Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Wawancara Konseling

Pengertian Wawancara, Fungsi Wawancara, dan Tujuan Wawancara Konseling - Wawancara konseling adalah wawancara yang bersifat sensitif karena muncul ketika seseorang tidak dapat atau tidak yakin pada diri sendiri dan cara mengatasi masalah pribadi seperti performa kerja, tingkatan, keuangan, hubungan sosial, kesehatan. Dalam hal ini , menjadi sensitif karena bentuk konsultasi adalah menawarkan bantuan. Tawaran bantuan bagi beberapa orang adalah hal yang merendahkan diri, karena itu artinya adalah menjadi orang yang tidak mandiri.

Tujuan wawancara konsultasi / konseling adalah membantu seseorang dalam meningkatkan wawasan dan mengerti tentang masalah. Wawancara konsultasi tidak menyelesaikan masalah pada orang. Dengan kata lain, wawancara ini adalah wawancara yang bersifata membantu (helping interview).

Wawancara konsultasi terkait aktivitas sehari-hari, yaitu dalam membantu rekan kerja, teman, anggota keluarga, mahasiswa, anggota klub, atau tetangga.

image source: www.practiceofthepractice.com

Persiapan Wawancara Konsultasi

Dalam wawancara konsultasi, maka fokus dari informasi yang ingin diperoleh adalah analisis mendalam tentang responden. Namun demikian, dalam tahap persiapan diperlukan analisis diri sendiri terlebih dahulu untuk dapat membantu menyelesaikan masalah orang lain. Berikut adalah beberapa persiapan yang harus dilakukan dalam wawancara konsultasi/ konseling:

1. Analisis Diri sendiri


Pewawancara akan cukup sulit untuk membantu orang lain jika tidak dapat mengenali diri sendiri. Cornier, Nurious, dan Osborn menuliskan bahwa kesadaran diri adalah sebuah aspek penting untuk kompetensi dan keterlibatan dalam membantu keseimbangan dari kekuatan dan keterbatasan setiap diri. Setiap orang yang berperan sebagai pewawancara akan membawa diri sendiri ke dalam setiap wawancara dan konsultasi, termasuk kepribadian, nilai, tingkah laku, budaya, dana pengalaman.

Aspek dan Penjelasan

1. Kekuatan dan Batasan
Setiap orang yang akan membantu hendaknya mengetahuo kekuatan dan keterbatan dirinya. Hal ini penting untuk menjadikan diri realistis dalam membantu orang lain. Wawancara profesional dilakukan dengan kemampuan yang hebat dan berpengalaman. Misalnya, seorang guru harus mengetahui kebutuhan muridnya saat bermasalah, yaitu kebutuhan psikologis atau akademik.

Analisis dilakukan dengan bertanya pada diri sendiri :
  • Apakah pendengar aktif, apakah memang benar mementingkan kepentingan orang lain atau diri sendiri? 
  • Dapatkan lebih sensitif pada orang lain? 
  • Apakah dapat berkomunikasi dengan hangat, lembut, dan dapat dipercaya? 
  • Apakah dapat memberikan perhatian yang fokus dan menyeluruh? 
  • Dapatkah menyediakan respon verbal dan non verbal? 
  • Dapatkah mengarahkan orang lain? 
  • Dapatkah mempertahankan kebutuhan diri sekaligus 
  • Kepercayaan orang lain pada saat bersamaan? 

Yang perlu diperhatkan adalah, hati-hati terhadap ikatan emosional yang terbentuk jika tidak profesional. Alih-alih menolong, justru malah menghancurkan keluarga sendiri.

Karakteristik Personal
Seorang konselor yang baik adalah :
  • Berpikiran terbuka 
  • Optimis 
  • Dapat menilai diri sendiri 
  • Rileks
  • Fleksibel
  • Sabar
  • Bagus dalam mendengarkan
  • Tidak bersifat argumentatif atau defensif
  • Terlihat lebih sabar 
  • Merasa nyaman saat orang lain menceritakan sebuah pengalaman yang memalukan, yang mengekspresikan kesedihan, kekecewaan, ketakutan, dan kemarahan, atau hal-hal yang tabu di masayrakat. 

