Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

7 Teori Dasar yang Ada Dalam Psikologi Sosial

7 Teori Dasar yang Ada Dalam Psikologi Sosial - Pada awal 1900an, ada tiga perspektif teori utama yang dikembangkan dan merupakan peletak dasar pada psikologi sosial kontemporer. Yang pertama teori psikoanalisis. Teori ini mengatakan bahwa perilaku dimotixasi dari dalam oleh dorongan dan impuls internal yang kuat seperti seksualitas dan agresi. Para toeiritsi piskoanalisis berusaha memahami kekuatan batin baik itu kesadaran maupun bawah sadar yang memberi kekuatan dan mempengaruhi perilaku.

Teori kedua adalah behaviorism yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov, B.F. Skinner dan rekan-rekannya. Teori ini lebih fokus pada perilaku hewan dan manusia yang dapat diamati, tidak tertarik pada pemikiran dan perasaan subyektif, lebih memilih mempelajarihal-hal yang dapat dilihat dan diukur secara langsung. Behavioris berpendapat bahwa perilaku saat ini adalah hasil proses belajar masa lalu dan meneliti cara lingkungan membentuk perilaku.

Teori ketiga adalah Gestalt Psychology dikembangkan oleh Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, Kurt Lewin dan psikolog Eropa lain yang berimigrasi ke Amerika pada 1930an. Fokus mereka adalah cara pada cara individu memandang dan memahami obyek, kejadian dan orang. Menurut mereka, orang memahami situasi atau kejadian bukan sebagai sesuatu yang tersusun dari elemen diskrit tetapi sebagai “keseluruhan yang dinamis”.

7 Teori Dasar yang Ada Dalam Psikologi Sosial_
image source: mhs.blog.ui.ac.id

Dalam perkembangan disiplin psikologi sosial, terdapat banyak teori yang bertujuan menjelaskan gejala-gejala psikologis perilaku sosial manusia. Banyaknya teori psikologi sosial menggambarkan bahwa terdapat banyak perspektif yang berbeda-beda untuk menjelaskan suatu perilaku yang sebenarnya kurang lebih sama.

1. TEORI BELAJAR SOSIAL

Para pakar teori belajar sosial seperti Albert Bandura mengemukakan bahwa perilaku sosial individu dipelajari dengan melakukannya dan secara langsung mengalami konsekuensi-konsekuensi dari perilaku sosial itu. Proses belajar sosial terhadap suatu perilaku sosial akan semakin dikuatkan apabila kita secara sadar memahami konsekuensi-konsekuensi dari suatu perilaku. Selain itu individu juga mempelajari perilaku baru melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain (observational learning). Perilaku model uyang akan ditiru akan disimpan secara simbolik dalam ingatan peniru. Perilaku insividu sebagai akibat dari belajar sosial terhadap perilaku model akan cederung muncul apabila calon peniru berpikiran bahwa perilaku yang akan dimunculkannya akan mendapat ganjaran seperti yang diterima oleh model.

2. TEORI LAPANGAN

Pendiri teori lapangan (field theory) adalah Kurt Lewin (1890-1947). Pemikiran teori lapangan berbasis pada konsep lapangan atau ruang hidup. Menurutnya segenap peristiwa perilku seperti bermimpi, berkeinginan atau bertindak merupaka fungsi dari ruang hidupnya. Dengan formula b (behavior), p (person), dan e (environment) dijelaskan bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari interaksi karakteristik kepribadian individu dan lingkungannya. Dalam hal ini lingkungan sebagai ruang hidup tidak dapat dipisahkan dari kesatuan dengan kepribadian manusia. Ruang hidup terdiiri atas peristiwa-peristiwa di masa lalu, sekarang dan masa depan.

Penekanan pada keterkaitan antara individu dengan lingkungan memberi sumbangan yang cukup besar dalam perkembangan disiplin psikologi secara umum dan psikologi sosial secara khusus, dimana pada periode sebelumnya lebih memfokuskan diri pada ciri-ciri individu sebagai penyebab perilaku manusia seperti insting, intelegensia, hereditas yang relatif terpisah dari situasi tempat individu hidup.

