Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
Tipologi-Tipologi dalam Psikologi Kepribadian

Tipologi-Tipologi dalam Psikologi Kepribadian

Tipologi-Tipologi dalam Psikologi Kepribadian - Kali ini kami akan menjelaskan berbagai macam tipologi mansia, berdasarkan konstitusi, tempramen yang dimiliki, berdasarkan nilai budaya, dan berdasarkan kedudukannya didalam keluarga serta memahami berbagai macam tipologi kepribadian manusia, yang dibentuk dari berbagai macam dasar.

Tipologi-Tipologi dalam Psikologi Kepribadian_

Tipologi Manusia Berdasarkan Konstitusi

Tipologi Manusia menurut Hipocrates-Gelanus

Tipologi manusia ini lebih dikenal dengan sebutan tipologi Hipocrates-Gelanus, karena pendapat kedua tokoh tersebut yang menjadi dasar tipologi ini. Hipocrates dalam mengemukakan pendapatnya diinspirasi oleh filsuf sebelumnya yang bernama Empedoclas yang menyatakan bahwa dalam dunia ini terdapat 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Hipocrates berpendapat bahwa dalam tubuh manusia terdapat 4 zat cair dengan sifat-sifatnya yang berlainan, yaitu darah bersifat panas, lendir bersifat dingin, empedu hitam bersifat basah, dan empedu kuning bersifat kering. Ikhtisar dari pokok pikiran Hipocrates disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tipe Manusia
Karakteristik
Penyebab Dominan
Sanguinis
Ekspansif, cepat, lincah. Periang, mudah tersenyum, tidak stabil, optimis.
Darah
Koleris
Garang, Mudah marah, mudah tersinggung, pendendam, serius
Empedu kuning
Flegmatis
Lamban, sabar, plastis, tenang, dingin, tidak mudah bergerak, tidak mudah terpengaruh
Lendir
Melankholis
Pesimistis, pemurung, penakut
Empedu hitam

Pada perkembangan selanjutnya pendapat Hipocrates tersebut di sempurnakan oleh Gelanus. Tokoh ini berpendapat bahwa kelenjar-kelenjar endocrine-glands (kelenjar buntu) dalam tubuh manusia mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang yang bersifat konstan. Gelanus mengemukakan pendapatnya yang berdasarkan 4 cairan tubuh manusia, menurut Hipocrates, berdasarkan hal tersebut ia juga mengemukakan 4 tipologi manusia, daintaranya adalah seperti dyang ada didalam tabel dibawah ini:

Tipe Manusia
Karakteristik
Tipologi Hipocrates
Orang yang terlalu banyak darah (sangui
Ekspansif, cepat, lincah. Periang, mudah tersenyum, tidak stabil, optimis, tidak mudah putus asa, dll.
Sanguinis
Orang yang terlalu banyak Lympa (flegma)
Berpembawaan tenang, plastis, dingin, sabar, tidak gampang terpengaruh oileh orang lain
Flegmatisi
Orang yang terlalu banyak empedu kuning (chole)
Lekas marah, garang, mudah tesinggung, pendendam, serius, dan lain-lain.
Cholerisi
Orang yang terlalu banyak empedu Hitam (melanchole0
Kaku, muram, penakut, pesismistis, dan lain-lain.
melancholisi

Pendapat kedua tokoh diatas membuka jalan para ahli untuk melakukan penyelidikan yang lebih mendalam tentang endocrine –type, yaitu tipe-tipe manusia berdasarkan kelenjar-kelenjar dalam tubuh manusia. Salah satunya adalah Canon seorang ahli di Amerika Serikat (dalam Su’adah dan fauzik lendriyono, 2003), mengemukakan klasifikasi tipe manusia dengan didasarkan pada kelenjar dan fungsinya dalam tubuh, seperti didalam tabel berikut:

No
Jenis Kelenjar
Ciri Kepribadian Manusia
1
Kelenjar Gondok

Lebih
Ambisius dan ingin berkuasa

Kurang
Malas dan bodoh
2
Kelenjar lendir

Lebih
Seperti raksas, kuat, agresif, mudah tersinggung, sukar dipercaya

Kurang
Kerdil, lemah, malas, dan kurang bersemangat
3
Parathyroid

Lebih
Lemah, lekas lelah, tidak berminat, tulang lemah.

Kurang
Penyebab epilepsi
4
Adrenalin

lebih
Jika terjadi pada masa kanak-kanak, maka hal itu menyebabkan cepat puber

kurang
Lemah, mudah menjadi lelah luar biasa tidak mempunyai nafsu, tekanan darah rendah,lemah jantung
5
Gonads

Lebih
Sangat agresif

Kurang
Kurang agresif, dan sentimentil

Tipologi Manusia Menurut Franz Joseph Gall

Franz Joseph Gall pada abad ke-17 bersama dengan ahli lain, yaitu Johann Friedrich Spuzheim mengembangkan Phrenology. Beberapa hal yang mendasari gagasan Gall adalah otak merupakan organ untuk berfikir. Fungsi ini sampai sekarang masih tetap kita yakini kebenarannya. Menurut Gall terbentuknya kepribadian seseorang dapat dtelusuri dari perkembangan tengkorok dengan segala isi yang ada didalamnya, termasuk otak. Ahli tersebut meyakini dengan melakukanmpengukuran terhadap permukaan dan mempelajari keanehan bentuk tengkorak, orang akan dapat menemukan perkembangan bagian tertentu dari otak. Dari studi ini dapat disimpulkan potensi-sikap, kecerdasan, karakter yang menonjol pada diri pemilik otak yang bersangkutan.

Tipologi Manusia Menurut Sigaud
Sigaud menyusun tipologi manusia berdasarkan empat macam fungsi tubuh yang ada atau dimiliki manusia, yaitu motorik, pernapasan, pencernaan, dan susunan saraf sentral. Orang-orang yang ada didunia ini oleh Sigaud dikelompokkan berdasarkan fungsi fisiologis yang paling kuat (dominan). Menurut Sigaud, tipe-tipe manusia dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu manusia bertipe muskuler, respiratoris, digestif, dan serebral. Berikut ini tabel tipe manusia menurut Sigaud:

Tipe Manusia
Karakteristik
Penyebab Dominan
Muskuler
Anggota badannya serba panjang, bersipir, dan serba bersudut.
Apabila orang yang mempunyai fungsi motorik yang paling Kuat
Respiratoris
Bentuk badannya membusung, wajahnya lebar
Apabila orang yang mempunyai fungsi pernapasan yang paling kuat
digestif
Perutnya besar dan pinggangnya lebar
Apabila orang yang mempunyai fungsi pencernaan yang kuat
Serebral
Tulang tengkorak bagian atas besar sekali dan tubuhnya besar.
Apabila orang yang mempunyai fungsi susunan saraf sentral yang paling kuat

Tipologi Menurut Kretschmer

Kretschmer menyusun tipologi manusia berdasarkan pada konstitusi fisis dan konstitusi psikis. Berdasarkan pada konstitusi fisis, tipe manusia dibedakan lagi menjadi empat tipe, sementara berdasarkan pada konstitusi psikis manusia dibedakan menjadi dua tipe. Empat tipe manusia menurut Kretschmeryang didasarkan konstitusi jasmani/fisis sebagi berikut:

