Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian dan Fungsi Filsafat Komunikasi Menurut Para Ahli

Pengertian dan Fungsi Filsafat Komunikasi Menurut Para Ahli - Apabila kita mendengar kalimat “Etika dan Filsafat Komunikasi“ pasti yang terpikir dalam ingatan kita adalah kaitan antara “Etika dan Filsafat“ dengan “Komunikasi“. Istilah komunikasi sudah sedemikian lazim dikalangan kita, meskipun masing – masing orang mengartikannya secara berbeda-beda. Keseharian kita dipenuhi oleh penggunaan komunikasi dan saat ini komputer adalah sarana komunikasi yang tercanggih.

Aubrey Fisher menyatakan bahwa fenomena komunikasi manusia sedemikian kompleksnya, sampai-sampai dapat digambarkan pada tiga kata serba yaitu : serba ada, serba luas, dan serba makna. Sebenarnya kalau dirunut dari asal muasal bahasa, kata komunikasi diserap dari bahasa inggris “communication“ yang dapat dirujuk dari kata latin “communis” yang berarti “sama”, “communico, communicatio” atau istilah “communicate” yang berarti “membuat sama” (to make common) istilah “communis” adalah istilah yang paling disebut sebagai asal – usul kata komunikasi yang merupakan akar dari kata – kata latin lainnya yang mirip. Pengertian ini mengartikan bahwa “suatu pikiran, suatu makna” atau “suatu pesan yang dianut secara sama”. (Mulyana. 2000:41).
    Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi itu memiliki dua fungsi, yaitu: Pertama, fungsi sosial untuk tujuan kesenangan, untuk menun jukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memeliharahubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yaitu memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada suatu saat tertentu. (Mulyana, 2000:4).

    Alfraed Korzybski menyatakan bahwa kemampuan manusia berkomunikasi menjadi manusia “pengikat waktu” (time binder). Pengikatan waktu merujuk pada kemampuan manusia untuk mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi dan dari budaya ke budaya. Pengikat waktu ini jelas merupakan suatu karakteristik yang membedakan manusia dengan lainnya. Dengan ini manusia mampu mengendalikan dan mengubah lingkungan mereka. (Mulyana, 2000:6).

    George Herbert Mead mengatakan bahwa setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui intreraksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat komunikasi. Jadi kita mengenal diri kita lewat orang lain, yang menjadi cermin yang memantulkan bayangan kita. Charles H. Cooley menyebut konsep diri ini sebagai the looking glass self yang secara signifikan ditentukan oleh apa yang seseorang pikirkan mengenai pikiran orang lain terhadapnya, jadi menekankan pentingannya respons orang lain yang diintepretasikan secara subjektif sebagai sumber primer data mengenai dirinya. (Mulyana 2000:10).

    Melalui tilikan filsafat ilmu, kita tahu bahwa filsafat ilmu adalah bagian filsafat yang mempertanyakan soal pengetahuan dan juga soal bagaimana kita dapat mengetahui sesuatu. C.A Van Peursen menguraikan mengenai cakupan bahasan dari filsafat ilmu. Ia menyatakan bahwa ada dua kecendrungan yang dimiliki filsafat ilmu. Pertama, filsafat ilmu menyelidiki dasar –dasar ilmu. Misalnya, bila ilmu komunikasi mempergunakan istilah pesan, pertanyaan metafisik yang muncul adalah apakah pesan merupakan sesuatu yang sungguh – sungguh ada secara mandiri atau hanya merupakan sesuatu yang dianggap ada dalam tindak komunikasi? Kedua, filsafat ilmu menyelidiki keabsahan metedologi yang digunakan suatu ilmu. Misalnya, bila memang pesan benar – benar ada secara nyata dalam tindak komunikasi dapat diajukan pertanyaan metodologis: bagaimana kebenaran pesan itu? Apakah kebenarannya dapat diverifikasi atau difalsifikasi?

