Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian dan Penyusunan Konstruksi Alat Ukur Tes Psikologi

Pengertian dan Penyusunan Konstruksi Alat Ukur Tes Psikologi - Artikel ini melatih kita untuk membuat alat ukur psikologi yang memenuhi persyaratan sebagai alat ukur yang baik dan benar. Melalui artikel ini diharapkan mampu membuat alat ukur psikologi menggunakan metode dan tahapan yang benar.

A. Manusia adalah makhluk yang unik

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari manusia beserta perilakunya. Namun ilmu ini juga menemukan bahwa kajian mengenai manusia hanya menemukan fakta bahwa tiap manusia unik dan tidak ada dua individu yang sama walaupun dua individu yang dibandingkan adalah dua manusia kembar identik. Oleh karena itu, salah satu jargon yang terkenal dalam psikologi adalah “individual differences”, yaitu ilmu yang mencoba mempelajari perbedaan antar individu.

Banyak keunikan yang ada dalam tiap individu, namun yang paling mencolok adalah perbedaan fisik.Fakta ini sudah banyak diungkap dalam berbagai kajian dan penelitian hingga digunakan dalam berbagai kehidupan, salah satunya adalah sidik jari. Semirip apapun dua atau lebih individu, ternyata keduanya tidak akan memiliki sidik jari yang sama.

Jika lebih dalam kita gali tentang manusia, maka kita juga akan temukan bahwa tiap manusia memiliki DNA yang berbeda. Selain DNA dan sidik jari, perbedaan kondisi fisik ini tentunya berdampak pada perbedaan perilaku, sikap, dan kondisi psikologis.Pada dasarnya, fakta awal mengenai keunikan individu dapat kita lihat dari adanya keunikan dalam fisiknya baik yang bersifat kasat mata atau yang membutuhkan teknologi khusus untuk membedakannya.

Keunikan fisik manusia tentunya akan berpengaruh pada keunikan psikisnya. Individu yang terlahir dengan badan besar dan tinggi akan mendorong lahirnya karakter tertentu yang berbeda dengan individu yang terlahir dengan badan kecil dan rendah. Sebesar apapun upaya lingkungan untuk memperlakukan dua orang yang berbeda secara sama, respon dari dua individu yang berbeda terhadap perlakuan yang sama sudah pasti juga berbeda.

Terlebih jika kita melihat bahwa setiap budaya memiliki cara tertentu dalam memperlakukan individu yang disesuaikan dengan karakteristik fisiknya maka sudah tentu respon psikis tiap individu akan berbeda. Pada kembar identik, misalnya, dalam budaya tertentu anak yang lahir terlebih dahulu disebut adik sedangkan pada budaya lain anak yang terlahir lebih dahulu disebut kakak walaupun keduanya hanya selisih beberapa menit bahkan detik pada saat kelahirannya. Sehingga menjadi suatu keniscayaan bahwa tiap individu memiliki karakter psikis yang unik selain juga karakter fisiologis.

Salah satu dampak dari keunikan individu tersebut adalah munculnya upaya penilaian individu oleh individu lainnya. Dalam sebuah masyarakat sosial, individu perlu melakukan penyesuaian perilaku sehingga dibutuhkan upaya penilaian agar penyesuaian yang dilakukannya tepat dan dapat diterima oleh orang lain. Namun dalam kompleksitas masyarakat modern, penilaian ini menjadi semakin penting terkait dengan tujuan-tujuan tertentu yang menjadi kebutuhan dari masyarakat modern tersebut.

Pengertian dan Penyusunan Konstruksi Alat Ukur Tes Psikologi_
image source: www.buzzfeed.com
baca juga: Macam-Macam dan Syarat Alat Tes Inventori dalam Psikologi

B. Penilaian Individu

Salah satu tujuan dari penilaian individu adalah untuk kebutuhan interaksi. Siswa ketika akan berinteraksi dengan guru, pimpinan ketika akan berinteraksi dengan bawahan, pria ketika akan berinteraksi dengan perempuan, dsb. membutuhkan penilaian sebelum melakukan interaksinya sehingga interaksi yang dilakukannya dapat sesuai dengan maksud dari interaksi tersebut. Tanpa adanya penilaian maka kecil kemungkinan interaksi yang dimunculkan akan berhasil.

