Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cabang Psikologi Sebagai Perkembangan dari Fungsionalisme

Cabang Psikologi Sebagai Perkembangan dari Fungsionalisme - Fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang tumbuh di Amerika Serikat yang dipelopori oleh William James. Yang jadi minat aliran ini yaitu apa yang terjadi di dalam sebuah aktivitas psikologi dan apa yang menjadi tujuan dari aktivitas itu. Seperti namanya, aliran ini hendak mempelajari fungsi dari tingkah laku atau proses mental, jadi bukan hanya mempelajari strukturnya. Untuk dapat memepelajari fungsi tingkah laku, kaum fungsionalis mengembangkan metode eksperimen di samping metode introspeksi yang tetap dipakai meskipun dengan banyak kritik. Metode yang sering dipakai adalah metode observasi tingkah laku yang terdiri dari dua, yaitu fisiologis dan metode variasi kondisi.

Cabang Psikologi Sebagai Perkembangan dari Fungsionalisme_
image source : www.chacha.com
baca juga : Sejarah Psikologi Fungsionalisme Menurut Pendapat Para Ahli

Arnold Lucious Gessel (1880-1961)

Gesell dillahirkan di Alma, Wisconsin, Pada tanggal 21 Juni 1880 dan meninggal di New Haven, Connecticut, pada tanggal 29 Mei 1961. Ia belaja psikologi di Clark University dan mendapat Ph.D pada 1906. Pada tahun 1911 ia mendirikan clinic of child development di Yale University, New Haven, yang diketuainya sampai ia pensiun pada 1948. Selama di Yale itu ia belajar lagi, kali ini dalam bidang ilmu kedokteran dan berhasil mecapai gelar dokter (MD) pada tahun 1915. Selanjutnya ia pun aktif sebagai editor journal of Genetic Psychology sejak 1926.

Gesell dikenal sebagai Bapak Psikologi Anak, tetapi hal ini lebih disebabkan karena inisiatifnya untuk pertama kali mendirikan klinik perkembangan anak daripada karena teori-teori atau metode-metodenya. Metode yang digunakan Gesell dalam penelitian-penelitiannya adalah metode observasi yang sederhana tetapi teliti dengan bantuan alat-alat seperti kamera film dan cermin searah (one way mirror) dan metode observasi tingkah laku di bawah kondisi-kondisi tes yang terkontrol. Dari observasi-observasi itu Gesell mencoba menerangkan tingkah laku anak, teori-teorinya tidak cukup menyakinkan, kerena metodenya lemah. Jumlah anak yang dijadikannya sampel dalam penelitiannya hanya sebelas orang, sehingga sangat sulitlah menarik kesimpulan-kesimpulan umum dari sampel yang sangat terbatas itu. Selain itu, cara pendekatan Gesell melulu deskriptif, tidak ada usaha untuk menerangkanlebih jauh faktor-faktor apa yang kiranya mempengaruhi suatu tingkahlaku anak. Proses perkembangan tingkah laku anak hanya dipandangnya sebagai suatu yang mekanistis, mengikuti siklus alam dan ditentukan oleh faktor bawan. Ia kurang memperhatikan faktor perbedaan individual dan pengaruh sosial maupun kebudayaan terhadap tingkah laku.

Lewis Madison Terman (1877-1956)

Terman lahir di Johnsom County, Indiana, Amerika Serikat, pada tanggal 15 Januari 1877 dan meninggal di Standford, pada tanggal 21 Desember 1956. Ia memperoleh Ph.D pada tahun 1905 di Clark University di bawah pimpinan Stanley Hall, kemudian sejak 1910 ia menjadi profesor madya dan kemudian profesor penuh di Departement of Education, Standford University, sampai meninggal.

Terman adalah seorang yang sangat produktif dalam publikasi. Publikasi-publikasinya mencapai jumlah 200 judul dan ia terkenal sebagai orang yang banyak melakukan penelitian dalam bidang pengukuran dan perkembangan intelegensi. Dalam bukunya The Measurement of Intelligence (1926) Terman merevisi tes yang diciptakan oleh Binet dan Simon (Tes Binet-Simon).

Di samping penyelidikannya tentang tes intelegensi, Terman menyelidiki pula orang-orang terkenal dan orang-orang pandai (gifted persons). Dalam bukunya Genetic Studies of Genius (1926) ia menganalisa 300 tokoh sejarah terkenal dari karya-karya, buku-buku, ucapan-ucapan, dan perbuatan-perbuatan yang direkam dalam berbagai literatur untuk menetapkan IQ dari masing-masing tokoh itu. Beberapa tokoh dikatakannya sebagai mempunya IQ sebagai berikut: Goethe= 210; Descartes=180, Napoleon= 145.

