunicationI, memberi istilah bagi kecenderungan untuk membagi berbagai transaksi komunikasi ini dalam rangkaian stimulus dan tanggapan sebagai punktuasi (punctuation). Kita masing-masing mempunktuasi rangkaian kejadian yang kontinyu kedalam stimulus dan tanggapan untuk kemudahan pemrosesan dan seperti digambarkan dalam contoh mahasiswa – dosen, kita paling sering mempunktuasi komunikasi dengan cara yang membuat kita kelihatan di pihak yang benar, yang baik.

                  Jika kita menghendaki komunikasi efektif – jika ingin memahami maksud orang lain – maka kita harus melihat rangkaian kejadian seperti yang dipunktuasi orang lain. Selanjutnya kita harus menyadari bahwa punktuasi kita tidaklah mencerminkan apa yang ada dalam kenyataan, melainkan merupakan persepsi kita sendiri yang unik dan bisa keliru.

                  Komunikasi adalah Proses Transaksional
                    Komunikasi adalah transaksi. Dengan transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, bahwa komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan.

                    Komunikasi adalah Proses
                    Komunikasi merupakan suatu proses, suatu kegiatan. Walaupu kita mungkin membicarakan komunikasi seakan-akan ini merupakan suatu yang statis, yang diam, komunikasi tidak pernah seperti itu. Segala hal dalam komunikasi selalu berubah – kita, orang yang kita ajak berkomunikasi, dan lingkungan kita.

                    Komponen-Komponen Komunikasi Saling Terkait
                    Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan setiap elemen yang lain. Elemen-elemen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independent: Masing-masing komponen dalam kaitannya dengan komponen yang lain. Sebagai contoh, tidak mungkin ada sumber tanpa penerima, tidak akan ada pesan tanpa sumber, dan tidak akan ada umpan balik tanpa adanya penerima. Karena sifat saling bergantung ini, perubahan pada sembarang elemen proses mengakibatkan perubahan pada elemen-elemen yang lain. Misalnya, anda sedang berbincang-bincang dengan sekelompok teman, kemudian ayah anda datang masuk ke kelompok. Perubahan “Khalayak” ini akan menyebabkan perubahan-perubahan lain.

                    Komunikator Bertindak Sebagai Satu Kesatuan
                    Setiap orang yang terlibat dalam komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan yan gutuh secara biologis kita dirancang untuk bertindak sebagai mahluk yang utuh. Kita tidak dapat bereaksi misalnya, hanya pada tingkat emosional atau intelektial saja, karena kita tidak demikian berkotak-kotak. Kita pasti akan bereaksi secara emosional dan intelektual, secara fisik dan kognitif. Kita bereaksi dengan tubuh dan pikiran, barangkali akibat terpenting dari karakteristik ini adalah bahwa aksi dan reaksi kita dalam komunikasi ditentukan bukan hanya oleh apa yang dikatakan, melainkan juga oleh cara kita menafsirkan apa yang dikatakan. Reaksi kita terhadap sebuah film, misalnya, tidak hanya tergantung pada kata-kata dan gambar dalam film tersebut melainkan pada semua yang ada pada kita – pengalaman masa lalu kita, emosi kita saat itu, penegtahuan kita, keadaan kesehatan kita, dan banyak lagi faktor yang lain.

                    Komunikasi Tak Terhindarkan
                      Anda mungkin menganggap bahwa komunikasi berlangsung secara sengaja, bertujuan, dan termotivasi secara sadar. Dalam banyak hal, ini memang demikian. Tetapi, seringkali pula komunikasi terjadi meskipun seseorang tidak merasa berkomunikasi atau tidak ingin berkomunikasi. Ambil contoh, seorang pelajar yang duduk dibarisan belakang dengan wajah tanpa ekspresi, kadang-kadang menatap kosong kearah jendela. Dalam situasi interaksi, anda tidak bisa tidak berkomunikasi, tidaklah berarti bahwa semua perilaku merupakan komunikasi; misalnya, jika sang murid melihat keluar jendela dan guru tidak melihatnya, komunikasi tidak terjadi.

                      Selanjutnya, bila kita dalam situasi interaksi, kita tidak bisa tidak menanggapi pesan dari orang lain. Misalnya, jika kita melihat seseorang melirik kearah kita, kita pasti bereaksi dengan cara tertentu. Seandainyapun kita tidak bereaksi secara aktif atau secara terbuka, ketiadaan reaksi ini sendiri pun merupakan reaksi, dan itu berkomunikasi. Kita tidak bisa tidak bereaksi. Sekali lagi, jika kita tidak menyadari lirikan itu, jelas bahwa komunikasi tidak terjadi.

                      Komunikasi Bersifat Tak Reversibel
                        Anda dapat membalikkan arah proses beberapa sistem tertentu. Sebagai contoh, anda dapat mengubah air menjadi es dan kemudian mengembalikan es menjadi air, dan anda dapat mengulang-ulang proses dua arah ini berkali-kali sesuka anda. Proses seperti ini dinamakan proses reversibel.
                        Tetapi ada sistem lain yang bersifat tidak reversibel (irreversibel). Prosenya hanya bisa berjalan dalam satu arah, tidak bisa dibalik. Anda, misalnya dapat mengubah buah anggur menjadi minuman anggur (sari anggur), tetapi anda tidak bisa mengembalikan sari anggur menjadi buah anggur. Komunikasi termasuk proses seperti ini, proses tak reversibel.

                        Sekali anda mengkomunikasikan sesuatu, anda tidak bisa tidak mengkomunikasikan. Tentu saja, anda dapat berusaha mengurangi dampak dari pesan yang sudah terlanjur anda sampaikan; anda dapat bermaksud mengatakan “Saya sangat marah waktu itu; saya tidak benar-benar bermaksud mengatakan seperti itu”. Tetapi apapun yang anda lakukan untuk mengurangi atau meniadakan dampak dari pesan anda, pesan itu sendiri, sekali telah terkirimkan dan diterima, tidak bisa dibalikkan.

                        Prinsip ini mempunyai beberapa implikasi penting komunikasi dalam segala macam bentuknya. Sebagai contoh,dalam interaksi antar pribadi, khususnya dalam situasi konflik, kita perlu hati-hati untuk tidak mengucapkan sesuatu yang mungkin nantinya ingin kita tarik kembali. Pesan yang mengandung komitmen – pesan “aku cinta padamu” dengan segala macam variasinya – juga perlu diperhatikan. Jika tidak, kita mungkin terpaksa mengikatkan diri kita pada suatu posisi yang mungkin nantinya kita sesali. Dalam situasi komunikasi publik atau komunikasi massa, dimana pesan-pesan didengar oleh ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang, sangatlah penting kita menyadari bahwa komunikasi kita bersifat tak reversibel.

                        Sekian artikel tentang Proses Pengiriman Pesan dan Prinsip-Prinsip Komunikasi. Semoga bermanfaat.

                        Daftar Pustaka
                        1. Hunsaker, Philip L. & Alessandra, Anthony J., The art of Managing People, Simon & Schuster Inc., New York, 1980.
                        2. Hodgetts, Richard M., Modern Human Relations At Work, The Dryden Press Harcourt Brace Jovanovich, Fort Worth, TX, 1993.
                        3. De Vito, Joseph A (1996). Essential of human communication. New York : Harper Collins Publishers.
                        4. Boone, LE; Kurtz, DL & Block, JR (1984). Contemporary business New Jersey: Prentice Hall.

                        Posting Komentar untuk "Proses Pengiriman Pesan dan Prinsip-Prinsip Komunikasi"