Tipe Manusia
Karakteristik
Manusia tipe piknis atau pyknoid
Perawakan gemuk, serba bulat, serba pendek, perut gendut, wajah bundar, badan berlemak, dada berisi, memiliki sifat humor tinggi, gembira, optimis, dan lain-lain.
Manusia tipe asthenis
Badan kurus (tipis), kepala kecil, dada rata, wajah sempit, aggota badan serba panjang, langsing, biasanya wataknya pemurung, kaku dalam pergaulan, mudah tersinggung, dll.
Manusia Tipe atletis
Bentuk badan merupakan campuran antara piknis dengan asthenis, mempunyai sifat realistis, mempunyai watak ingin berkuasa, ekstrovert , supel bergaul
Manusia tipe desplastis atau Hypoplastic
Bentuk badan besar dan tinggi sekali atau kecil dan pendek sekali. Tipe manusia ini selamanya mempunyai perasaan inferioritas.

Sementara itu, dua tipe manusia yang didasarkan pada konstitusi psikis menurut Kretschmer, yaitu manusia tipe Schizothym dan cyclothym.

Tipe Manusia
Karakteristik
Schizothym
Sifat-sifat yang tampak menonjol atau dominan, yaitu egoistis, tidak banyak kawan, sukar bergaul, dan lain-lain.
Cyclothym
Sifat-sifat yang tampak menonjol dan dominan berlawanan dengan manusia tipe schizothym, yaitu banyak teman dan mudah bergaul.

Menurut Kretschmer hubungan pasti kedua macam tipologi yang telah disusunnya itu terjadi antara jasmani dan ruhani. Menurut tokoh tersebut, manusia merupakan makhluk monodualis psikhofisis yang pada dasarnya merupakan hakikat kehidupan manusia. Pendapat Krestchmer tersebut sebetulnya amat ditunjang oleh latar belakang keahliannya sebagai seorang dokter jiwa.ia telah mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berharga selam bekerja. Ia dapat menyimpulkan bahwa antar bentuk tubuh dngan sifat-sifat tempramen terdapat hubungan yang begitu erat.

Tipologi Menurut William H. Sheldon

William H. Sheldon mengemukakan penelitian yang dilakukannya tentang bentuk dan ukuran tubuh manusia sebagai psikologi statis atau morfologi. Menurut Sheldon pemahaman mengenai konstruksi atau susunan tubuh manusia dapat dipakai sebagai jalan untuk memahami dinamika manusia, seperti kegiatan bergerak, merasa, berfikir, dan bertingkah laku. Ia berpendapat bahwa kepribadian manusia dalam banyak hal berhubungan dengan keadaan jasmani yang tampak atau dapat dilihat dengan mata telanjang, menurut sheldon struktur jasmani merupakan hal utama yang berpengaruh terhadap pribadi seseorang.

Untuk lebih memudahkan dalam mempelajari teori kepribadian manusia menurut Sheldon, dapat dibedakan menjadi dua bagian penting, yaitu struktur fisis dan analisis kepribadian

1. Struktur Fisis penentu Kepribadian
Seldhon mengemukakan bahwa ada suatu struktur biologis hipotetis, yaitu morphogenotipe yang menjadi dasar jasmani yang nampak (phenotipe), dan yang memainkan peranan penting tidak saja dalam menentukan perkembangan jasmaniah, tetapi juga dalam pembentukan tingkah laku. Somatotipe merupakan suatu usaha untuk mengukur morphogenotipe itu, walaupun harus bekerja dengan cara tidak langsung dan terutama bersandar pada pengukuran jasmaniah (phenotipe). Komponen-komponen yang terpenting dalam pembentukan kepribadian manusia menurut Sheldon pada dasarnya dibagi menjadi 2 bagian yaitu, komponen jasmani primer dan komponen jasmani sekunder.

(a). Komponen jasmani primer

Hal yang tergolong kedalam komponen jasmani primer yang merupakan somatotipe, suatu pernyataan kuantitatif mengenai derajat kepemilikan tiga komponen fisik, yaitu endomorphy, mesomorphy, dan ectomorphy,penggunaan ketiga istilah komponen diatas dihubungkan dengan tiga lapisan pada terbentuknya foetus manusia (endoderm,mesoderm,ectoderm) dominasi alat-alat yang berasal dari lapisan tertentu menentukan dominasi daripada komponenntertentu, dengan demikian menurut sheldon ada tiga tipe pokok daripada jasmani manusia yaitu endomorph, mesomorph, dan ectomorph. dibawah ini merupakan tabel penjelasan mengenai ketiga tipe tersebut:

No
Tipe Jasmani Manusia
Karakteristik nampak dari luar
1
Endomorph: komponen endomorphynya tinggi, sedangkan yang lainnya rendah, ditandai oleh alat-alat dalam dan seluruh sistem digestif (yang berasal dari endodem)memegang peranan penting
Lembut, gemuk, berat badan relatif rendah
2
Mesomorph: komponen mesomorphy tinggi, sedangkan yang lain rendah , bmaka bagian-bagian tubuh yang yang berasal dari mesoderm berkembang dengan baik,otot-otot, pembuluh darah, jantung dominan.
Kukuh, kuat, keras,ototnya bersegi-segi,tahan sakit
3
Ecsomorph komponen ecsomorphy tinggi, sedangkan yang lain rendah, kulit sistem syaraf memainkan peranan penting
Jangkung, dada kecil dan pipih, lemah, otot-otot hampir tidak dapat berkembang.

Selain mengemukakan tiga tipe jasmani manusia yang ideal, menurut sheldon masih ada enam tipe jasmani manusia yang merupakan tipe-tipe campuran, diantaranya adalah: endomorph yang mesomorph, endomorph yang ectomorph, mesomorph yang endomorph, mesomorph yang ectomorph, ectomorph yang endomorph, ectomorph yang mesomorph.

(b). Komponen jasmani sekunder

Menurut sheldon, somatotipe tidak selalu dapat menjelaskan tubuh yang kombinasi komponen-komponen dasarnya ganjil. Dicontohkan oleh seorang wanita dengan tubuh langsing, tetapi kakinya besar dan pendek, seorang laki-laki yang memiliki kontur tubuh halus, tetapi pahanya lebar, bulu matanya panjang dan melengkung, sheldon mengutarakan pendapatnya bahwa untuk hal sperti itu dapat dijelaskan dengan gejala-gejala yang disebutnya sebagai komponen sekunder yang dapat berupa dysplasia, gynandromorphy, dan texture. 1). Dysplasia adalah ketidakselarasan, merupakan ukuran seberapa jauh tiga komponen primer muncul dengan tidak konsisten dibagian-bagian tubuh yang berbeda. 2) Gynandromorphy berasal dari kata gyna artinya perempuan dan andro artinya laki-laki, jadi campuran sifat fisik antara laki-laki dan perempuan (androgini). 3). Aspek texture ialah komponen sekunder yang amat penting pada individu karena menentukan sifat-sifatnya. Aspek textural menggambarkan ukuran kehalusan atau kekasaran fisik.