Studi lain oleh Terman adalah mengenai hubungan antara maskulinitas dan feminitas dalam kelompok-kelompok yang berbeda usia, pekerjaan dan jenis kelamin, yang laporannya dituliskan dalam buku sex and personality (1936). Juga perlu dikemukakan di sini studinya tentang faktor-faktor psikologis yang berpengaruh dala kebahagian perkawinan. Studi yang kelak akan berguna bagi para penasihat perkawinan maupun bagi para pasangan suami isteri tersebut dilaporkannya dalam buku psychological Factors in Marital Happiness (1938).

Satu hal yang menjadi sifat Terman dalam penelitian-penelitiannya adalah bahwa ia membatasi diri pada uraian-uraian deskriptif saja dan menghindar sejauh mungkin pertanyaan-pertanyaan yang bersifat teoritis (theoretical statements).

Henry Alexander Murray (1893-1988)

Tokoh kelahiran New York (13 Mei 1893) ia mula-mula belajar biologi dan kedokteran. Ia bekerja sebagai instruktur ilmu faal di Harvard dan sebagai ahli bedah di Presbyterian Hopitasl, New York. Ia juga bekerja di Rockefeller Institute fo Medicine, New York.

Pada tahun 1927 ia mencapai gelar Ph.D di Harvard, di mana ia mulai tertarik pada psikologi, khusunya psikoanalisa lairan Jung. Dalam tahun yang sama ia menjadi instruktur psikologi di Harvard sekalipun tidak mempunyai dasar akademis dalam bidang itu. Tahun 1928 ia menjadi profesor madya dan direktur dari Harvard Psychological Clinic, tahun 1943 masuk dinas militer dalam korps kesehatan, dan pada tahun 1947 kembali ke Harvard menjadi profesor psikologi.

Peranna Murray dalam psikologi adalah bidang diagnose kepribadian dan teori kepribadian. Ia mengembangkan berbagai teknik evaluasi kepribadian, terutama teknik proyeksi. Salah satu tes yang dibuatnya adalah thematic apperception test. Tiap-tiap gambar mencerminkan suatu sitauasi dengan suasana tertentu, misalnya gambar seorang anak laki-laki yang sedang duduk sendiri, seorang pria sedang bicara dengna seorang wanita yang lebih tua, seorang wanita sedang melongok ke dalam ebuah kamar, seorang pria tanpa pakai sedang memanjat tali dan sebagainya. Gambar-gambar itu satu persatu ditunjukkan kepada orang yang diperiksa dan orang itu diminta untuk menceritakan pendapatnya satau kesannya tentang gambar itu. Cerit aorang yang diperiksa itu dicatatat untuk kemudian dianalisa untuk mengetahui kepribadian orang itu. Secara teoritis dikatakan bahwa orang yang melihat gambar-gambar dalam tes itu akan memproyeksikan isi kepribadiannya dalm cerita-ceritanya.

Teori Murray tentang kepribadian (personality) sangat kompleks. Ia menekankan bahwa kepribadian adalah sistem yang rumit. Karena ia menggunakan istilah personologi untuk menunjukkan ilmu yang khusus memperlajari struktur kepribadian. Dalam teorinya tentang kepribadian, Murray banyak dipengaruhi oleh Freud. Konsep-konsep id, ego dan superego digunakan juga oleh Murray tanpa perubahan. Ia juga memakai konsep-konsep fase arah, arah dan genital. Ia sependapat dengan Freud tentang fixasi dan khatharsis. Ia pun setuju bahwa masa kanak-kanak mempengaruhi kepribadian orang dewasa. Tetapi berbeda dengan Freud yang sangat menekankan kepada dorongan-dorongan seks sebagai dasar tingkha laku, Murray lebih menekankan pada motif. Dari penelitian-penelitiannya dengan menggunakan tes proyeksi, ia mengemukakan adanya 28 kebutuhan (need) dasar yang terdapat pada setiap orang. Kebutuhan-kebutuah dasar ini berhubungan erat dengan tekanan-tekanan yang datang dari objek dan peristiwa yang terjadi di lingkungan, sehingga menghasilkan suatu tingkah laku tertentu.