Nilai
Tidaklah mungkin untuk menjadi netral. Minimal, pakaian, cara bicara, pengalaman konselor, adalah identitas yang dapat terbaca oleh klien. Namun demikian, adalah penting bagi pewawancara yang akan membantu untuk tetap mengerti dan menghormati nilai-nilai yang dimiliki, yang mungkin bisa jadi saat berbeda. Identitas nilai juga bisa menjadi sat hal yang penting. Misalnya, seseorang berkonkultasi kepada temannya yang lebih pintar secara akademik karena ingin memiiiki kemampuan akademik yang setara dengan temannya tersebut. Dalam hal ini, nilai justru menjadi penting.

Kesadaran Budaya
Jadilah seorang yang terbuka dan tidak streotif dalam sebuah wawancara konseling.

Budaya sangat berpengaruh terhadap wawancara konseling. Budaya menentukan pengungkapan diri dalam wawancara. Misalnya, wanita lebih sering mengungkapkan pengalaman diri mereka di banding pria dalam suatu wawancara konseling tentang latar belakang diri atau tentang seks. Pria cenderung untuk bertahan untuk melindungi diri mereka dari perasaan lemah dan reaksi emosional mereka.

Contoh lain lagi adalah, pada budaya timur, maka konselor, dalam hal ini sebagai orang yang menolong, sering berada di posisi sebagai otoritas, sehingga secara tidak langsung dapat mengontrol jalannya wawancara/ sesi konseling yang bersifat tidak terkontrol.

Seorang konselor yang rasis harus mengikuti pelatihan untuk menjadi seorang yang multikultural.

Hubungan
Dalam sebuah wawancara konseling, maka hubungan pewawancara –dalam hal ini sering disebut konselor- dengan responden –dalam hal ini sering disebut sebagai klien-, memegang peranan yang sangat penting. Besarnya tingkat ketertarikan konselor dalam menerima keunikan dan kemanfaatan klien adalah hal yang utama agar klien membuka diri dan mengungkapkan diri.

Kepercayaan merupakan aspek yang paling penting dalam sebuah hubungan.sebuah kesalahan dapat mempengaruhi sebuah proses konseling.

2. Analisis Responden

a. Pengumpulan informasi
  • Sebelum dilakukan wawancara konseling, maka mengumpulkan informasi tentang klien adalah penting untuk dilakukan, agar pada saat sesi wawancara konseling, tujuan konseling bukan untuk pencarian informasi semata.
  • Bacalah informasi klien tentang gender, umur, etnis, suku bangsa, status soslal, ekonomi, pengalaman kerja, latar belakang, kenaggotaan, riwayat hidup, riwayat medis, riwayat psikologis, pengalaman di masa lalu. 
  • Selain itu, penting untuk meninjau dari sumber lain. 

b. Antisipasi pertanyaan dan respons
Pewawancara harus bersiap dengan pertanyaan dan respons. Pewawancara juga harus siap untuk menerima penolakan dan konsultasi. Sikap yang paling penting dalam wawancara konseling adalah lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara.

Agar memiliki kemampuan menjadi konselor, maka jam terbang, bantuan yang disupervisi, serta pelatihan dapat membantu meningkatkan kemampuan konseling.

3. Pendekatan wawancara

a. Pendekatan Langsung
Ketika menggunakan pendekatan tidak langsung, pewawancara yang dalam hal ini bertindak sebagai konselor mengontrol struktur wawancara, subjek yang dihadirkan atau dihindari, kecepatan interaksi, dan lama wawancara. Dengan pendekatan langsung, konselor mengumpulkan dan membagikan informasi, mendefinisikan dan menganalisis masalah, menyarankan dan mengevaluasi solusi, mendefinisikan dan menganalisis masalah, menyarankan dan mengeevaluasi solusi, dan menyediakan pedoman untuk bereaksi. Dalam waktu singkat, konselor memberikan sebuah keahlian untuk klien dalam menganalisis masalah dan pedoman dalam menyelesaikannya.

Dalam pendekatan ini, responden/ klien menjadi orangyang menerima infomrasi dibanding menjadi orang yang memegang peranan utama. Pendekatan ini dugunakan dengan asumsi bahwa konselor lebih mengetahui dibanding dengan klien.

b. Pendekatan Tidak langsung
Dalam pendekatan tidak langsung, responden mengendalikan wawancara, menentukan topik, mementukan kapan dan bagaimana mereka berdiskusi, responden mengatur kecepatan dan lama wawancara. Dalam pendekatan ini, pewawancara/ konselor membatu responden memperoleh informasi, menambah wawasan, mendefinisikan dan menganalisis masalah, serta menemukan dan mengevaluasi solusi. Konselor mendengarkan, mengobservasi, dan menyemangati, tetapi tidak memaksakan ide.