Selain kebutuhan interaksi antar individu, penilaiaian juga dilakukan untuk kebutuhan identifikasi. Guru dapat melakukan penilaian pada siswanya untuk mengetahui masalah pendidikan yang dialami oleh siswa tersebut. Hasil penilaian yang bertujuan untuk identifikasi ini dapat ditentukan program yang sesuai dengan siswa didiknya. Hal yang sama juga dapat dilakukan oleh perusahaan terhadap karyawannya, misalnya untuk menentukan kebutuhan program pengembangan dan pelatihan bagi karyawan dan siapa yang layak mendapatkannya.

Pemilihan calon karyawan atau calon siswa merupakan salah satu bentuk tujuan dari penilaian.Kebutuhan tiap perusahaan berbeda begitu juga dengan daya tampung siswa dalam satu sekolah, oleh karenanya penilaian calon karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan atau penentuan siswa yang dapat masuk disuatu sekolah terkait keterbatasan kapasitas menjadi penting. Tanpa adanya penilaian, perusahaan akan bermasalah karena pekerja belum tentu memiliki keahlian atau kompetensi yang sesuai dengan dengan kebutuhan perusahaan begitu juga dengan sekolah, tanpa penilaian yang dilanjutkan dengan seleksi program pendidikan dapat menemui banyak hambatan ditengah jalan.

Dalam sebuah pelaksanaan program kegiatan, penilaian dapat dilakukan untuk melihat apakah program sudah berjalan sesuai dengan rencana atau belum.Dalam hal ini, penilaian dilakukan sebagai bahan evaluasi, baik evaluasi terhadap peserta maupun evaluasi terhadap program kegiatanya. Tanpa penilaian terhadap individu maka sangat sulit untuk menentukan apakah dana, tenaga, dan pikiran yang sudah disampaikan dalam program kegiatan dapat dikategorikan sukses atau gagal, tepat sasaran atau tidak, bermanfaat atau tidak, dsb.

C. Perbandingan penilaian

Berdasarkan berbagai tujuan penilaian yang sudah dijelaskan diatas, maka setiap tujuan mengarah pada upaya membandingkan tiap penilaian. Adapun hal-hal yang akan dibandingkan dalam penilaian antara lain: perbandingan penilaian antar individu, perbandingan penilaian individu yang sama diwaktu yang berbeda, penilaian antar individu dalam dua atau lebih waktu yang berbeda. Masing-masing perbandingan disesuaikan dengan kebutuhan akan penilaian.

Pada penilaian yang bertujuan menseleksi maka salah satu tujuan penilaian adalah untuk menentukan siapa yang lebih berpotensi sebagai karyawan, misalnya, sehingga dapat mendorong perusahaan lebih baik dalam mencapai tujuan dan target-targetnya. Oleh karena itu, orang yang melakukan penilaian dalam seleksi akan melihat potensi calon karyawan yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan tersebut. Aspek yang dianggap sebagai potensi tentunya berbeda pada tiap perusahaan dan tiap posisi, misalnya: jika posisi yang dibutuhkan adalah petugas keamanan, maka aspek berpikir kritis mungkin tidak menjadi aspek penting jika dibandingkan aspek keberanian.

Dalam penilaian antar individu juga dapat dilakukan dalam upaya memenuhi kebutuhan akan interaksi. Dalam pemilihan teman kelompok, misalnya, penilaian dapat dilakukan dengan membandingkan masing-masing individu dengan karakter orang yang sudah ada dalam kelompok sehingga orang yang terpilih merupakan orang yang lebih baik untuk menjadi bagian dari kelompok.Namun kategori 'lebih baik' tentunya berbeda pada tiap kelompok.