    Pembaharuan ilmu terus menerus dapat terjadi karena filsafat menggunakan rasio yang kritis, refleksif dan integral terhadap objek kajiannya. Filsafat tidak pernah puas dengan penampakan melainkan secara kritis menerobos penampakan (fenomena) itu demi mencapai hakikat yang paling dasar atau kenyataannya sendiri. Filsafat mengedepankan “kekritisan dalam membongkar asumsi” refleksi dalam mengedepankan apa – apa yang diserap indra untuk diolah oleh rasio dan radikal dalam mengupayakan pemahaman yang mendasar sampai keakar – akarnya. (Gahral Adian. 2002:21).

    Berbeda dengan filsafat, ilmu pengetahuan hanya mencoba menerangkan gejala – gejala secara ilmiah. Dalam mengupayakan penjelasan ilmiah itu, ilmu pengetahuan menggunakan metode. Ilmu pengetahuan telah terspesialisasi menjadi disiplin – disiplin yang satu sama lain seakan tanpa hubungan. Objek formal dari masing – masing ilmu ditentukan secra ketat, sehingga semua ilmu berbeda secara ketat pula. Jadi ilmu pengetahuan memandang suatu gejala secara terfokus, tidak integral sebagaimana filsafat memandang gejala. (Gahral Adian. 2002:22).

    Setelah mengetahui penjelasan diatas, maka akan muncul pertanyaan apakah yang dimaksud dengan filsafat ilmu komunikasi itu? Secara sederhana kita dapat menjawabnya suatu filsafat yang mencoba mengkaji ilmu komunikasi dari ciri – ciri dan cara – cara pemerolehannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu memberikan sejumlah pertanyaan terhadap ilmu tersebutagar ilmu itu berkembang, berada dalam kerangka yang lebih luas, memiliki hubungan dengan ilmu – ilmu lain, dan dapat menjadi sistematis dan memiliki kebenaran.

    Pengertian dan Fungsi Filsafat Komunikasi Menurut Para Ahli_
    image source: apa.org
    baca juga: Pengertian dan Teori Psikologi Media Komunikasi Menurut Para Ahli

    PENGERTIAN FILSAFAT (APA ITU FILSAFAT? )

    Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang berasal dari bahasa yunani yaitu “philosophia”. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu “philos” dan “shopia”, philos artinya cinta, pecinta, mencintai dan shopia artinya kebijakan, kearifan, hikmah dan hakikat kebenaran. Jadi secara harfiah istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki.

    Berfilsafat berarti berpikir sedalam – dalamnya (merenung) terhadap sesuatu sistematik, menyeluruh, dan universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan.

    Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh “phitagoras” (582-496 SM) dia adalah seorang ahli pikir dan pelopor matematika yang menganggap bahwa inti sari dan hakikat teori semesta ini adalah bilangan. Namun demikian, banyaknya pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui sekarang ini adalah sebanyak tafsiran para filsuf itu sendiri.

    Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti “proses” dan filsafat dalam arti “produk”.  Selain itu ada pengertian lain yaitu filsafat sebagai ilmu dan filasafat sebagai pandangan hidup, disamping itu dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan praktis. Pancasila digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalm sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari – hari dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.

    MENGAPA MANUSIA MEMERLUKAN FILSAFAT?

    Hal lain yang tidak kalah pentingnya untuk memahami filsafat adalah dari sisi pragmatis atau kegunaannya. F. Budhi Hardiman (2003) menulis, “Filsafat, misalnya, tak dapat menghasilkan teknologi seperti yang dengan sangat gemilang dibuktikan oleh ilmu – ilmu alam. Filsafat juga tak dapat secara langsung menghasilkan penataan sosial, seperti yang bisa dilakukan sosiologi dan ekonomi. Mengharapkan sebuah efek material tertentu dari filsafat tampaknya tidak pada tampaknya” (Hardiman. 2003:13).