2. Analisis Kepribadian Menurut Sheldon

Walaupun telah mempunyai alat yang tetap untuk menilai aspek jasmaniah dari pada manusia, namun ahli-ahli psikologi konstitusional harus membuat atau meminjam metode lain untuk menilai tingkah laku atau kepribadian. Dalam hal ini pandangan sheldon berawal dari walaupun nampaknya ada banyak dimensi atau variabel dalam tingkah laku, tetapi pada dasarnya hanya ada sejumlah kecil komponen-komponen dasar yang diharapkan akan menjadi dasar tingkah laku yang nampak kompleks itu. Sheldon menyusun suatu cara untuk mengukur komponen-komponen dasar atas dasar pendapat yang telah ada dan kemudian disempurnakan dengan dasar pengetahuan klinisnya serta pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Dalam hal ini Sheldon melakukannya dalam dimensi-dimensi tempramen, tyaitu sebagai berikut : a). Cara Kerja Sheldon, dimana Sheldon mengumpulkan sifat-sifat yang telah terdapat didalam kepustakaan mengenai kepribadian. Dari penelitian ini ia mendapatkan sejumlah 650 macam sifat, melaui proses ferivikasi dan membuang yang tidak significant, akhirnya sheldon mendapatkan 50 sifat yang representatif dari pada semua sifat tersebut. kemudian ia mencari kelompok sifat (cluster of traits), dengan pedoman nilai korelasi serendah-rendahnya 0-60, dan masuk dalam kelompok yang berbeda harus punya angka korelasi setinggi-tingginya 0.30. dengan cara tersebut didapatkan 3 kelompok komponen primer tempramen.. b) komponen primer dari pada tempramen, ketiga komponen primer tempramen tersebut diberi nama masing-masing, viscerotonia, somatotonia, dan cerebrotonia. 
 
Tipologi Manusia Berdasarkan Tempramen

Tipologi Temperamen

Aspek kedua yang merupakan dasar penyusunan tipologi psikologi kepribadin adalah tipologi temperamen, hal ini juga sering dinyatakan sebagai konstitusi psikis, artinya sifat-sifat dasar tertentu dari kelakuan, prinsip-prinsip elementer yang dapat ditemui kembali dalam semua perbuatan kita dan mentipe kelangsungan jalannya kelakuan kita tersebut.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa perumusan tipologi temperamen merupakan aspek kejiwaan dari pada kepribadian, yang kemudian temperamen dipengaruhi oleh konstitusi jasmaniah. Sehingga temperamen tersebut berasal dari apa yang dibawa sejak lahir dan karenanya sukar untuk dirubah oleh pengaruh dari luar.Dalam hal ini secara singkat pula akan diuraikan bahasan tentang tipologi temperamen menurut beberapa tokoh yang ada, dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Tipologi-tipologi berdasarkan sifat kejiwaan semata :

a). Tipologi Plato
Dalam bahasan ini Plato membedakan adanya tiga fungsi/bagian jiwa, yaitu; Pikiran (logos), yang berkedudukan di kepala, Kemauan (thumos) yang berkedudukan di dada, Hasrat (epithumid) yang berkedudukan diperut. Kemudian Plato menjelaskan sumber dari pada ketiga fungsi jiwa tersebut di atas yang mengacu pada kebajikan, di antaranya adalah :Pikiran (logos), yang bersumber atas kebijaksanaan, Kemauan (thumos) yang bersumber atas keberanian, hasrat (epithumid) yang bersumber atas penguasaan diri.

Keselarasan atas macam kebajikan tersebut akan mewujudkan kebenaran atau keadilan. Menurut uraian ketiga macam tersebut dapat disimpulkan bahwa tentu ada tipe manusia tertentu, sebab dari ketiganya tentu tidak sama kuatnya, sehingga ada orang yang paling kuat kebijaksanaannya, atau keberaniaannya atau bahkan kuat menahan hawa nafsu (penguasaan diri). Kemudian atas dasar dominasi salah satu di antara ketiga bagian jiwa itu, maka manusia digolongkan menjadi tiga tipe yaitu ;Orang yang terutama dikuasai oleh daya pikirnya, Orang yang terutama dikuasai oleh kemauannya.Orang yang terutama dikuasai oleh hasratnya.

b). Mazhab Perancis
Sebagaimana dalam cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain, ahli-ahli Perancis tampil di depan dengan madzhabnya, demikian pula dalam lapangan yang dibicarakan sekarang ini dapat disaksikan adanya madzhab Perancis. Dengan dirintis oleh Fourier, sederetan ahli-ahli seperti Bourdt (1858), Azam (1887), Peres (1892) Ribot (1892) Queyrat (1896), Malapert (1902) dan lain-lain.Kalau Characterologie di Jerman mula-mula menjadi monopolinya ahli-ahli filsafat serta ahli-ahli ilmu pendidikan dan baru kemudian dibicarakan juga ahli-ahli psikiatri, maka Perancis hal tersebut mula-mula dibahas oleh ahli filsafat sosial, lewat ahli-ahli psikiatri, kemudian dilanjutkan ahli-ahli psikologi. Di antaranya adalah teori Queyrat dan teori Malapert. Dengan uraian sebagai berikut :

1. Tipologi Queyrat

Queyrat (1896) menyusun tipologi atas dasar dominasi daya-daya jiwa, yaitu daya kognitif, daya afektif dan daya konatif. Berdasarkan atas daya-daya tersebut, mana yang lebih dominan, maka dikemukakan tipe-tipe sebagai berikut : a). Salah satu daya yang dominan, yaitu :Tipe meditatif, atau intelektual di mana daya kognitif dominan, Tipe emosional, di mana daya afektif dominan, Tipe aktif, di mana daya konatif dominan. b). Dua daya yang dominan yaitu :Tipe meditatif-emosional atau sentimental, dimana daya kognitif dan daya afektif dominan, Tipe aktif-emosional atau orang garang, dimana daya konatif dan daya afektif dominan, Tipe aktif-meditatif atau orang kemauan, dimana daya konatif dan daya kognitif dominan. c). Ketiga daya dalam proporsi yang seimbang yaitu: Tipe seimbang, Tipe amoroph, Tipe apathies. D). Ketiga daya itu ada atau berfungsi secara tak teratur, yaitu: Tipe tak stabil, Tipe tak teguh hati, Tipe kontradiktoris e). Ada tiga macam tipe yang tidak sehat yaitu : Tipe hypochondris, Tipe melancholis, Tipe histeris

Kesembilan tipe yang pertama adalah tipe-tipe orang sehat, berikutnya tipe orang-orang yang dalam keadaan antara sehat dan tidak sehat, sedangkan tiga tipe terakhir adalah tipe-tipe orang yang menderita sakit.

