Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian dan Proses Intervensi dalam Psikologi Klinis

Pengertian dan Proses Intervensi dalam Psikologi Klinis - Kata intervening (berasal dari bahasa Latin yang berarti "coming between") mengacu pada usahauntuk mengubah kehidupan yuang sedang berjalan dengan cara tertentu. Perubahan itu bisa kecil atau besar, negative atau positif. Istilah itu kadang-kadang memiliki implikasi negative, yaitu diartikan sebagai mencampuri urusan orang lain. Orang-orang yang bekerja dalam profesi-profesi pemberi bantuan memiliki intensi etik yang sama, yaitu melakukan segala yang dapat mereka lakukan demi keuntungan klien, tanpa menimbulkan kerugian pada kliennya. Professional juga bertanggungjawab memerika efektivitas intervensi dan mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih baik.

Contoh Intervensi
  • Seorang psikolog menemui seorang pasien baru di bangsal psikiatrik untuk memulai serangkaian tes untuk menetapkan macam dan derajat psikosisnya.
  • Seorang gadis remaja datang ke sebuah klinik gratis dan menemui seorang psikolog relawan untuk mendiskusikan apakah sebaiknya ia melakukan aborsi atau memberitahu ibunya dan menyerahkan bayinya untuk diadopsi. Gadis itupun mengambil keputusan,
  • Sebuah keluarga membujuk putrinya yang depresi berat untuk berbicara dengan pendeta, yang terlatih di bidang konseling psikologi.
  • Seorang ibu yang sedang kalut menelepon sebuah pelayanan hot line dan meminta bantan untuk anaknya yang sedang menjerit-jerit. Seorang konselor krisis berbicara dengan tenang kepada ibu tersebut yang kemudian juga menjadi lebih tenang setelah diberikan solusi dari masalahnya.

Dalam intervensi, pertemuan awal dengan klien atau calon klien merupakan hal yang sangat penting karena kemungkinan dampaknya pada sikap terhadap si penolong dan situasi pertolongannya.

Pengertian dan Proses Intervensi dalam Psikologi Klinis_
image source: www.allaboutinterventions.com
baca juga: Bagaimana Menggunakan Informasi Asesmen Psikologi Klinis

Psikoterapi

Psikoterapi adalah pengaplikasian berbagai metode klinis dan sikap interpersonal yang informed (didasari oleh informasi yang cukup) dan dilakukan secara sengaja, berdasarkan prinsip-prinsip psikologis yang sudah mapan, dengan maksud membantu orang lain untuk memodifikasi perilaku, kognisi, emosi dan/atau karakteristik pribadi lainnya ke arah yang diinginkan oleh partisipannya.

Klien adalah orang yang memiliki masalah dalam menangani stres, penyesuaian diri, pengambilan keputusan. Terapis memiliki ketrampilan dan karakteristik personal khusus dan berperan membantu klien. Hubungan profesional ditujukan untuk memodifikasi tingkah laku, kognisi, emosi dan karakteristik kepribadian klien.

Pada semua kasus intervensi dan psikoterapi, aspek sentralnya adalah komunikasi, yaitu pertukaran verbal maupun nonverbal di antara orang-orang. Aspek sentral lainnya adalah hubungan yang dilandasi kepercayaan dan bersifat rahasia antara si penolong dan orang yang meminta pertolongan dimana sikap mempercayai dan menghormati memungkinkan untuk mengungkap dan menyelesaikan berbagai masalah.

Istilah lain yang sering dihubungkan dengan psikoterapi adalah istilah konseling. Kata konseling mengusung makna yang jauh lebih luas dibandingkan psikoterapi. Pengacara, pendeta, pekerja rehabilitasi, konselor bimbingan di sekolah dan banyak professional lain yang bukan psikolog sering disebut sebagai konselor dan mereka memang memberikan konseling kepada klien. Konselor seringkali memberikan informasi tentang cara mengatasi masalah dan mengatasi berbagai kesulitan hidup. Jadi, perbedaan utamanya adalah konseling merupakan istilah yang lebih umum, yang mengacu pada segala macam masalah. Sedangkan psikoterapi lebih spesifik untuk gangguan dan kesulitan psikologis.

Biasanya dalam situasi klinik atau rumah sakit, pasien yang baru saja tiba dan pada akhirnya menerima psikoterapi menjalani beberapa tahap:

1. Mereka datang karena ada rujukann dari seorang professional medism seperti dokter, pekerja social atau psikolog. Dalam kasus praktik pribadi, orang sering dating atas kemauannya sendiri atau kemungkinan atas saran seorang teman. Pasien baru yang dating dari sebuah fasilitas klinis biasanya mengkhawatirkan : Apakah saya sakit mental? Apa pendapat orang tentang saya bila tahu saya datang kemari? Apa yang mereka lakukan di tempat ini? Anak-anak biasanya datang dengan orangtuanya dan mungkin tidak tahu alasan apa yang membuatnya datang.