Jean Piaget (1896-1980)

Ia dilahirkan di Neuchatel, Swiss. Ia mendapat Ph.D pada tahun 1918 di Univesitas Neuchatel, tidak dalam bidang psikologi, melainkan dalam ilmu hewan. Ia kemudian bekerja di Univesitas Sorbonne di Paris dan setelah itu di institut J.J. Rousseau di Jenewa. Pada tahun 1925 secara lebih konkret mulai nampak minatnya bergeser ke arah filsafat, dengan diangkatnyaia menjadi pengajar filsafat, dengna diangkatnya ia menjadi pengajar filsafat di Neuchatel pada tahun 1929 ia diangkat menajadi profesor dalam “scientific thought” di Jenewa. Barulah pada tahun 1940 ia secara nyata terjun dalam dunia psikologi dengan menjadi direktru laboratorium psikologi di Universitas Jenewa dan menajdi editor dari Archieves de Psychologie dan Revue Swiss de Psychologie. Ia pun pernah terpilih menjadi ketua Swiss Society for Psychologie.

Tokoh yang masih tetap produktif sampai akhir hayatnya ini, adalah seorang tokoh yang sangat penting dalam psikologi perkembangan. Teori-teorinya dalam psikologi perkembangan yang mengutamakan unsur kesadaran (kognitif) akhir-akhir ini kembali ramai dianut orang, sehingga untuk menghargai jasa-jasanya, dalam Kongres Internasional Psikologi yang diadakan di Paris pada tahun 1976, telah diadakan upacara khusus untuk merayakan ulang tahun Piaget di mana ia sendiri memberikan sambutannya dan menekankan kembali teori-teorinya yang terkenal itu.

Piaget dapat menjadi demikian terkenal dan penting peranannya dalam dunia psikologi karena teori-teori, metode-metode dan bidang-bidang penelitian yang dikembangkannya orisinal, tidak sekedar melanjutkan hal-hal yang sudah terlebih dahulu ditemukan orang lain. Ia tertarik khususnya dalam penyelidikan-penyelidikan teoritis maupun eksperimental terhadap perubahan-perubahan kualitatif pada suatu kognitif selama proses perkembangan, dan mencoba menerangkannya dalam bahasa matematik logis. Hal-hal yang pernah dipelajari Piaget antara lain adalah perkembangan inteligensi, persepsi, bahasa, moral, kausalita, ruang, waktu, gerak, logika, epistimologi gentik dan lain-lain.

Dalam teori tentang inteligensi Piaget membedakan antara teori umum tentang intelegensi yang berlaku pada setiap tingkat perkembangan dan teori yang khusus berhubungan dengan tingkat perkembangan tertentu. Dalam teorinya yang umum (non phasic) Piaget menerangkan asal mula intelegensi dari tingkah laku-tingkah laku yang rendah tingkatannya. Ia percaya bahwa semua tingkah laku baik yang eksternal maupun internal (misalnya: berpikir) bertujuan adaptasi. Adaptasi dianggapnya sebagai keseimbangan yang bergerak terus antara asimilasi lingkungan terhadap individu dan akomodasi dari individu dalam lingkungannya. Kalau adaptasi dalam kehidupan biologis bersifat fisik, adaptasi dalam kehidupan psikis sifatnya lebih fungsional. Perkembangan kognitif oleh Piaget dianggap sebagai keseimbangan yang meningkat dari taraf asimilasi ke taraf akomodasi.

Dalam teori tentang tingkat-tingkat perkembangan intelegensi, Piaget membedakan 4 tingkat perkembangan dari struktur kognitif:
  1. Inteligensi sensorismotor, terdapat pada anak berumur 0 – 2 tahun.kemampuan anak itu masih terbatas pada penginderaan rangsang-rangsang dan memberikan reaksi-reaksi motoris yang mekanistis otomatis.
  2. Representasi pra-operasional, terjadi antara usia 2-7 tahun. Dalam fase ini terjadi pembentukan symbol-simbol untuk kelak memungkinkan anak itu berpikir. Sifat anak pada usia ini masih berpusat pada diri sendiri (ego centris).
  3. Operasi Konkret, terjadi usia 7-11 tahun. Dalam tahap ini anak tidak lagi “ego centris”, melainkan banyak berorientasi ke luar, kepada objek-objek konkret. Ia aktif dan banyak bergerak, tetapi perbuatan-perbuatannya selalu tidak dapat dilepaskan hal-hal yang konkret.
  4. Operasional formal, terjadi antara 11-15 tahun. Individu di sini tidak lagi terikat pada objek-objek yang nyata atau konkret, ia mampu menyusun kesimpulan-kesimpulan dan hipotesa-hipotesa atas dasar symbol-simbol semata.mata.