Menurut Taylor (2009) Kurt Lewin mengaplikasikan gagasan gestalt ke psikologi sosial. Lewin menekankan pentingnya bagaimana individu memahami lingkungan sosial. Perilaku dipengaruhi oleh karakteristik personal individu (seperti kemampuan, kepribadian, disposisi genetik) terhadap pemahamannya tentang lingkungan sosial

3. TEORI KOGNITIF

Gagasan inti dalam perspektif kognitif adalah pertama, bahwa orang cenderung secara sponta mengelompokkan dan mengkategorikan obyek. Kedua, orang mudah memandang sesuatu sebagai hmenonjol (“tokoh”) dan memandang beberapa hal lain sebagai sesuatu yang kurang menonjol (*latar belakang). Biasanya stimuli yang penuh warna, berisik unik dianggap menonjol sedangkan stimuli yang jauh, sepi, umum, datar dan lemah sebagai latar belakang. Perhatian kita kepada cheerleader biasanya bukan karena jumlah tapi lebih karena mereka banyak bergerak, melambaikan tangan, mengenakan baju warna warni.

Pendekatan kognitif berbeda dengan dengan pendektan belajar dalam dua hal, pertsms, pendekatan kognitif lebih berfokus pada persepsi saat ini daripada pengalaman masa lalu. Kedua, pendekatan kognitif lebih memerhatikan arti penting persepsi atau interpretasi seseorang terhadap situasi, bukan pada “realitas” obyektif dari situasi.

4. TEORI PERTUKARAN SOSIAL

Salah satu tokoh teori pertukaran sosial adalah George Homan. Menurut teori pertukaran sosial, individu memasuki dan mempertahankan suatu hubungan sosial dengan orang lain karena ia merasa mendapat banyak keuntungan-keuntungan berupa ganjaran dari hubungan itu. Teori pertukaran sosial menggambarkan kehidupan manusia sebagai suatu perjuangan sosial yang membutuhkan kerja sama dengan orang-orang lain. Kerja sama dengan orang lain dibutuhkan untuk dapat memuaskan kebutuhan masing-masing individu. Pemuasan kebutuhan secara adil hanya dapat timbul apabila terjadi proses ketertimbalikan (recipocity) antar individu dan menghasilkan saling ketergantungan antar mereka. Semakin menguntungkan suatu hubungan bagi kedua belah pihak maka semakin terperiliharalah hubungan itu dalam waktu relatif panjang.

5. TEORI PERAN

Teori peran memberi penelaahan terhadap perilaku sosial dengan penekanan pada konteks status, fungsi dan posisi sosial yang terdapat dalam masyarakat. Peran adalah sekumpulan norma yang mengatur individu-individu berada dalam suatu posisi atau fungsi sosial tertentu memiliki keharusan untuk berperilaku tertentu. Perilaku sosial seseorang dalam sebuah kelompok merupakan hasil aktualisasi dari peran tertentu.

Peran terdiri atas harapan-harapan yang melekat pada ciri-ciri perilaku tertentu yang seharusnya dilaksanakan oleh sesorang yang menduduki posisi atau status sosial tertentu dalam masyarakat. Setiap peran memiliki tugas-tugas tertentu yang harus dilaksanakan oleh pengemban pesan. Salah seorang tokoh teori peran yang terkenal adalah B.J Biddle.

6. TEORI GENETIK

Teori ini menekankan kualitas pembawaansejak lahir atas tingkah laku sosial. Dengan asumsi dasar komponen dari tingkah lakusosial berhubungan atau mempunyai akar pada penyebab genetik yang tidakdipelajari..Beberapa tokoh teori ini adalah Konrad Lorenz, WilliamMcDougal.

Menurut Lorenz :tingkah laku agresi adalah perwujudan dari instink agresi yang dibawa sejak lahir danberasal dari kebutuhan untuk melindungi diri.‡Sedangkan McDougle: mengatakan bahwa banyak tingkahspesifik dapat dijelaskan dalam istilah instink dimana ada ,tingkah laku memiliki tujuan langsung yang tidak dipelajari.Misalnya ibu melindungi anaknya maka diamenjelaskan tingkah laku tersebut sebagaiparental instink.Kebutuhan untuk berinteraksi dgn org lain disebut sebagai “insting berkumpul”

Sekarang ini sebagian ahli psikologi sosialmenolak pendapat teori instink sebagaipenjelasan tingkah laku sosial.‡Sebab: teori instink tidak dapatmenjelaskan alasan dibalik tingkah laku dan tidak dapat memberikan prediktor yang akurat atas tingkah laku yang akan datang.