    Bertens mengatakan  bahwa studi filsafat dapat mempersiapkan mahasiswa untuk sanggup menempatkan problem – problem yang harus ditangani dalam konteks lebih luas dan pada tahap lebih mendalam. Mahasiswa akan lebih gampang dalam menangkap inti persoalan dan tahu membedakan hal – hal penting dari hal – hal sampingan. Namun filsafat juga seringkali dapat membantu untuk menilai dan mensituir problem – problem kongkrit dengan lebih tepat dan matang. (Bertens. 1987:19).
    Tulisan Bertens mengemukakan bahwa ketika bergandengan dengan suatu ilmu, filsafat akan menjalankan tugas sebagai berikut:
    1. Filsafat dapat menyumbang untuk memperlancar integrasi antara ilmu – ilmu yang sangat dibutuhkan. Sudah disebutkan bahwa kecondongan ilmu pengetahuan untuk berkembang kearah spesialisasi dan superspesialisasi. Mengenai filasafat pernah dikatakan dengan cara agak paradoksal bahwa ia memunyai die spezialitat des allgemeinen (K. Jaspers): spesialis ialah “yang umum”. Itu berarti bahwa bagi filsafat tidak ada spesialisasi khusus, filsafat bertugas untuk tetap memperhatikan keseluruhan dan tidak berhenti pada detail – detailnya.
    2. Filsafat dapat membantu juga dalam membedakan antara ilmu pengetahuan dan saintisme. Dengan saintisme dimaksudkan pendirian yang tidak mengakui kebenaran lain dari pada kebenaran yang disingkapkan dalam ilmu pengetahuan dan tidak menerima cara pengenalan lain dari pada cara pengenalan yang dijalankan oleh ilmu pengetahuan. Jadi saintisme memutlakkan berlakunya ilmu pengetahuan. Atau kita dapat merujuk pada faedah – faedah berikut ini:
      1. Filsafat atau berfilsafat mengajak manusia bersikap arif dan berwawasan luas terhadap terhadap berbagai problem yang dihadapi manusia diharapkan mampu memecahkan problem dengan cara mengidentifikasinya agar mendapat jawaban dengan mudah.
      2. Berfilsafat dapat membentuk pengalaman kehidupan seseorang secara lebih kreatif atas dasar pandangan hidup atau ide – ide yang muncul karena keinginannya.
      3. Filsafat dapat membentuk sikap kritis seseorang dalam menghadapi permasalahan baik dalam kehidupan sehari – hari maupun dalam kehidupan lainnya (interaksi dengan masyarakat, komunitas, agama dan lain – laindiluar dirinya) secara rasional, lebih arif, dan tidak terjebak dalam fanatisme yang berlebihan.
      4. Faedah keempat adalah merupakan bagian penting yang dibutuhkan oleh para ilmuwan atau para mahasiswa yaitu dibutuhkan kemampuan menganalisis, analisis kritis secara komprehensif dan sintesis atas berbagai permasalahan ilmiah yang dituangkan dalam suatu riset, penelitian atau kajian ilmiah lainnya (Budianto 2005:13-19).

    Secara spesifik, filsafat memiliki tugas mengkritisi teknologi, memberi makna, dan menegaskan etika terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengapa demikian dibutuhkan? Karena ada bahaya riil bahwa kita terlalu naïf menantikan anugerah – anugerah teknologi tanpa cukup menyadari segi – segi negatifnya.

    Tugas filsafat yang lain dapat dikatakan sebgai berikut: ilmu pengetahuan dapat menjawab pertanyaan “bagaimana?” dan sering kali sudah sangat berhasil dalam memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi ilmu pengetahuan tidak dapat menjawab pertanyaan “untuk apa?” tidak dikatakan bahwa filsafat selalu dapat menjawab pertanyaan terakhir ini dengan jelas ttetapi pertanyaan tersebut memang termasuk kompetensi filsafat. Dengan kata lain filsafat berbicara tentang “makna”.

    Albert camus mengatakan bahwa soal yang utama bagi filsafat ialah bunuh diri karena dengan perbuatan nekad itu ditampilkan pertanyaan yang fundamental “is life worth while tobe lived?” makna kehidupan manusia merupakan soal filosofis nomor satu. Sementara tugas ketiga yang menyangkut etika dibutuhkan karena ada banyak kenyataan yang menunjukkan kelupaan akan etika karena bahwa sekarang ini kita terutama memerlukan suatu etika yang menyoroti ekonomi. Etika dibutuhkan agar kerja kemanusiaan menjadi terarah pada humanisasi sehingga masalah – masalah yang menghambat kemanusiaan dapat tereliminasi. Jadi melalui filsafat ilmu komunikasi kita dapat berharap bahwa kegiatan ilmiah ilmu komunikasi dapat berkembang secara kritis, penuh makna dan tidak kehilangan pijakan etikanya.