Penilaian yang bertujuan untuk melakukan evaluasi, dapat dilakukan dengan membandingkan hasil penilaian pada satu individu pada dua waktu yang berbeda.Individu yang mengikuti kegiatan pelatihan, misalnya, sebelum mengikuti pelatihan dan setelah mengikuti pelatihan dapat dinilai untuk melihat ada tidaknya perubahan dalam diri orang tersebut.Dengan mengenali hal ini maka perbaikan kedepan dapat lebih terarah.

Penilaian yang berkaitan dengan evaluasi juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada.Permasalahan tersebut dapat berasal dari sistem sosial atau sistem institusi atau pada aspek eksternal lainnya sesuai dengan konteks penilaian. Jika individu-individu dalam suatu sekolah, sebelum masuk sekolah dan sesudah keluar dari sekolah dan dibandingkan hasil penilaian terhadap kemampuan spesifik ternyata sama maka hasil perbandingan penilaian ini menjadi salah satu bukti untuk mengidentifikasi adanya masalah dalam sistem pendidikan di sekolah tersebut.

Penilain lain juga dapat dilakukan pada beberapa individu yang sama dalam beberapa waktu yang berbeda. Berdasarkan hasil penilaian ini, dapat diidentifikasi permasalahan dari individu jika dibandingkan dengan kondisi orang lain. Selain itu, penilaian ini juga dapat dilakukan untuk melihat hal-hal yang menjadi kelebihan indidivu dibandingkan yang lainnya dalam proses yang dijalani bersama.

D. Efisiensi Penilaian

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa penilaian individu merupakan hal yang penting dalam kehidupan masyarakat modern saat ini.Namun pentingnya aspek penilaian juga dilengkapi dengan keterbatasan yang dimilikinya. Beberapa keterbatas tersebut antara lain: jumlah orang yang dapat melakukan penilaian dengan tepat terbatas, waktu untuk melakukan penilaian terbatas, efisiensi dalam masalah pendanaan, atau masalah lain yang mengikuti penilaian baik sebelum atau sesudahnya.

Penilaian yang baik harus dilakukan oleh orang yang terlatih karena jika tidak maka hasil penilaian tidak dapat dipertanggungjawabkan dan cenderung hanya menjadi hasil yang diabaikan. Namun sayangnya, orang yang terlatih dalam melakukan penilaian sangat terbatas sementara individu yang harus dinilai melebih orang yang akan melakukan penilaian tersebut. Jika membayangkan proses seleksi yang diikuti oleh ribuan orang namun individu yang terlatih dalam melakukan penilaian kurang dari lima puluh orang maka dapat dibayangkan sulitnya proses penilaian.

Selain keterbatasan jumlah individu yang terlatih dalam melakukan penilaian, kendala lainnya adalah keterbatasan waktu untuk melakukan penilaian yang baik.Pada contoh diatas, perusahaan mungkin membutuhkan karyawan baru dalam waktu dekat namun individu yang terpilihpun diharapkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Jika calon karyawan yang akan dinilai untuk proses seleksi mencapai ribuan sementara tenaga profesional yang ada jumlahnya sangat terbatas maka waktu menjadi kendala besar untuk bisa mendapatkan hasil seleksi yang baik.

Masalah diatas belum termasuk permasalahan yang menyerta proses penilaian yang dilakukan oleh tenaga terlatih. Beberapa masalah yang mengiringi, antara lain faktor kelelahan dari penilai, faktor kesiapan, faktor persepsi, dan sebagainya merupakan problem besar dalam penilaian yang harus dilakukan dalam waktu singkat. Dengan demikian, individu yang terlatih dalam melakukan penilaian terhadap individu juga tetap harus berhadapan dengan problem yang menyertai proses penilaian.