7. TEORI PSIKOANALISA

Psikoanalisis pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud, memang teori yang kontroversual. Teori freud memang sulit dipahami. Sebab yang pertama adalah karena konsepnya berubah-ubah (berkembang) terus.Kedua karena psikoanalisis hanya berfungsi sebagai teori, tetapi sekaligus juga teknik terapi dan teknik analisis kepribadian manusia. Ketiga, freud sendiri tidak banyak menulis tentang psikologi kelompok

Teori ini menekankan bahwa orang bergerak melewati suatu tahapan (stage) yg pasti selama tahun-tahun awal perkembangan yang berhubungan dengan sumber-sumber kesenangan seksual (sexual pleasure) yaitu tahap oral, anal, phalik dan genital.

Dasar teori psikoanalisa adalah :
  • Tingkah laku orang dewasa merupakan refleksipengalaman masa kecilnya.
  • Tingkah laku org dewasa merupakan refleksi pengalaman masa kecilnya. 

Misalnya dalam memahami perilaku agresifitas, tingkah laku agresi dipandang sebagai manifestasi pembawaan sejak lahir. Sedangkan prasangka pada orang lain, dipandang sebagai konflik individu pada masa kecil dengan orang tuanya yang otoriter yang kemudian direfleksikan dalam ketidak sukaannya pada orang-orang dewasa yang tidak mirip dengan dirinya

Individu bergerak melalui suatu tahapan yang pastiselama tahun-tahun awal perkembangannya yangbersumber kesenangan seksual. Tahapan ini ditandaidengan tahap oral, anal, phalik dan genital.Teori ini juga memperkenalkan konsep ketidaksadaransebagai bagian kepribadian, dimana terletak keinginan-keinginan, impuls-impuls dan konflik-konflik yang dapatmempunyai pengaruh langsung pada tingkah laku.

Teori psikoanalisa telah mengarahkankerja para ahli psikologi sosial padasejumlah topik tentang tingkah laku soisalyang diselidiki dalam arti prosesketidaksadaran, misalnya perilaku agresidipandang sebagai suatu manifestasi dariinstink mati, prasangka kelompokminoritas dipandang sebagai konflikindividu pada masa kecil dengan orangtuannya yang kaku.

Teori Psikoanalisis Tentang Sikap Sosial

Teori ini diajukan oleh Sarnoff, materi teori ini menyangkut sikap (attitude) yang diterangkan berdasarkan mekanisme pertahanan ego. Menurut Sarnoff dalam Sarwono (1984:173) diantara berbagai sikap yang ditunjukan oleh manusia, ada yang fungsinya mempertahankan ego dari ancaman bahaya, baik yang dating dari luat maupun dari dalam diri sendiri.

Terdapat konsep-konsep dasar yang dipaparkan oleh Sarnoff dalam Sarwono (1984:173) antara lain:

a. Motif
Adalah suatu rangsang yang menimbulkan ketegangan (tension), dan ketegangan itu mendorong orang yang bersangkutan untuk meredakannya.

b. Konflik
Jika ada dua motif yang bekerja pada satu saat yang sama maka akan timbullah konflik. Batasan ini didasarkan pada pra anggapan yang dikemukakan Sarnoff bahwa setiap individu hanya dapat melayani (meredakan) satu motif pada satu saat, jika konflik ini tidak dipecahkan maka konflik tersebut bisa berlarut-larut dan individu yang bersangkutan bisa jadi korban motif-motifnya sendiri yang saling bertentangan.

c. Pertahanan Ego (ego defense)
Jika individu menghadapi rangsang atau situasi yang berbahaya maka ego akan terancam. Ancaman bahaya ini akan menimbulkan motif takut pada inidividu yang bersangkutan. Kalau motif takut sudah tidak dapat ditolerir lebih lanjut dan orang yang bersangkutan tidak dapat melepaskan diri dari objek yang ditakuti itu maka ia akan mempertahankan egonya. Respon mempertahankan atau melindungo ego ini disebut pertahanan ego.

d. Sikap (attitude)
Sikap berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang dihasilkan oleh motif-motif tertentu. fungsi sikap ini dapat dilakukan dalam kesadaran yang penuh dan bisa pula berupa bagian dari suatu proses yang tidak disadari.

Pengaruh psikoanalisa terhadap psikologisosial relatif lebih sedikit jika dibandingkandengan teori lainnya.dengan alasan teori psikoanalisa memprediksi tingkah laku berdasarkan proses-proses ketidaksadaran yg sulit diobservasi, sehingga sulit diuji secara ilmiah untuk membuktikan keabsahannya. Teori psikoanalisa hanya dapat menggambarkan fakta tetapi tidak dpt dipakai sbgai prediktor tingkah laku.


Posting Komentar untuk "7 Teori Dasar yang Ada Dalam Psikologi Sosial "