    FUNGSI – FUNGSI FILSAFAT

    Radha Krishnan dalam bukunya “histori of philosopi” menyebutkan fungsi filsafat adalah: kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menopang dunia baru, mencetak manusia – manusia yang menjadikan penggolongan – penggolongan berdasarkan “nation, ras, dan keyakinan”.

    Berbeda dengan pendapat Soemadi  Soerja brata yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajam pikiran maka H. devos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari – hari, orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar – dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dan fungsi filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu baik dalam logika, etika maupun metafisik.

    KETERKAITAN ANTARA FILSAFAT DAN HAKIKAT FILSAFAT KOMUNIKASI

    Proses komunikasi dapat dilihat dalam dua perspektif besar, yaitu perspektif psikologis dan mekanis. Perspektif psikologis dalam proses komunikasi hendak memperli-hatkan bahwa komunikasi adalah aktivitas psikologi sosial yang melibatkan komunikator, komunikan, isi pesan, lambang, sifat hubungan, persepsi, proses decoding, dan encoding. Perspektif mekanis memperlihatkan bahwa proses komunikasi adalah aktivitas mekanik yang dilakukan oleh komunikator, yang sangat bersifat situasional dan kontekstual.

    Dari proses komunikasi yang begitu kompleks dan tidak sederhana tersebut, refleksi komunikasi diperlukan untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas dan komprehensif. Refleksi proses komunikasi tersebut sering di-masukkan dalam disiplin filsafat komunikasi.
    Menurut Prof. Onong Uchjana Effendi (2003: 321), filsafat komunikasi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman (versteben) secara lebih mendalam, funda­mental, metodologis, sistematis, analitis, kritis dan kom- prehensif teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan metode-metodenya.

    Sifat komunikasi, meliputi komunikasi verbal dan nonverbal. Tatanan komunikasi, meliputi intrapribadi, antarpribadi, kelompok, massa, dan media.

    Tujuan komunikasi bisa terdiri dari soal mengubah sikap, opini, perilaku, masyarakat, dan lainnya. Sementara itu, fungsi komunikasi adalah menginformasikan, mendidik, mempengaruhi.
    Teknik komunikasi terdiri dari komunikasi informatif, persuasif, pervasif, koersif, instruktif, dan hubungan manusia wi. Metode komunikasi, meliputi jurnalistik, hu­bungan masyarakat, periklanan, propaganda, perang urat saraf, dan perpustakaan.

    Sehingga dengan demikian bisa dikatakan bahwa fil­safat komunikasi adalah ilmu yang mengkaji setiap aspek dari komunikasi dengan menggunakan pendekatan dan metode filsafat sehingga didapatkan penjelasan yang mendasar, utuh, dan sistematis seputar komunikasi.

    Pemikiran filsafat komunikasi merupakan pemikiran yang menyatu dengan pemikiran teori komunikasi. Beberapa tokoh yang menjadi pemikir filsafat komunikasi adalah Richard L. Lanigan, Stephen Littlejohn, Whitney R. Mundt.

    Sekian artikel tentang Pengertian dan Fungsi Filsafat Komunikasi Menurut Para Ahli. Semoga bermanfaat.

    Daftar Pustaka
    1. Bertens, K, Etika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001
    2. Day, Louis, Ethics in Media Communications: Cases and Controversies, Wadsworth, 1991
    3. Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti, 1993
    4. Katsoff, Louis O, Pengantar Filsafat, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1996
    5. Mulyana, Deddy, Etika Komunikasi, Remaja Rodakarya, Bandung, 1996
    6. M Mufid. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: PT Kencana

    Posting Komentar untuk "Pengertian dan Fungsi Filsafat Komunikasi Menurut Para Ahli"