Louis Leon Thurstone (1887-1955)

Thurstone lahir di Chicago pada tanggal 29 Mei 1887 dan meninggal di Chapel Hill pada tanggal 29 September 1955. Dasar pendidikannya adalah teknik listrik yang dipelajarinya di Cornell University. Pada tahun 1914 ia mulai belajar psikologi di Chicago dan di Institut teknologi Carnegie. Karena dasar pendidikannya yang berasal dari bidang teknik itu, maka Thurstone menjadi tokoh dalam bidang psikometeri (pengukuran psikologis). Sebagai profesor madya (1924) dan kemudian profesor penuh (1927) di Chicago, Thurstone mendirikan laboratorium psikometri, mendirikan psychometric society dan menerbitkan jurnal psychometrika. Ia menjadi presiden pertama dalam psychometric society (1936) dan pernah menjadi presidan dari American Psychological Association (1932).

Dalam metode psikomterinya Thurstone terkenal dengna cara pendekatan analisa faktor. Dengan pendekatan analisa faktor ini, ia sampaikan pada kesimpulan bahwa dalam inteligensi tidak ada faktor umum (general factor), melainkan hanya ada faktor khusu (Specific Factors). Ia mengemukakan bahwa ada tujuh faktor S yang paling dasar, yang disebutnya “primary mental abilities” yaitu:
  1. Pengertian verbal (verbal comprehension).
  2. Kemampuan angka-angka (numerical ability)
  3. Penglihatan keruangan (spatial visualization)
  4. Kemampuan penginderaan (perceptual ability)
  5. Ingatan (memory)
  6. Penalaran (reasoning)
  7. Kelancaran kata-kata (word fluency).

Aspek lain yang juga menjadi perhatian Thurstone adalah sikap (attitude). Ia berpendapat bahwa sikap dapat diukur, dan karena itu ia menyusun sebuah teknik untuk mengukur sikap yang disebut skala sikap (attitude scale). Skala sikap ciptaan Thurstone ini disebut Skala Thurstone. Karya-karya Thurstone antara lain: the Measurement of Attitude (1929), the Vectors of Mind (1935) dan Primary Mental Abilities (1938).

Sir Godfrey Hilton Thomson (1881-1955)

Tokoh berkebangsaan Inggris ini mendapat Ph.D pada tahun 1906 diUniversitas Strasbourg dankemudian menjadi profesor dalam psikologi pendidikan di Universitas Edinburgh an Moray House Training College juga di Edinburgh, Skotlandia (1925-1951).

Thomson mengembangkan “Moray House Test” yaitu suatu tes verbal untuk menyelesaikan anak-anak yang terlalu pandai (gifted children). Penyelidikan penyelidikan Thomson memang terutama tentang anak-anak yang sangat pandai. Ia juga ahli dalam cara pendekatan analisa faktor, tetapi bertentangan dengan THurstone ia tidak mengakui teori “multiple fctors” dalma intelegensi. Sebaliknya ia juga menentang teori yang dikemukan oleh Spearmn yang mengatakan bahwa dalam intelegensi dan ada dua faktor, yaitu faktor G dan faktor S (two factors theory). Thomson mengemukakan teorinya sendiri disebut “ sampling theory” dan mengatakan bahwa prestasi-prestasi kesadaran ditentukan oleh sejumlah besar faktor yang independen, tetapi hanya sejumlah kecil (sample) dari faktor-faktor itu yang benar-benar operasional dalam saat tertentu atau dalam situsi tertentu.

Karya-karya Thomson antara lain adalah The Essentials of Mental Measurement (1911), The Factorial Analysis of Human Ability (1939).

Refleksisme, Psikologi Purposif dan Behaviorisme

Ivan Petrovich Pavlop (1849-1936): Sarjana Rusia ini dilahirkan di Rjasan pada tanggal 14 September 1849 dan meninggal di Leningrad pada tanggal 27 Februari 1936. Sebenarnya ia bukan seorang sarjana psikologi dan ia pun tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena ia adalah sarjana ilmu faal yang fanatik. Cara berpikirnya adalah sepenuhnya cara berpikir ahli ilmu faal, bahkan ia sangat anti terhadap psikologi karena dianggapnya kurang ilmiah. Dlam penelitian-penelitiannya ia selalu berusaha menghindari konsep-konsep ataupun istilah-istilah psikologi.

Sekalipun demikian, peranan Pavlop dalam psikologi sangat penting, karena studinya mengenai refleks-refleks akan merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviorisme. Pandangannya yang paling penting adalah bahwa aktivitas psikis sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks-refleks belaka. Karena itu, untuk mempelajari aktivitas psikis kita cukup mempelajari refleks-refleks saja. Pandangna yang sebenarnya bermula dari seorang tokoh Rusia lain bernama I.M.Sechenov, I. M yang banyak mengetahi pavlop ini kemudian dijadikan dasar pandangan pula oleh J.B. Watson di Amerika Serikat dalam aliran behaviorismenya setelah mendapat perubahan-perubahan seperlunya.