2. Kontak pertama mungkin dengan seorang resepsionis. Biasanya klien yang berkemungkinan menerima terapi harus mengisi beberapa formulir, dan mungkin ada beberapa penjelasan tentang apa yang dilakukan oleh klinik atau rumah sakit itu, sehingga sebagian pertanyaan klien akan terjawab.

3. Selanjutnya mungkin akan ada asesmen terhadap kondisi dan kebutuhan pasien baru, yang dapat berkisar mulai dari wawancara singkat sampai yang melibatkan banyak tes.

4. Asesmen memuncak dalam bentuk keputusan tentang apakah ada indikasi psikoterapi dan bila demikian halnya, maksud penangananpun ditetapkan. Sekali lagi, pasien akan mengkhawatirkan tentang: Apa yang dimaksud psikoterapi? Apakah saya akan menyukai psikolognya dan apakah ia akan benar-benar tertarik dengan masalah saya?

5. Pada awalnya penanganan terhadap pasien, psikolog menjelaskan dan mengeksplorasi bersama pasien tentang makna dan sifat psikoterapinya, lalu mengembangkan sebuah kesepakatan atau kesepahaman tentang rencananya. Ini menjadi semacam kontrak, yang kelak dapat diubah sesuai informasi dan perkembangan lebih lanjut.

6. Setelah itu dikuti oleh sesi-sesi terapi yang akhirnya mencapai tahap selanjutnya, yaitu penghentian.

7. Termination (penghentian) dapat direncanakan atau dapat terjadi begitu saja. Pasien mungkin tidak kembali lagi untuk menjalankan sesi-sesi yang belum dilaksanakan atau berhenti berdasarkan saran. Tetapi, bila penghentian itu berjalan mulus, keduanya akan memahami keadaannya dan mengevaluasi apa yang terjadi.

8. Mungkin ada rencana untuk melaksanakan sesi-sesi tindak lanjut, mungkin selama beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian.

9. Psikoterapis yang berhati-hati juga akan melakukan evaluasi professional terhadap hasil dan proses psikoterapi, kadang-kadang sebagai bagian rencana penelitian.

Dua aspek utama psikoterapi adalah teori dan teknik. Teori bervariasi dalam hal penekanan pada fitur-fitur seperti penekanan relative pada biologi versus social-psikologi, masa lalu versus masa kini, dan pikiran versus perasaan atau tindakan. Teknik-teknik terapeutik bisa bersifat aktif atau pasif, dan prosedur-prosedurnya boisa bersifat fixed (tidak dapat diubah) atau fleksibel. Sebagian pakar teori memberikan penekanan pada sejumlah kecil teknik, sebagian lainnya menggunakan beraneka ragam teknik.

Ciri hubungan terapeutik

Saling memahami alasan, aturan dan tujuan pertemuan merupakan cirri-ciri hubungan terapeutik. Dalam hubungan ini terjalin komunikasi verbal dan non verbal, terapi bersikap obyektif, memberi dukungan dan dapat dipercaya.

Isu etis dalam hubungan terapeutik adalah mengutamakan kesejahteraan klien, kerahasiaan, hubungan yang professional. Jenis hubungan terapis-klien dipengaruhi oleh latar belakang teoritis terapis.

Tingkatan dalam Psikoterapi

1. Suportif
  • Mengembalikan keseimbangan secara cepat dan menghindarkan klien dari masalah neurotik
  • Ditujukan untuk mereka yang cukup sehat mental tapi mengalami stres yang tinggi
  • Atau bagi mereka yang tidak memiliki kapasitas untuk berubah (tidak termotivasi, IQ rendah)
  • Contoh: bimbingan, manipulasi lingkungan, persuasi, obat-obatan,dll

2. Reedukatif
  • Mengubah pikiran dan perasaan klien agar dapat berfungsi lebih efektif
  • Terapis mencoba memahami bagaimana klien berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain, serta sumber-sumber stress dan konflik
  • Contoh: konseling client-centered, terapi kelompok, terapi individual

3. Rekonstruktif
  • Pencapaian insight yang luas tentang ketidaksadaran, bertujuan mengubah kepribadian klien
  • Diterapkan pada terapi psikoanalisis