2. Tipologi Malapert

Malapert (1902) termasuk dari golongan Perancis juga menggolong-golongkan manusia atas dasar dominasi daya-daya jiwa atau aspek-aspek kejiwaan tertentu. Pendapat Malapert itu dapat diikhtisarkan sebagai berikut : a). Tipe intelektual yang terdiri atas: Golongan analiti, Golongan reflektif. b). Tipe afektif, yang terdiri atas ;Golongan emosional, Golongan bernafsu. C). Tipe volunter, yang teridi atas ;Golongan tanpa kemauan, Golongan besar kemauan. D). Tipe aktif, yang terdiri atas : Golongan tak aktifGolongan aktif.



Tipologi Kant & Neo-Kantinisme

Biasanya orang mengenal Imanuel Kant serta pengikut-pengikutnya yaitu tokoh-tokoh Kantianisme dan Neo-Kasntianisme : dalam lapangan filsafat. Namun seperti telah dikemukakan, Characterologie di Jerman mula-mula menjadi monopolinya ahli-ahli filsafat serta ahli-ahli ilmu pendidikan dan baru kemudian dibicarakan juga ahli-ahli psikologi. Demikianlah Kant beserta pengikut-pengikutnya banyak juga berbicara tentang kepribadian. Yaitu dengan uraian sebagai berikut”

1. Tipologi Kant

Teori Immanuel Kant (1724-1804) tentang kepribadian manusia sebagian terdapat dalam kritik der praktischen Vernunft (1788), tetapi terutama terdapat dalam Anthropologie (1799). Maka Kant mencakup kedua arti pengertian watak (character), yaitu : a). Watak dalam arti etis atau normatif, yang terutama dikupasnya dalam kritik der praktischen Vernunft. b). Watak sebagai kualitas-kualitas yang membedakan orang yang satu dari yang lain secara khas (watak dalam arti deskritif atau kepribadian), yang terutama di kupasnya dalam Anthropologie.

Di samping yang dua hal itu Kant mengemukakan kualitas yang ketiga, yaitu temperamen. Temperamen dianggapnya sebagai corak kepekaan atau sinneart, sedangkan karakter dipandangnya sebagai corak pikiran atau denkungsart. Selanjutnya temperamen dianggapnya mengandung dua aspek, yaitu Aspek fisiologis, yaitu konstitusi tubuh, kompleks atau susunan cairan-cairan jasmaniah, Aspek Psikologis, yaitu kecenderungan-kecenderungan kejiwaan yang disebabkan oleh komposisi darah. Yang dalam aspek psikologis ini terdiri dari dua macam temperamen, yaitu sebagai berikut : 1. Temperamen perasaan, yang mencakup dua tipe temperamen, yaitu :Sanguinis, dan Melancholis. 2. Temperamen kegiatan, yang mencakup dua tipe temperamen, yaitu :Choleris dan Phlegmatis

Selanjutnya pendapat Kant yang telah diuraikan itu kiranya dapat diikhtisarkan dengan bagan sebagai berikut :

Tipologi-Tipologi dalam Psikologi Kepribadian 3_

Selanjutnya Kant menjelaskan temperamen-temperamen tersebut sebagai berikut:

1. Temperamen sanguis ini ditandai oleh sifat yang mudah dan kuat menerima kesan (pengaruh kejiwaan), tetapi yang tidak mendalam dan tidak tahan lama. Adapun sifat-sifat khas golongan ini adalah :Suasana perasaannya selalu penuh harapan, segala sesuatu pada suatu waktu dipandangnya penting tetapi sebentar kemudian tidak dipikirkan lagi.Sanguisinicus sering menjanjikan sesuatu tetapi jarang ditepapti, karena apa yangdijanjikan itu tak dipikirkannya secara mendalam apakah dia dapat memenuhinya atau tidak.Dengan senang menolong orang lain, tetapi tidak dapat dipakai sandaran. Dalam pergaulan peramah dan periang.Umumnya bukan penakut, tetapi kalau bersalah sukar bertaubat, dia menyesal tetpi sesal itu lekas lenyap.Menegnai soal-soal "zekelijk" lekas bosan, tetapi mengenai soal permainan atau hiburan tidak jemu-jemu.

2. Temperamen melancholis, Sifat-sifat khas temperamen ini adalah :Semua hal yang bersangkutan dengan dirinya dipandangnya penting dan selalu disertai dengan syakwasangka atau kebimbangan.Perhatiannya terutama tertuju kepada segi permasalahan kesukaran-kesukarannya.Tidak mudah membuat janji, karena dia berusaha akan selalu menempati janji yang telah dibuatnya, tetapi hal ini dilakukannya tidak atas dasar pertimbangan moral melainkan karena kalau tidak menempati janji itu sangat merisaukan jiwanya : hal ini juga menyebabkan dia kurang percaya dan tidak mudah menerima keramahtamahan orang lain.Suasana perasaanya umumnya juga bertentengan dengan suasana perasaan sanguinicus : hal ini menyebabkan mengurangi kepuasan akan keadaannya, dan kurang dapat melihat kesenangan orang lain.

3. Temperamen choleris, dimana sifat-sifat khas golongan temperamen ini adalah:Lekas terbakar tetapi juga lekas padam atau tenang, tanpa membenci.Tindakan-tindakannya cepat tetapi tidak constant.Selalu sibuk, tetapi dalam kesibukannya itu dia lebih suka memerintah dari pada mengerjakannya sendiri. Nafsunya yang terutama ialah mengejar kehormatan ; suka sibuk di mata orang banyak dan suka dipuji secara terang-terangan.Suka pada sikap semu dan formal. Suka bermurah hati dan melindungi, tetapi hal ini dilakukannya bukan karena dia sayang kepada orang lain melainkan karena sayang diri sendiri, sebab dengan berbuat demikian itu dia akan mendapatkan penghargaan.Dalam berpakaian selalu cermat dan rapi, karena dengan demikian itu dia Nampak lebih cendekia dari pada yang sebenarnya.

4. Temperamen phlegmatic, dimana phlegma berarti ketidaklembaman, jadi berarti tidak malas. Phlegma sebagai kelemahan ialah kecenderungan ke arah ketidakpekaan ; alasan yang kuat tidak cukup merangsangnya untuk bertindak ; ketidakpekaan ini menyebabkan adanya kecenderungan ke arah kejemuan dan mengantuk. Phlegma sebagai kekuatan sebaliknya, merupakan sifat yang tidak mudah bergerak tetapi kalau sudah bergerak lalu tahan lama. Dengan demikian sifat-sifat khas dari golongan ini adalah sebagai berikut :Lambat menjadi panas tetapi panasnya itu tahan lama.Tidak mudah marah.Darah yang dingin itu tak pernah dirisaukannyaCocok untuk tugas-tugas ilmiah.

Dengan sengaja pencandraan Kant ini dikemukakan dengan agak mendetail, karena pencandraan ini nanti ternyata besar pengaruhnya terhadap ahli-ahli yang lebih kemudian. Dalam pada itu masih ada satu hal yang perlu dikemukakan, yaitu masalah temperamen campuran. Menurut Kant temperamen campuran itu tidak ada karena dengan beberapa alasan sebagai berikut : a). Temperamen-temperamen yang bertentangan dan mungkin berkombinasi, jadi tak aka ada kombinasi antara melancholis dan sanguinis, ataupaun antara choleris dengan phlegmatis. b). Kombinasi-kombinsani yang lain, seperti kombinasi antara sanguinis dan choleris ataupun melancholis dengan phlegamtis akan saling menetralkan, jadi tak mungkin ada.