Dengan demikian, beberapa gambaran diatas menunjukkan bahwa penilaian individu yang baik harus memasukkan aspek efektifitas dan efisiensi.Efisien dalam waktu, biaya, dan tenaga dan juga prosesnya sehingga efektif dalam mencapai hasil yang diharapkan.Dengan demikian, penilaian individu dalam waktu singkat menjadi isu penting yang harus diatasi.

E. Masalah dalam penilaian individu

Sebelum lebih dalam membahas persoalan efektifitas dan efisien, perlu juga dikenali permasalahan yang akan dihadapi terkait dengan penilaian individu ini. Penilaian individu oleh individu lain memiliki beberapa permasalahan yang akan mengancam efektifitas hasil penilaian, antara lain: masalah subjektifitas, kondisi penilai, pra kondisi penilai, dan konsistensi penilai. Beberapa permasalah mungkin dapat diatasi seiring proses latihan namun permasalahan lain tetap akan muncul terutama jika penilaian dikaitkan dengan efisiensi dalam berbagai aspek.

Subjektifitas merupakan masalah yang sangat sulit dihindari jika penilaian terhadap individu dilakukan oleh individu lain terutama jika mereka bertemu secara langsung. Rasa suka rasa tidak suka terkait dengan masalah kesukuan, agama, gaya bicara atau gaya berpakaian pun dapat mengarah pada bias penilaian. Bagaimanapun individu menghindari bias subjektifitas namun sebagai manusia hal ini sangat sulit untuk dicegah agar tidak terjadi.

Kondisi orang yang melakukan penilaian pada saat itu juga akan mempengaruhi hasil penilaian. Rasa mengantuk, lapar, haus, sakit perut atau hal-hal kecil lainnya akan mempengaruhi hasil yang didapat dari proses penilaian yang dilakukan. Hal ini tetap dapat terjadi walaupun proses penilaian dilakukan oleh individu yang sangat berpengalaman.

Pra kondisi dari penilai juga tentunya akan mempengaruhi hasil penilaian. Masalah rumah tangga, masalah perjalanan, dan sebagainya merupakan masalah yang mengiringi individu sehingga mempengaruhi kondisi penilaian pada saat melakukan penilaian. Tuntutan profesionalitas mungkin dapat disampaikan namun hal ini tentunya akan bertabrakan dengan kondisi bahwa individu yang melakukan penilaian memiliki beberapa kerterbatasan yang sesungguhnya bersifat manusiawi.

Berbagai permasalahan yang mengiringi penilaian diatas, berujung pada menurunnya konsistensi hasil penilaian dan proses penilaian. Jika demikian, yang akan dirugikan tidak hanya indidivu yang dinilai namun juga dapat terjadi pada perusahaan, misalnya, yang kehilangan calon karyawan potensial karena tidak teratasinya masalah dalam penilaian individu ini. Hal yang sama juga dapat terjadi pada siswa di sekolah, penilaian yang salah dapat mengarah pada hilangnya harapan siswa terhadap cita-citanya.

F. Tes sebagai Upaya mengatasi masalah


Kehadiran tes-tes psikologi dalam berbagai bentuknya tentunya bertujuan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam proses penilaian individu. Dengan tujuan yang sama dan tetap dalam konteks seleksi, evaluasi, identifikasi, dan sebagainya tes-tes psikologi merupakan salah satu produk instan dari proses penilaian individu yang diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi dalam proses penilaian individual. Begitu juga dengan permasalahan subjektifitas, konsistensi, dan sebagainya diharapkan dapat diatas dengan kehadiran tes-tes psikologi.

Kehadiran tes psikologi dapat mengatasi permasalahan subjektifitas karena tes-tes psikologi memiliki standar yang lebih baku karena lebih sedikit intervensi dari persepsi dan mispersepsi individu. Dengan tes psikologi data lebih mudah dibandingkan dan dari hasil perbandingan lebih mudah dalam menentukan keputusan terhadap hasil penilaian individu tersebut.Dengan kehadiran tes psikologi, pertanggungjawaban lebih dapat dikontrol oleh berbagai pihak.