Teknik Terapi

Banyak sekali teknik dan metode yang digunakan dalam psikoterapi. Pemilihannya tergantung pada:
  • Preferensi pribadi
  • Prinsip-prinsip yang diyakini efektif dalam terapi
  • Perubahan yang diharapkan terjadi
  1. Membantu perkembangan insight
  2. Mengurangi ketidaknyamanan emosional
  3. Mendorong katarsis
  4. Pemberian informasi baru
  5. Pemberian tugas2 diluar terapi
  6. Mengembangkan keyakinan, harapan dan keinginan untuk berubah

Terapi Psikodinamika
  • Konflik-konflik intrapsikis dan ketidak sadaran merupakan hal penting dalam perkembangan manusia
  • Perkembangan mekanisme pertahanan ditujukan untuk menghindari konsekuensi negatif dari konflik
  • Psikopatologi berkembang dari pengalaman2 masa kecil
  • Representasi internal dari pengalaman diorganisasikan dalam hubungan dengan orang lain
  • Dalam terapi diharapkan terjadi transference dan countertransference yang dapat bersifat positif maupun negatif
  • Asosiasi bebas merupakan metode utama untuk mengetahui konflik internal, terutama melalui eksplorasi mimpi, fantasi, harapan
  • Terapi difokuskan pada transference mekanisme pertahanan, simptom2 yang muncul
  • Insight dianggap amat penting dalam keberhasilan terapi, tidak hanya katarsis atau ekspresi perasaan-perasaan
  • Ketika mengalami insight, klien dianggap memiliki pengenalan yang disadari tentang peran dan dampak dari proses dan dinamika yang tak disadari (perasaan, fantasi,objek-objek yg diinternalisasikan, dll) pada fungsi, perilaku saat ini, pikiran dan emosi yang disadari.

Teknik-Teknik dalam Psikoterapi Psikoanalisa:

1. Asosiasi Bebas (Free Association)
  • Teknik inti dalam terapi psikoanalisa
  • Prosedur: pasien biasanya berbaring di ‘couch’, diminta untuk mengatakan apa saja yang ada dipikirannya tanpa menyensor pikiran-pikiran tersebut.
  • Salah satu alat dasar membuka pintu ke keinginan-keinginan, fantasi-fantasi, konflik-konflik dan motivasi-motivasi yang unconscious
  • Tugas analis: mengidentifisir bahan-bahan yang direpres didalam unconscious, meninterpretasi bahan-bahan tersebut kepada klien, membimbing klien kearah insight yang lebih besar kedalam dinamika yang mendasari hal-hal yang unconscious tadi.

2. Analisa Mimpi
  • Penting untuk membuka bahan-bahan unconscious dan insight terhadap problem2 yang tidak terselesaikan.
  • Freud: mimpi adalah “ the royal road to the unconscious”, karena dalam tidur defense melemah dan perasaan-perasaan yang direpres muncul kepermukaan.
  • Ada 2 tingkatan isi mimpi:
    - Latent content
    - Manifest content 
  • Proses transformasi latent content ke manifest content: dream work
  • Tugas analis: membuka arti yang terselubung dengan mempelajari simbol2 didalam manifest content

3. Analisa & Interpretasi terhadap Resistance
  • Resistance : segala sesuatu yang menghambat kemajuan terapi dan menghambat/prevent klien mengeluarkan bahan-bahan yang unconscious itu.
  • Freud: resistance adalah dinamika yang tidak disadari yang berusaha melindungi individu dari anxiety yang tidak dapat ditolerir
  • Tugas analis: menunjukkan resistance kepada klien dan meninterpretasi resistance dengan tujuan menolong klien menyadari sebab-sebab adanya resistance tersebut sehingga klien dapat menghadapinya.

4. Analisa & Interpretasi terhadap Transference
  • Transference: terjadi ketika klien ‘membangkitkan kembali’ konflik-konflik masa lalu mengenai cinta, seksualitas, kebencian, anxiety dan penolakan, membawanya ke masa kini, mengalaminya lagi, dan meng’attach’nya kepada terapis. (Klien memindahkan perasaan-perasaan terhadap significant others dimasa lalunya kepada terapis)
  • 2 macam: positive (love) & negative ( hostile)
  • catatan: countertransference: dari terapis ke klien
  • Tugas analis: menginterpretasi transference agar klien mendapat insight terhadap fiksasi dan deprivasinya untuk mengerti pengaruh masa lalu terhadap berfungsinya mereka dimana kini.
  • Juga menolong klien ‘work-through’ konflik lama yang membuat mereka terfikser dan menghambat pertumbuhan emosi.