Tipologi Neo-Kantinism

Salah seorang neo-Kantianis yang terkenal adalah Ensellhans. Karyanya dalam lapangan psikologi kepribadian adalah characterbildung (1908). Berbeda dari Kant, dia membatasi temperamen pada segi perasaaan saja, sebab dia berpendapat memang hanya itulah yang ada, apa yang disebut Kant temperamen kegiatan itu menurut dia pada hakikatnya adalah konstitusi afektif yang menentukan kegiatan dalam hubungan dengan kehidupan kemauan. Kepribadian (character) orang nampak dari tindakan-tindakannya dan tindakan-tindakan itu selalu tindakan kemauan. Sedang kemauan itu adalah penjelmaan dari pada temperamen. Seperti secara alur dalam bagan berikut :

Tempetramen > Kemauan > Tindakan

Adapun temperamen itu tergantung kepada dua hal pokok, yaituKepekaan kehidupan afektif, yaitu mendalam dan tidaknya pengaruh perangsang, Bentuk kejadian afektif, ini tergantung kepada dua hal sebagai berikut : Mobilitas perasaan dan Kekuatan perasaan

Kedua hal di atas, yaitu kepekaan kehidupan afektif dan bentuk kejadian afektif dapat menimbulkan kekuatan penggerak dari pada perasan, dan selanjutnya ini merupakan impuls bagi motif kemauan. Jadi apa yang telah dikemukakan pada bagan (bagan : 2) tadi dapat dijelaskan dengan bagan sebagai berikut :


Atas dasar variasi berbagai hal yang merupakan unsur-unsur temperamen itu Enselhans menggolongkan manusia ke dalam empat tipe sesuai dengan pendapat ahli-ahli yang lebih dahulu ; dalam pada itu masing-masing tipe itu dikhusukan lagi menjadi dua golongan. Dengan demikian terdapat delapan golongan manusia. Adapun tipe-tipe manusia menerut Enselhans itu dapat diikhtisarkan sebagai berikut :

Tipologi Madzhab Perancis Neo-Kantinisme : Enselhans

Temperamen
Kepekaan
Kehidupan
Afektif
Bentuk
Afektif
Mopbilitas
Kejadian
Kekuatan
Kekuatan
Penggerak
dp.Perasaan
Golongan / Sifat
Khas Orangnya
Melancholis
Mendalam
Tetap
Kuat
a. Kuat
Orang giat penuh dengan cita-cita
b. Lemah
Orang murung yang pengelamun
Choleris
Tidak Mendalam
Berganti-ganti
Kuat
a. Kuat
Orang kemauan yang garang / hebat
b. Lemah
Orang Perasaan, mudah terseinggung
Phlegmatis
Mendalam
Tetap
Lemah
a. Kuat
Orang berdarah dingin, pemikir yang kritis
b. Lemah
Orang yang bersikap masa bodoh / apathis
Sanguistis
Tidak Mendalam
a. Kuat
b. Lemah

Dalam pada itu Enselhans mengemukakan adanya dua aspek watak (character), yaitu :a). Aspek formal, yang mencakup sifat-sifat :Konsekuen, yang menggambarkan keseragaman tindakan-tindakan, Kekuatan (kekuatan kemauan), Keuletan, kebebasan, b). Aspek material, yaitu arah dari pada kemauan, atau lebih jelasnya arah tindakan, apakah arah tindakan itu baik ataukah buruk.

Tipologi J. Bahnsen

Julius Bahnsen (1830-1881) dengan karyanya Beitrage zur Charaterologie (1867) yang terdiri dari dua jilid. Rumke (1951) menyebut Julius Bahnsen sebagai orang yang pertama dalam menggunakan istilah Charaterologie. Bahnsen berpendapat bahwa kepribadian ditentukan oleh tiga macam kejiwaan, yaitu

Tempramen & Kemauan

1. Temperamen
Dalam hal ini temperamen ditentukan oleh empat faktor, yaitu : A). Spontanitas (spontaneity), Spontanitas nampak jika orang menentukan sikap atau bertindak, terlepas dari pengaruh orang lain, jadi sikap atau tindakan itu benar-benar berpangkal pada jiwa sendiri. Sikap atau tindakan disebut spontan apabila diambil atau dilakukan tanpa adanya paksaan dari luar (orang lain). Dalam congritnya variasi spontanitas ini boleh dikata tak terhingga, akan tetapi secara teori dapat dilakukan dikhotomisasi, sehingga ada dua macam spontanitas, yaitu (a). yang lemah dan (b). yang kuat. B). Reseptivitas (receptivity). Yang dimaksud dengan reseptivitas ialah cara bagaimana orang menerima kesan, apakah cepat atau lambat. Juga di sini secara teori terdapat dua macam reseptivitas, yaitu (a). yang cepat dan (b). yang lambat. C). Impresionabilitas (impressionability)Yang dimaksud dengan impresionabilitas ialah mendalam atau tidaknya pengaruh sesuatu keadaan terhadap jiwa. Juga kualitas ini dalam congritnya tidak terhingga variasinya, akan tetapi secara teori dapat dibedakan adanya dua macam impresionabilitas, yaitu (a). yang mendalam dan (b). yang tidak mendalam. D). Reaktivitas (reactivity)Adapun yang dimaksud dengan reaktivitas ialah lama atau tidaknya sesuatu kesan mempengaruhinya. Secara teori kualitas ini juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). yang lama dan (b). yang tidak lama.

Dengan demikan, dari keempat faktor pokok itu dapat diketemukan adanya 16 macam kombinasi, sehingga secara teori juga ada 16 macam variasi temperamen, yang terdiri dari empat macam temperamen pokok, yaitu Golongan temperamen choleris, Golongan temperamen sanguinis, Golongan temperamen phlegmaticGolongan temperamen anamatischAdapun dari ke-16 kombinasi tersebut dapat lebih jelas diperiksa pada bagan serta tabel berikut ini :


Apabila kualitas kuat / cepat / mendalam / lama diberi tanda (+), sedangkan yang sebaliknya kita beri tanda (-), maka kesimpulan dapat kita lihat pada tabel berikut ini :