Tes-tes psikologi menyebabkan penilaian individu tidak bergantung pada satu pihak namun lebih pada sistem penilaian itu sendiri.Oleh karenanya, penilaian dapat lebih dikontrol dan kondisi penilai yang dapat mempengaruhi objektifitas hasil penilaian dapat diminimalisir.Dengan demikian, tes psikologi dapat menghasilkan luaran yang lebih konsisten.

G. Tuntutan Ketepatan Penilaian Tes Psikologi

Bagaimanapun juga, tes psikologi adalah alat yang digunakan oleh penilai untuk membantunya dalam proses penilaian individu. Sebagai alat bantu, tes psikologi perlu dibuktikan memiliki ketepatan dan kesesuaian dalam hasil akhirnya. Oleh karena itu, untuk mencegah munculnya masalah akibat penggunaan alat yang tidak tepat dan sesuai kebutuhan maka tes psikologi harus memiliki aspek validitas dan reliabilitas.

Aspek validitas merupakan aspek utama dalam tes psikologi. Sebuah instrumen tes psikologi akan dinyatakan valid jika hasil penilaiannya sesuai dengan kenyataannya. Sebagai contoh, sebuah tes psikologi yang ingin melihat kemampuan untuk menganalisa masalah dari seorang individu harus menunjukkan bahwa orang yang dinyatakan mampu berdasarkan hasil tesnya juga terbukti mampu menganalisa masalah sesuai dengan dasar penilaian yang dimaksud oleh tes psikologi.

Aspek reliabilitas juga merupakan aspek penting dalam menjamin ketepatan penilaian.Sebuah tes psikologi mungkin tidak valid namun jika tes tersebut cukup reliabel maka tes psikologi ini bisa digunakan dengan beberapa penyesuaian.Jika sebuah tes psikologi dimaksudkan untuk melihat motivasi bekerja namun faktanya tes tersebut mengidentifikasi motivasi berprestasi maka tes ini dapat dinyatakan reliabel dan dengan beberapa penyesuaian tes ini dapat menjadi valid.

H. Jenis pengukuran psikologi

Secara umum pengukuran psikologi meliputi aspek afektif dan aspek kognitif.Pengukuran aspek afektif juga dikenal dengan tes performa tipikal dan pengukuran aspek kognitif dikenal juga dengan istilah tes performa maksimal.Keduanya merupakan bagian dari tes psikologi yang berupaya menilai individu namun penggunaannya secara umum cukup berbeda walaupun perbadaannya bukan perbedaan yang bersifat mutlak.

Tes performa maksimal adalah pengukuran psikologi yang ingin melihat seberapa besar potensi yang dimiliki oleh individu walaupun potensi tersebut belum pernah dimanfaatkan secara optimal.Salah satu bentuk tes dari model ini adalah tes intelegensi. Tes intelegensi mungkin menyatakan bahwa individu dapat menyelesaikan masalah dengan lebih cepat namun bukan berarti individu yang dinilai selalu menyelesaikan masalah dengan cepat karena adanya faktor lain yang mempengaruhi, misalnya faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi.

Tes performa maksimal ini banyak digunakan dalam bidang seleksi baik diperusahaan maupun di sekolah atau institusi lainnya.Dengan tes ini diharapkan lembaga yang melakukan tes mendapatkan individu potensial yang siap mengembangkan lembaga mereka dengan lebih baik.Selain itu, tes-tes seperti ini juga digunakan untuk menentukan pola program atau hal lainnya sehingga individu dapat dioptimalkan segala potensi yang dimiliki.

Sedangkan tes performa tipikal banyak ditujukan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Namun dalam level praktis tes ini juga digunakan untuk proses seleksi karyawan dan proses identifikasi. Salah satu tes dalam model ini adalah tes kepribadian (mis: TAT) yang hasilnya dapat digunakan untuk mengidentifikasi permasalah individu.