Dasar pendidikan pavlop memang ilmu faal. Mula-mula ia belajar ilmu faal hewan dan kemudian ilmu kedokteran di Universitas St.Petersburg. Pada tahun 1883 ia mendapat gelar PhD. Setelah mempertahankan tesisnya mengenai fungsi-fungsi otot-otot jantung. Kemudian selama dua tahun ia belajar di Leipzig dan Breslau. Pada tahun 1890 ia menjadi profesor dalam farmakologi di Akademi Kedokteran Militer di St. Petersburg dan Direktur Departemen Ilmu Faal di Institute of Experimental Medicine di St.Petersburg. Antara 1895-1924 ia menjadi profesor ilmu faal di Akademi Rusia di Leningrad. Pada 1904 ia mendapat hadiah Nobel untuk penelitiannya tentang pencernaan.

Penemuan Pavlov yang sangat menentukan dalam sejarah psiikologi adalah hasil penyelidikannya tentang reflessk berkondisi. Dengan penemuannya ini Pavlov meletakkan dasar-dasar behaviorisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori belajar. Bahkan American Psychological Association (APA) mengakui bahwa Pavlop adalah orang terbesar pengaruhnya dalam psikologi modern di samping Freud.

Adapun jalannya eksperimen tentang refleks berkondisi yang dilakukan oleh Pavlop adalah sebagai berikut: Pavlov menggunakan seekor anjing sebagai binatang percobaan. Anjing itu diikat dan dioperasi pada bagian rahangnya sedemikian rupa, seingga tiap air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur jumlahnya. Pavlop kemudian menekan sebuah tombol dna keluarlah semangkuk makanan di hadapan anjing percobaan. Sebagai reaksi atas munculnya makanan, anjing itu mengeluarkan air liur yang dapt terlihat dengan jelas pad aalat penukur. Makanan yang keluar disebut ransangan berkondisi dan air liur yang keluar setelah anjing melihat makanan disebut refleks tak berkondisi, karena setiap anjing akan melakukan refleks yang sama kalaumelihat rangsang yang sama pula. Kemudian dalam percobaan selanjutnya Pavlop membunyikan sebuah bel setiap kali ia hendak mengeluarkan makanan.

Dengan demikian anjing akan mendengar bel dahulu sebelum ia melihat makanan muncul didepannya. Percobaan ini dilakukan berkali-kali dan selama itu keluarnya air liur diamati terus. Mula-mula air liur hanya keluar setelah anjingmelihat makanan, tetapi lama-kelamaan air liur sudah keluar pada waktu anjing baru mendengar bel. Keluarnya air liur setelah anjing mendengar bel disebut sebagai refleks berkondisi, karena refleks itu merupakan hasil laithan yang terus menerus dan hanya anjing yang sudah mendapt latihan itu saja yang dapat melakukannya. Bunyi bel menjadi rangsangan berkondisi. Kalau latihan itu diteruskan, maka pada suatu waktu keluarnya air liur setelah anjing mendengar bunyi bel akan tetap terjadi walaupun tidak ada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu.

Dengan kata lain, refleks terkondisi akan bertahan walaupun rangsangan tak berkondisi tidak ada lagi. Pada tingkat yang lebih lanjut, bunyi bel didahului oleh sebuah lampu yang menyala, maka lama kelamaan air liur sudah keluar setelah anjing melihat nyala lampu walaupun ia tidak mendengar bel atau melihat makanan sesudahnya. Demikianlah satu rangsang berkondisi dapat dihubungkan dengan rangsang berkondisi lainnya sehingga binatang percobaan tetap dapat mempertahankan refleks berkondisi walaupn rangsang tak berkondisi tidak lagi diberikan. Tentu saja tidak adanya rangsang tak berkondisi hanya bisa dilakukan sampai pada taraf tertentu, karena kalau terlalu lama tidak ada rangsang tak berkondisi, binatang percobaan itu tidak akan mendapat imbalan atas refleks yang sudah dilakukannya dan karena itu refleks itu makin lama akan makiin menghilang dan terjadilah ekstinksi atau proses pengahpusan refleks.

Kesimpulan ayng didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondis, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang berkondisi.


Posting Komentar untuk "Cabang Psikologi Sebagai Perkembangan dari Fungsionalisme"