Terapi Tingkah Laku
  • Tingkah laku abnormal biasanya berkembang dan dipertahankan sesuai dengan prinsip-prinsip tingkah laku adaptif
  • Sebagian besar tingkah laku dapat dimodifikasi melalui prinsip-prinsip belajar
  • Asesmen harus dilakukan terus menerus dan difokuskan pada antecedents dan konsekuensi dari tingkah laku
  • Manusia dapat dimengerti berdasarkan apa yang dilakukan, dipikirkan dan dirasakan pada situasi dan lingkungan tertentu
  • Intervensi diarahkan oleh teori dan hasil-hasil eksperimen dari psikologi ilmiah
  • Metode, tujuan dan konsep-konsep penanganan didefinisikan secara operasional, dan biasanya dapat diukur dan diulangi
  • Penanganan didisain secara khusus sesuai klien dan masalahnya
  • Tujuan terapi dan intervensi dibuat dan disetujui bersama antara terapis dengan klien
  • Efektivitas dari intervensi dievaluasi secara sistematis
  • Hasil dievaluasi berdasarkan jumlah perubahan, seberapa jauh generalisasinya, dan bertahannya perubahan

Terapi Kognitif
  • Klien diberi penjelasan tentang kaitan antara kejadian- penilaian terhadap kejadian – keadaan emosional dan psikologis klien
  • Intervensi berlangsung singkat (tidak lebih dari 20 sesi)
  • Terapi ditujukan untuk mengidentifikasi dan memodifikasi asumsi, keyakinan dan skemata yang maladaptif
  • Tujuan terapi adalah memodifikasi pikiran-pikiran otomatis yang telah menjadi kebiasaan, bukan yang merupakan reaksi rasional
  • Terapi bertujuan untuk memodifikasi kesalahan kognitif seperti overgeneralisasi dan kesalahan atribusi
  • Sering diberikan tugas-tugas diluar terapi yang akan membuktikan kesalahan dari keyakinan2
  • Klien dan terapis bekerjasama secara penuh
  • Terapi berorientasi pada tujuan dan berfokus pada masalah

Terapi Kognitif - Behavioral
  • Aktivitas kognitif mempengaruhi perilaku
  • Aktivitas kognitif dapat dimonitor dan diubah
  • Perubahan perilaku yang diinginkan dapat dipengaruhi melalui perubahan kognitif.
  • Classical conditioning

Terapi Humanistik
  • Manusia memiliki kecenderungan kearah perkembangan emosional yang sehat
  • Aktualisasi diri merupakan kecenderungan ke arah tingkatan perkembangan yang lebih kompleks dan terintegrasi
  • Self determinism : manusia memiliki kontrol, mampu memilih tingkah laku dan mengkonstruksi realitas
  • Hubungan terapis dan klien adalah hal yang sentral
  • Terapis harus genuine dan dipersepsi oleh klien seperti itu
  • Terapi mengenali dan mengurangi incongruence antara pengalaman dan konsep diri
  • Unconditional positive regard perlu ada dalam terapi
  • Memperkenalkan cara berpikir baru tentang tingkah laku manusia dan interaksi dalam keluarga
  • Dipengaruhi oleh General System Theory: keluarga merupakan suatu sistem yang terbuka dan selalu berinteraksi dengan lingkungan
  • Untuk mengatasi masalah, pemahaman tentang interaksi dalam keluarga jauh lebih penting daripada karakteristik individual

Terapi Fenomenologis
  • Pandangannya terhadap Hakekat Manusia
  • Perilaku manusia lebih dideterminasikan oleh kebermaknaan dan persepsi individu terhadap suatu pengalaman, daripada oleh realitas eksternal.
  • Manusia adalah seorang individu yang memiliki pilihan tujuan, dan determinimasi diri. Manusia memiliki kemampuan untuk memaksimalkan potensi yang ada dalam dirinya à menolak pendapat bahwa manusia dikendalikan oleh kekuatan yang tidak dapat dikontrolnya ataupun manusia sebagai makhluk mekanistik dan impersonal.

Asumsi2 Dasar Terapis Fenomenologi
  • Perilaku yang terganggu atau disfungsi perilaku merupakan dampak dari kegagalan dalam proses pertumbuhan (neurotik merupakan suatu kondisi defisiensi dalam mengaktualisasikan kapabilitasnya) 
  • Setiap orang memiliki keunikan yang perlu disadari dalam rangka mencapai keunikan potensialnya tersebut.
  • Menekankan pada kualitas manusia yang unik dan spesifik, seperti love, growth, humor,reason, hope, purpose & self-fulfillment (sangat berbeda dengan makhluk lain)
  • Psikoterapi merupakan hubungan interpersonal antara 2 orang yang sedang berusaha untuk menjadi nyata dan otentik, yang memfasilitasi pertumbuhan dan keuntungan pada keduanya.
  • Fokus psikoterapi adalah kondisi saat ini (here & now).
  • Assessmennya lebih menitik beratkan pada “bagaimana kerangka berpikir klien (internal) terhadap dunia”, daripada membuat suatu objek penilaian.