Tes performa maksimal ketika digunakan dalam proses seleksi juga dapat digunakan dan diantaranya adalah tes wartegg dan sejenisnya. Berdasarkan tes ini, institusi yang melakukan seleksi ingin memilih individu dengan karakter yang sesuai dengan kebutuhan di institusinya.Sangat mungkin institusi membutuhkan individu dengan karakter agresif karena adanya tuntutan terkait hal itu dalam institusi tersebut.

I. Perlengkapan Penilaian

Sebagai alat, tes psikologi membutuhkan perlengkapan pendukung.Perlengkapan paling umum dalam tes psikologi adalah penggunaan kertas dan pensil atau pulpen.Namun di luar itu, juga dapat dilakukan dengan menggunakan komputer, dan sebaginya.

Selain perlengkapan yang akan digunakan oleh orang yang akan dinilai, perlengkapan juga dibutuhkan untuk menilai, misalnya penilaian dilakukan melalui observasi terencana maka perlengkapan yang dibutuhkan mungkin adanya ruang buatan atau semacam laboratorium untuk melihat apakah aspek yang dinilai muncul dalam ruangan tersebut. Perlengkapan ini bahkan hampir tak terbatas yang dapat disesuaikan dengan model penilaian yang dilakukan.

Gambar, foto, cerita dan sebagainya bisa jadi merupakan hal-hal yang akan dibutuhkan oleh penilai dalam menjalankan proses penilaian individu yang dilakukannya. Terlepas dari beragam kebutuhan dan alat yang akan digunakan, validitas dan reliabilitas dari tes yang dimaksud harus dapat teruji. Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep operasionalisasi dan metode pengkonstruksian alat ukur psikologi merupakan aspek yang penting.

J. Kelemahan Tes Psikologi

Sebagai hasil karya manusia dan proses panjang pencarian konsep yang baik, tes psikologi juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahan yang cukup signifikan adalah aspek fleksibilitas dari tes tersebut yang dapat mempengaruhi hasil penilaian.Tes psikologi secara umum hanya memiliki satu dimensi, misalnya penilaian hanya menggunakan tulisan soal berupa butir pertanyaan sehingga pada individu yang memiliki gangguan pengelihatan maka tes ini menjadi tidak cukup fleksibel.

Kelemahan lain yang ada dalam tes psikologi misalnya efek latihan dari individu yang dinilai. Individu yang sudah terbiasa dengan tes akan mudah beradaptasi dan akan langsung memahami hal-hal yang harus dilakukan bahkan disiasati dalam tes psikologi. Dengan demikian inidividu yang sudah mengalami proses belajar dan berlatih maka akan lebih bik baginya dalam merespon stimulus yang ada dalam psikotes. Oleh karena itu, kelemahan ini juga perlu disiasati oleh penilai dengan tidak terpaku pada sedikit tes psikologi saja.

Namun dari berbagai kelemahan tes psikologi yang awalnya dikembangkan untuk menutupi kelemahan pada penilaian personal, maka pengembangan tes-tes psikologi dengan berbagai metode yang lebih baik dapat terus dilakukan sehingga tes psikologi sebagai salah satu alat untuk melakukan penilaian menjadi lebih baik dan dapat dipercaya. Perkembangan teknologi juga diharapkan mampu untuk terus memperbaiki berbagai metode yang dikembangkan dalam tes-tes psikologi.

Terlepas dari semua permasalahan dan pembahasan di atas, perlu disadari bahwa tes psikologi hanyalah alat bantu penilaian. Pada akhirnya yang akan memberikan penilaian akhir adalah manusia itu sendiri. Dengan demikian perlakukan terhadap tes psikologi juga tidak perlu terlalu berlebihan sehingga mengabaikan peran manusia sebagai pengambil keputusan akhir.

Posting Komentar untuk "Pengertian dan Penyusunan Konstruksi Alat Ukur Tes Psikologi"