Kebanyakan responden/ klien lebih memilih pendekatan ini dibanding pendekatan langsung, terutama dalam menganalisis masalah, menilai solusi, dan membuat keputusan yang baik.

Masalah klien sebenarnya bukan berarti karena kurangnya informasi atau salah informasi. Hal ini karena ketidakmampuan klien/ responden dalam memvisualkan sebuah masalah sekarang atau masa depan dalam membuat keputusan. Klien bingung harus berbuat apa dan bagaimana melakukannya. Konselor harus dapat membedakan antara memberikan panduan penyelesaian masalah, denagn memaksakan preferensi pribadi.

Keakuratan dari asumsi, seperti asumsi langsung tergantung pada konselor, responden, dan situasi.

c. Pedekatan Kombinasi
Pendekatan tidak langsung dilakukan untuk mendorong klien/ responden berbicara dan mengungkapkan masalah dan penyebabnya. Kemudian, dilanjutkan dengan pendekatan langsung ketika berdiskusi tentang tindakan yang akan diambil. Pendekatanlangsung merupakan cara terbaik dalam memperoleh fakta, informasi, dan membuat kesimpulan. Sementara pendekatan tidak langsung digunakan untuk membuka area besar dan mengeluarkan informasi spontan.

Yang harus diperhatikan kemudian adalah bahwa pewawancara harus memperhatikan suasana dan pola wawancara. Keduanya akan mempengaruhi tingkatan komunikasi. Sediakan iklim kondusif, tenang, nyaman, lokasi pribadim bebas gangguan. Atur tempat duduk agar pewawancara dan responden dapat berkomunikasi secara bebas. Mengatur furniture juga dapat berkontribusi untuk mengurangi atmosfer saat percakapan.

Melakukan Wawanacara

Dalam wawancara konseling, harus selalu diingat prinsip bahwa seorang pewawancara dalam hal ini konselor berinvestasi pada seorang klien yang memiliki kemampuan dapat mengubah diri dan menginprovisasi dirinya. Oleh karena itu, sebagai pewawancara sangatlah dilarang untuk membentuk seseorang seperti yang diinginkan oleh konselor. Wawancara dalam hal ini adalah sebuah proses belajar untuk kedua belah pihak, dan tidak seperti usaha sepihak saja.

Berikut ini merupakan proses dalam wawancara konseling:

1. Pembukaan
Berikut ini merupakan hal-hal yang harus diperhatikan saat awal-awal wawncara
  • Menit pertama dalam sesi konseling adalah mengatur nada verbal untuk mengingatkan. 
  • Sapa responden dengan sikap yang bersahabat, secara alami, tulus, dan ikhlas.
  • Tunjukkan bahwa konselor memang ingin membantu.
  • Hindari sikap merendahkan dan mengatur
  • Hilangkan rasa frustasi dan kejengkelan
  • Terima orangyang konsultasi sebagai dirinya sendiri dan coba mengerti “dunia kliendari dalam diri klien”.
  • Jangan coba-coba menebak mengapa klien ingin berkunjung dalam sesi konsultasi
  • Hindari kecanggungan dam semua reaksi yang terlalu umum dalam interaksi denan anggota keluarga, teman, dan asosiasi. 

2. Berani mengungkapkan Diri
Pengungkapan kepercayaan diri, sikap, perhatian, dan perasaan, menentukan kesuksesan wawancara konslutasi dan faktor utama dalam keputusna responden untuk mencari atau tidak mencari bantuan. Pengungkapan diri adalah hal yang kompleks.

Dalam suasana yang kondusif, maka pengungkapan diri akan mudah dilakukan. jika kondisi memang positif, maka akan menciptakan hubungan kepercayaan dan menimbulkan persaaan terlindungi, bangga, dan otentik.