Person-Centered Therapy
  • Tokoh : Carl Rogers
  • “ Manusia pada dasarnya dapat dipercaya, mereka memiliki kemampuan untuk memahami diri mereka sendiri, dan mereka mampu memecahkan problemnya sendiri tanpa intervensi langsung dari terapis, dan mereka memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang menuju dirinya sendiri jika mereka terlibat dalam hubungan terapeutik.
  • Nondirective counseling (1940) > Client-centered therapy (1951) > Person-centered therapy (1977)

Pandangannya terhadap Hakekat Manusia
  • Manusia dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang teraktualisasi potensi positifnya dengan cara yang konstruktif, apabila didukung oleh kondisi: genuineness atau realness, acceptance atau caring dan deep understanding.

Karakteristik Terapi Person-Centered
  • Fokus terhadap responsibilitas dan kapasitas untuk menemukan cara yang lebih bermakna dalam menghadapi realitas.
  • Sebuah hubungan dengan konselor yang bersifat kongruen, menerima dan empatik, dalam rangka menciptakan kondisi terapeutik bagi perubahan klien.
  • Terapi person-centered bukan merupakan sebuah set teknik terapi ataupun dogma
  • Menekankan pada kekuatan inner individu dan dampak revolusioner dari kekuatan tersebut.

Tujuan terapeutic

Roger (1977):
  • Tujuan terapi bukan untuk memecahkan problem, tetapi membantu proses pertumbuhan klien, sehingga mereka bisa mengatasi problem saat ini ataupun masa depan
  • Tujuan terapi adalah menciptakan suatu iklim yang kondusif untuk membantu individu menjadi orang yang berfungsi penuh.

Roger (1961) mendeskripsikan orang yang dapat meningkatkan aktualisasi diri:
  • Openness to experience
  • Trust in one’s organism
  • An internal locus of evaluation
  • Willingness to be a process

Fungsi & Peran Terapis
  • Sikap terapis lebih penting daripada pengetahuan, teori, ataupun teknik yang dimilikinya
  • Terapis berfungsi untuk menciptakan iklim yang memfasilitasi pertumbuhan klien sebagai proses yang berkelanjutan
  • Menciptakan hubungan yang memberikan kebebasan klien untuk bereksplorasi di dalam dirinya
  • Terapis harus terlibat secara nyata dalam hubungan dengan klien.

Pengalaman Klien dalam Terapi
  • Perubahan terapeutik sangat tergantung pada persepsi klien terhadap pengalamannya dalam proses terapi dan sikap konselor
  • Klien datang pertama kali karena merasa inkongruen (antara konsep diri dan konsep diri ideal)
  • Klien bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
  • Klien mampu untuk mengeksplorasikan perasaannya (inner live), dan mampu mengintegrasikannya menjadi struktur diri.

Hubungan Terapis dan Klien

Ada 3 karakteristik personal dalam hubungan terapeutik:
  • Kongruen atau genuine
  • Unconditional positive regard dan penerimaan
  • Mampu berempati secara akurat
Sikap terapeutik penting lainnya dalam konsep Roger: tingkat empati, keterbukaan diri konselor, Immediacy, konkret, konfrontasi.

Terapi Keluarga

  • Interconnectedness : masalah yang dimiliki individu hampir selalu terkait dengan pola interaksi dalam keluarganya
  • Emotional triangle : bila terjadi stres/kecemasan dalam hubungan dyadik, maka akan dilibatkan pihak ketiga
  • Circular Causality: psikopatologi muncul akibat serangkaian tingkah laku yang kaku dan berulang dalam interaksi keluarga
  • Family Structure: memahami suatu keluarga dapat dilakukan dengan melihat pada boundaries dan hierarkhi
  • Function of the symptoms: secara tidak disadari simptom merupakan respon adaptif dalam menghadapi masalah, sehingga cenderung bertahan
  • Focusing on strength: lebih mementingkan pada kekuatan individu dan solusi
  • Family of origin: masalah dapat bersumber dari generasi sebelumnya akibat kurangnya deferensiasi emosional
  • The one way mirror and videotaping: digunakan untuk memperoleh umpan balik segera dari supervisi saat pelaksanaan terapi dan mengevaluasi sesi terapi


    Posting Komentar untuk "Pengertian dan Proses Intervensi dalam Psikologi Klinis"