Kombinasi Faktor-Faktor Temperamen : Julius Bahnsen

No.
Spontanitas
Receptivitas
Impresionabilitas
Reaktifitas
Kualitas
tanda
Kualitas
tanda
Kualitas
tanda
Kualitas
tanda
1
2
3
4
5
1
Kuat
+
Cepat
+
Mendalam
+
Lama
+
2
Kuat
+
Cepat
+
Mendalam
+
Tak Lama
-
3
Kuat
+
Cepat
+
Tak.Men.
-
Lama
+
4
Kuat
+
Cepat
+
Tak.Men.
-
Tak Lama
-
5
Kuat
+
Lambat
-
Mendalam
+
Lama
+
6
Kuat
+
Lambat
-
Mendalam
+
Tak Lama
-
7
Kuat
+
Lambat
-
Tak.Men.
-
Lama
+
8
Kuat
+
Lambat
-
Tak.Men.
-
Tak Lama
-
9
Lemah
-
Cepat
+
Mendalam
+
Lama
+
10
Lemah
-
Cepat
+
Mendalam
+
Tak Lama
-
11
Lemah
-
Cepat
+
Tak.Men.
-
Lama
+
12
Lemah
-
Cepat
+
Tak.Men.
-
Tak Lama
-
13
Lemah
-
Lambat
-
Mendalam
+
Lama
+
14
Lemah
-
Lambat
-
Mendalam
+
Tak Lama
-
15
Lemah
-
Lambat
-
Tak.Men.
-
Lama
+
16
Lemah
-
Lambat
-
Tak.Men.
-
Tak Lama
-

Dengan berbagai uraian di atas, maka dapat disimpulkan untuk mengetahui temperamen menurut Bahnsen, dalam beberapa pedoman berikut ini.Spontanitas kuat, reseptivitas cepat : Choleris, Impresionabilitas tak mendalam, reaktifitas tak lama : SanguinisReseptivitas lambat, reaktifitas lama : ph;egmatis, Spontanitas lemah, impresionabilitas mendalam : anamatisch.KemauanKemauan oleh Bahnsen dipandang penting dan mengendalikan sebagian besar dari pada tingkah laku manusia.

Posodynie

Posodyne ialah ketabahan manusia dalam menghadapi kesukaran atau dalam menderita. Dalam hal ini ada dua macam, yaitu :
  1. Posodynie kuat, yang ternyata pada kesabaran serta keteguhan hati pada waktumenderita atau menghadapai kesukaran, kepercayaan akan datangnya hari yang baik (eukologi) dan sebagainya. 
  2. Posodynie lemah, yang ternyata pada sifat lekas putus asa, lekas berkeluh kesah, lekas kehilangan kepercayaan terhadap akan datangnya hari yang lebih baik (dyskologi) dan sebagainya. 

Daya Susila

Daya susila ialah kecakapan manusia untuk membedakan dan meyakini hal-hal yang baik dan yang buruk (dalam berbagai bentuknya, seperti adil dan tidak adil, patut dan tidak patut, susila dan tidak susila dan sebagainya), serta untuk mengatur tingkah lakunya sesuai dengan hal tersebut.Nyata sekali, bahwa kombinasi ketiga macam keadaan yang telah dikemukakan itu dapat merupakan variasi yang banyak sekali. Dipandang dari soal yang terakhir ini teori Bahnsen itu lebih dekat kepada cara pendekatan pensifatan (traits aproach), karena dia mengemukakan banyak sekali segi-segi kejiwaan yang harus diperhitungkan dalam memperbandingkan kepribadian manusia.

Tipologi E. Meumann

Ernst Meumann (1862-1915) boleh dikatakan seorang sarjana yang ideal pada zamannya. Ia belajar di Tubingen, Berlin, Halle, Bonn dalam ilmu-ilmu theology, fisiologi, kedokteran, fisika, filsafat dan psikologi, kemudian menjadi guru besar di Zurich, Konigsberg, Munster, Halle, Leipzig dan Hamburg.

Bukunya yang mengupas soal kepribadian berjudul intelligenz und wille. Seperti gurunya yaitu Wundt, Meumann berpandangan Voluntaristis : watak diberinya batasan sebagai disposisi kemauan, secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut :

Watak > Kemauan > Perbuatan

Oleh karena itu watak (character) adalah disposisi kemauan yang manifest dalam perbuatan, maka pembahasan tentang watak dapat dikerjakan dengan melalui pembahasan kemauan. Menurutnya kemauan mengandung tiga aspek pokok, yaitu:

1. Aspek yang mempunyai dasar kejasmanian

Dipandang dari segi ini Meumann dapat disebut bersifat fisiologis. Sifat-sifat kemauan itu mempunyai dasar fisiologis dan pada pokoknya tergantung kepada sistem saraf. Sehingga aspek ini mencakup :Intensitas atau kekuatan kemauan : ada orang yang mempunyai konstitusi saraf yang kuat dan karenanya mempunyai kekuatan yang besar dan sebaliknya. A).Lama atau tidaknya orang melakukan tindakan kemauan : b).juga di sini dengan mempergunakan hasil-hasil penyelidikan Mosso, Krapelin dan Stern ditunjukkan bahwa perbedaan dalam hal ini berpangkal pada perbedaan dalam kekuatan saraf. C).Sebagai taraf perkembangan kemauan yang terjadi berbagai individu yang juga punya dasar fisiologie, taraf-taraf tersebut adalah :
  • Disposisi untuk bertindak secara instinktif atau impulsif, dan lawannya yaitu bertindak hati-hati dan menjangkau ke depan (melihat lebih jauh) 
  • Disposisi untuk bersikap menaruh perhatian (attentive). 
  • Disposisi untuk menentukan persetujuan ; dalam hal ini yang segera menentukan dan ada yang lama menimbang-nimbang. 
  • Disposisi untuk bertindak secara kebiasaan atau mekanis. 

2. Aspek afektif, yang menjelma dalam temperamen

Temperamen oleh Meumann diberinya batasan sebagai bentuk afektif aktifitas yang tergantung kepada kerja sama antara disposisi-disposisi afektif danvolisional. Bagaimanakah kita mempengaruhi disposisi-disposisi afektif itu ? Meumann menjawab soal ini dengan menunjuk kepada sifat-sifat fundamental perasaan. Jadi dengan demikian analisis tentang temperamen lalu menjadi analisis tentang perasaan. Sifat-sifat fundamental tersebut adanya pada manusia dalam conretonya boleh dikata tak terhingga banyaknya variasinya, tetapi dalam abstractonya secara teori, dapat dilakukan dikhotomosasi, yaitu penggolongan menjadi dua golongan. Adapun sifat-sifat fundamental perasaan itu adalah sebagai berikut :

  1. Berdasarkan atas mudah dan tidaknya terpengaruh oleh perangsang, dapatdibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). mudah dan (b). sukar. 
  2. Berdasarkan kualitasnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). senang dan (b). tak senang. 
  3. Berdasarkan intensitas (kekuatan atau kejelasannya) dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). kuat / mendalam dan (b). tak kuat / tak mendalam. 
  4. Berdasarkan atas lama berlangsungnya, yaitu lama atau tidaknya ada dalam kesadaran, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). lama dan (b). tak lama. 
  5. Berdasarkan atas pengaruhnya (effect) setelah pernah tidak lagi disadari, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). lama, selalu kemabli kesadaran dan (b). singakat. 
  6. Berdasar atas genesisnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). terutama ditimbulkan oleh perangsang dari luar atau dari dalam dan (b). terutama ditimbulkan oleh isi-isi kesadaran. 
  7. Berdasarkan atas hubungannya dengan lain-lain isi kesadaran, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). rapat / erat, ada penyatuan dan (b). tak rapat. 
  8. Berdasarkan atas hubungannya dengan subyek, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a). diobyekkan, misalnya hari yang menggembirakan, pagi yang riang dll. dan (b). disubyekkan, yaitu perasaan dipandang sebagai afeksi subyek semata-mata 