3. Peran dalam wawancara konseling adalah:
  • Mendengarkan
  • Mengobservasi
  • Bertanya
  • Merespon

4. Medengarkan
Mendengarkan adalah keahlian yang sanagt utama dalam sesi konseling. Berikut ini merupakan hal-hal yang harus diperhatikan adalah mendengarkan secara empati:
  • Meyakinkan dengan lemhut
  • Mengkespresikan kehangatan
  • Menempatkan diri dalam situasi klien dan dunianya.
  • Dengarkan secara komprehensif agar dapat menjadi konselor yangsabar, menerima, dan mengerti
  • Hindarkan mendengarkan untuk mengevaluasi, menilai, dan mengkritisi
  • Agar efektifitas konseling tinggi, maka hindarkan menginterogasi, menyalahkan, tidak menyetujui secaralangsung atau tidak langsung
  • Berkonsentrasi terhadap apa yang dibiarakan klien
  • Berkata tulus 
  • Tertarik mendengarkan mereka
  • Tidak mengiterupsi atau mengambil alih percakapan
  • Jangan terlalu banyak menyisipkan pengalaman pribadi
  • Tunjukkan reaksi non verbal: menyendarkan diri dan wajah, memelihara kontak mata, merefleksikan perhatian denganekspresi wajah.
  • Senyum agar responden merasa hangat.

5. Observasi
Observasi menyediakan petujuk tentang keseriusan masalah klien, jawaban menipu, ragu-ragu dengankontak mata yang lama. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan:
  • Amati posisi duduk, bergerak, dan gelisah responden, dengan tetap memlihara kontak mata. 
  • Perhatikan kekerasan suara, sifat takut, bukti dari ketegangan dan perubahan.
  • Jika anda merekam dan mencatat, jelaskan alasannyam, dan berhenti jika anda mendeteksi aktivitas tersebut merugikan. 

6. Pertanyaan

7. Merespons
Memilih respon yang sesuai dengan permintaan pertanyaan dan informasi meungkin akan sulit. Pendekatan tentang hal ini menyerankan respon untuk memperoleh dan mengidentifikasi perasaan tentang ini, perasaan tentang masalah, dan perasaan kepercayaan responden.

a. Reaksi sangat tidak langsung dan responnya
Reaksi ini mendiring responden untuk melanjutkan komentar, menganalisis ide dan solusi, dan mandiri. Pewawancara tidak memberikan informasi, membantu, atau mengevaluasi ide dan tindakan yang mungkin dilakukan klien.

Respon yang dilakukan adalah diam, dengan perilaku non verbal tetap terkontrol.
  • Wajah / tidak berlebihan
  • Dorong responden untuk bercerita
  • Mengemukakan apa yang disampaikan oleh klien (refleksi)
  • Jangan meneruskan tekanan jika klien tidak mau mengungkapkannya.

Teknikini dapat menjelaskan dan memverifikasi pertanyaan dan pernyataan.

b. Reaksi tidak langsung dan responnya
Reaksi ini menginformasikan dan membarnikan dengantidak adanya pengenaan (attachment). Reaksi yang dapat dilakukan adalah :
  1. Spesifik dalam menjawab
  2. Jika tidak memiliki jawabankatakan apa adanya, dan berjanjilah untuk mencari informasi dan berusaha untuk memberikan lain waktu.
  3. Dorong dan yakinkan klien untuk mengungkapkan persaan, reaksi, dan gejala.
  4. Berhati-hati agar tidak jatuh seperti dalam pikiran si pewawancara. 

c. Reaksi langsung dan responnya
Reaksi langsung adalah respon bergerak melebihi keberanian dan informasi tentang evaluasi atau penilaian.

Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
  • Bersikaplah taktis saat mendapat pertanyaan dan kritikan.

d. Reaksi sangat langsung dan responnya
Dalam reaksi sangat langsung, maka saran dan nasihat digantikan dengan ultimatum/ perintah keras. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan:

Gunakan respon sangat langsung jika klien dekat
Jangan kaget dengan apa yang didengar dari klien
Berisiap-siap secara hati-hati untuk mengurangi rasa kaget
Jangan coba-coba mengelak dari fakta-fakta yang itdak menyenangkan
Jujurlah dan bijaksana
Bicara sedikit mungkin
Lepaskan ketegangan denagn humor
Jengan menginteruppsi responden,

Menutup Wawancara
  • Penutupan memerlukan waktu, karena hal ini nantinya akan berpengaruh terhadap mau dan tidaknya klien.
  • Saat sudah selesai, jangan membuat topik baru
  • Buka lebar informasi

Mengevaluasi wawancara
  1. Tinjau yang telah dan dilakukan sebelumnya dan penyelesainnya
  2. Persiapan yang diterapkan
  3. Srurktur wawacara sudah efektif
  4. Keahlian wawancara dan komunikasi

Posting Komentar untuk "Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Wawancara Konseling"