Kemudian berdasarkan atas bahan-bahan yang baru saja dikemukakan itu, telah dapat disusun suatu rangka teori temperamen, namun dalam hal ini Meumann masih mencari segi-segi fisiologinya. Modus atau bentuk terlahirnya perasaan itu dapat bermacam-macam dan tendens-tendens ekspresif ini mempengaruhi keadaan fisiologis tertentu yaitu Susunan saraf pusat, Alat-alat motoris, Fungsi-fungsi vaso-motoris

Telah menjadi pengetahuan umum bahwa kegembiraan biasanya meningkatkan kegiatan, mendorong ke arah aktif, sedangkan kesedihan biasanya menghilangkan atau menurunkan kegiatan, menyebabkan pasif. Dalam pada itu harus diingat pula, orang akan berlain-lainan reaksinya, misalnya saja orang malu dapat menjadi marah dapat pula menjadi pucat.

3. Aspek kecerdasan (intelligenz) 

Aspek kecerdasan ini mencakup tiga macam kualitas, sebagai berikut :

a. Yang berhubungan dengan sifat kerja mental, dalam hal ini dapat dibedakan adanya tiga kualitas berfikir, yaitu : Berfikir produktif, Berfikir reproduktif, Berfikir tidak produktif

b. Yang melingkupi taraf kebebasan intelektual, dalam hal ini dapat dibedakan adanya :Yang tinggi taraf kebebasannya – bebas, Yang rendah taraf kebebasannya – tak bebas

c. Yang melingkupi perbedaan-perbedaan dalam cara berfikir, dalam hal ini ada dua, yaitu : Berfikir analitis dan lawannya berfikir sentesis, Berfikir intuitif dan lawannya berfikir diskurtif



Teori Heymans

Hasil karya Heymans merupakan kemajuan satu langkah dalam lapangan tipologi atas dasar temperamen. Dia tidak lagi seperti ahli-ahli yang lebih dahulu yang menyusun teorinya yang atas dasar pemikiran spekulatif, tetapi dia atas dasar data-data penyelidikan empiris. Dengan mempergunakan data-data yang berasal dari biografi, keterangan tentang keturunan serta keadaan anak-anak sekolah menengah di Nederland, secara komparatif dengan mempergunakan tehnik statistik Heymans menarik kesimpulan-kesimpulannya yang terutama dirumuskan dalam Inleiding tot de speciale psychology (1948).Data yang dianalisis oleh Heymans adalah berupa :

1. Bahan biografis : 110 biografi orang-orang yang berbeda waktu hidupnya, tempat tinggalnya dan kebangsaannya.

2. Keturunan mengenai 458 keluarga meliputi 2523 orang.

3. Keterngan mengenai murid-murid sebesar 3938 orang

4. Hasil penelitian laboratorium.

Dari hasil penelitian berdasar pada data-data di atas, Heymans berpendapat bahwa manusia itu sangat berlain-lainan kepribadiaannya, dan tipe-tipe kepribadian itu bukan main banyak macamnya, boleh dikata tak terhingga. Artinya tiap orang memiliki kualitas dalam taraf tertentu, dalam concretonya adanya kualitas-kualitas tersebut tak terhingga variasinya, akan tetapi dalam abctractonya atau secara teorinya dapat dilakukan dikhotomisasi, dan secara garis besarnya dapat digolongakan menjadi tiga macam kualitas kejiwaan seseorang, yaitu :

1. Emosionalitas

Yaitu mudah atau tidaknya perasaan orang terpengaruh oleh kesan-kesan. Pada dasarnya semua orang memiliki kecakapan ini, yaitu kecakapan untuk menghayati sesuatu perasaan karena pengaruh sesuatu kesan, tetapi kecakapan tersebut dapat berlain-lainan dalam tingkatannya, dan dalam dikhotomi terdapat : a). Golongan yang emosianal, artinya yang emosionalitasnya tinggi, yang sifat-sifatnya antara lain impulsif, mudah marah, suka tertawa, perhatian tidak mendalam, tidak praktis, tetap di dalam pendapatnya, ingin berkuasa, dapat dipercaya dalam soal keuangan. B). Golongan yang tidak emosional, yaitu golongan yang emosionalitasnya tumpul atau rendah, yang sifat-sifatnya antara lain berhati dingin, zakelijk, berhati-hati dalam menentukan pendapat, praktis, jujur dalam batas-batas hukum, pandai menahan nafsu birahi dan memberi kebebasan kepada orang lain.

2. Proses pengiring (skunder)

Yaitu banyak sedikitnya pengaruh kesan-kesan terhadap kesadaran setelah kesan-kesan itu sendiri tidak lagi ada dalam kesadaran. Di sini ada beberapa tingkatan, yang dalam dikhotomi ada dua tingkatan, yaitu : a). Golongan yang proses pengiringnya kuat (berfungsi skunder), yang sifat-sifatnya antara lain tenang tak lekas putus asa, bijaksana (verstanding), suka menolong, ingatan baik, dalam berfikir bebas, teliti, konsekuen dalam politik moderat atau konservatif, b). Golongan yang proses pengiringnya lemah (berfungsi primer), yang sifat-sifatnya antara lain tidak tenang, lekas putus asa, ingatan kurang baik, tidak hemat, tidak teliti, tidak konsekuen, suka membeo, dalam politik radikal (egois).

3. Aktifitas

Adapun yang dimaksud dengan aktifitas di sini ialah banyak sedikitnya orang menyatakan diri, menjelmakan perasaan-perasaannya dan pikiran-pikirannya dalam tindakan yang spontan. Dalam hal ini oleh Heymans digolongkan menjadi dua macam, yaitu : a). Golongan yang aktif, yaitu golongan yang karena alasan lemah saja telah berbuat, sifat-sifat golongan ini antara lain suka bergerak, sibuk, riang gembira, dengan kuat menentang penghalang, mudah mengerti, praktis loba akan uang, pandangan luas dan setelah bertengkar lekas mau berdamai, b). Golongan yang tidak aktif, yaitu golongan yang walaupun ada alasan-alasan yang kuat belum juga mau bertindak, sifat-sifat golongan ini antara lain lekas mengalah, lekas putus asa, segala soal dipandang berat, perhatian tak mendalam, tidak praktis, suka membeo, nafsu birahi kerap kali menggelora, boros dan segan membuka diri.


Dengan dasar tiga kategori di atas, yang masing-masing terdiri atas dua golongan, maka Heymans menemukan delapan tipe, hal ini dapat dilihat dalam bagan berikut ini :

Kemudian jika golongan yang emosianal, yang proses pengiringnya kuat, serta yang aktif diberi tanda (+), sedangkan yang sebaliknya diberi tanda (-), maka ikhtisar demikian dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Ikhtisar Tipologi Temperamen : Heymans

No.
Emosional
Proses Pengiring
Aktifitas
Tipe
Sifat
tanda
Sifat
tanda
Sifat
tanda
1
Emosional
+
Kuat
+
Aktif
+
Gepasionir
2
Emosional
+
Kuat
+
Tak Aktif
-
Sentimentil
3
Emosional
+
Lemah
-
Aktif
+
Choleris
4
Emosional
+
Lemah
-
Tak Aktif
-
Nerveus
5
Tak Emosional
-
Kuat
+
Aktif
+
Phlegmatis
6
Tak Emosional
-
Kuat
+
Tak Aktif
-
Apathis
7
Tak Emosional
-
Lemah
-
Aktif
+
Sanguinis
8
Tak Emosional
-
Lemah
-
Tak Aktif
-
Amoprh


Teori G Ewald

G. Ewald memepunyai titik berangkat dan sudut pandangan yang berbeda dari ahli-ahli yang telah dibicarakan sebelumnya. Dia berangkat dari sudut pandangan psikiatrik, karya utamanya dalam bidang teori kepribadian dalam Temperamen und Character (1924). Di dalam tnjauannya yang beisfat psikiatrik itu Ewald membuat perbedaan secara tajam antara temperamen dan watak. Sebagaimana dijelaskan dalam keterangan berikut ini:

1. Temperamen

Temperamen adalah konstitusi psikis, yang berhubungan dengan konstitusi jasmani. Jadi di sini keturunan atau dasar memainkan peranan penting, sedang pengaruh pendidikan dan lingkungan boleh dikata tidak ada. Selanjutnya Ewald berpendapat bahwa temperamen itu sangat erat hubungannya dengan biotonus (tegangan hidup, kekuatan hidup dan tegangan energi), yaitu intensitas serat irama hidup. Biotonus ini ada selama hidup dan adanya pada diri seseorang constant, terutama tergantung kepada konstelasi hormon-hormon.

Biotonus ini tergantung faktor kejiwaan yang merupakan temperamen, yaitu :a). Intensitas dan tempo hidup, b). Perasaan-perasaan vital yang menyertainya (suasana perasaan individu)

Selanjutnya Ewald membedakan adanya tiga macam temperamen, yang perbedaanya terutama bersifat kuantitatif, berdasarkan atas kuat atau lemahnya biotonus itu, yaitu a). Temperamen sanguinis atau hipomanis, dengan biotonus kuat, b). Temperamen melancholis atau depresif, dengan biotonus lemah, c). Temperamen biasa atau normal, dengan biotonus sedang

2. Watak (character)
Ewald memberi batasan watak sebagai totalitas dari keadaan-keadaan dan cara bereaksi jiwa terhadap perangsang. Secara teoritis dia membedakan antara : watak yang dibawa sejak lahir dan watak yang diperoleh, dengan keterangan berikut :

a). Watak yang dibawa sejak lahir
Watak yang dibawa sejak lahir (angeborenerCharakter, watak genotipis), yaitu aspek yang merupakan dasar dari pada watak, watak genotipis ini sangat erat hubungannya dengan keadaan fisiologis, yakni watak kualitas susunan saraf pusat

b). Watak yang diperoleh
Watak yang diperoleh (erworbenerCharacter, watak phaenoripis), yakni watak yang telah dipengaruhi oleh lingkungan, pengalaman dan pendidikan.

Sebagai kesimpulan atas perbedaan temperamen dan watak menurut Ewald adalah bahwa temperamen boleh dikata tetap selama hidup, jadi tidak mengalami perkembangan, karena temperamen tergantung kepada konstelasi hormon-hormon, sedangkan konstelasi hormon-hormon itu tetap selama hidup. Adapun watak, walaupun pada dasarnya telah ada tetapi masih mengalami pertumbuhan atau perkembangan, watak sangat tergantung kepada faktor-faktor eksogen.

Dengan demikian telah nyata aspek-aspek atau komponen-komponen apa yang ada pada manusia, namun dalam menyusun tipologinya Ewald menggunakan prinsip-prinsip lain, yang pada pokoknya didasarkan kepada "busur refleks" (menurut psikologi lama), yang menyatakan bahwa tingkah laku itu tersusun atas tiga stadia yaitu :Penerimaan rangsang, Penyimpanan dan pengolahan kesan perangsang, Reaksi, yakni penjelmaan perangsang yang telah disimpan dan diolah itu dalam tindakanUntuk memperjelas pendapat tersebut dapat dilukiskan dalam bagan busur reflek : tiga stadia tingkah laku, berikut ini :

Tipologi-Tipologi dalam Psikologi Kepribadian 1_

Masing-masing stadium yang digambarkan di atas, oleh Ewald dapat digunakan dalam menggolongan tipologi, dengan keterangan sebagai berikut :
  1. Stradium I, disebut oleh Ewald Eindrucksfahingkeit, yakni kecakapan menerima kesan-kesan atau kepekaan terhadap perangsang (yang diberi lambang Ed). Dalam hal ini masih dibedakan lagi menjadi dua macam, yaitu : a). Kepekaan terhadap perasaan-perasaan tinggi atau empfinadlichkeit (yang diberi lambang E), b), Kepekaan terhadap perasaan-perasaan instinktif atau triebesfahigkeit (yang diberi lambang Tr) 
  2. Stadium II, terdiri dari dua macam, yaitu : a). Retentionsfahigkeit (yang diberi lambang R), yakni retensi, proses pengiring dari pada apa yang tersebut di atas (stadium I). Jadi masalahnya ialah apakah pengalaman-pengalaman mempunyai bekas yang mempengaruhi tingkah laku selanjutnya. Maka dalam hal ini ada orang yang dapat menyimpan kesan-kesan dalam waktu yang lama dan ada yang tidak lama, b). Intrapsychische (yang diberi lambang IA), yaitu kecakapan jiwa untuk mengolah kesan-kesan. 
  3. Stadium III, disebut Leitsfahigkeit (yang diberi lambang L), yaitu kecakapan untuk menjalankan apa yang telah diolah atau dipertimbangkan itu dalam perbuatan, jadi masalahnya ialah apakah individu dapat merealisasikan apa yang telah diolah atau dipertimbangkan itu. 

Tipologi-Tipologi dalam Psikologi Kepribadian 2

Dengan berdasar pada pembicaraan di atas, maka bagan yang telah dikemukakan (bagan dibawah ini) dapat disempurnakan dengan bagan berikut ini :

Tipologi Berdasarkan Nilai Kebudayaan

Teori Eduard Spranger

Pokok-pokok pikiran Spranger mengenai kepribadian manusia singkatnya adalah sebagai yang dikemukakan berikut ini:
  1. Dua Macam Roh (Gest)
    Spranger membedakan adanya dua macam roh (gest) yaitu: a). Roh subjektif atau roh Individual dimana roh yang terdapat pada manusia masing-masing individu. Roh ini merupakan struktur yang bertujuan mencapai atau menjelmakan nilai-nilai tertentu, dan karena itu juga hanya dapat dipahami dengan jalan memahami sistem nilai-nilai itu. 
  2. Hubungan antara Roh subjektif dan Roh Objektif 
  3. Lapangan-lapangan hidup.
Open Comments