Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori dan Sejarah Tes Psikotes Menggambar Orang dalam Psikologi

Teori dan Sejarah Tes Psikotes Menggambar Orang dalam Psikologi - Kepribadian manusia tidak berkembang dalam proses yang singkat. Dimulai dari masa kanak-kanak hingga mati, manusia berkembang dan tumbuh menjadi sosok yang memiliki banyak ide, kemampuan, keterampilan, serta hal lainnya. Pengalaman tersebut di internalisasi dalam diri menjadi nilai-nilai dan semacam blueprint dalam kehidupan manusia. Pengalaman tersebut menjadi motivasi-motivasi individu dalam mencapai tujuannya. Tanpa kita sadari, wujud dari motivasi, atau dorongan kehidupan manusia dapat terlihat dari coretan garis. Hal ini yang menjadi dasar ketertarikan peneliti dimasa awal berkembangnya tes ini seperti Goodenough, Charles Koch, dan Machover.

Telah lama diketahui bahwa individu memperlihatkan aspek-aepek penting dari kepribadian mereka dalam gambar. Yang ditasakan kurang adalah taraf sistematisasi analisa suatu produk grafis yang komprehensif. Machover dalam buku “Proyeksi Kepribadian Melalui Gambar Figur Orang” berusaha untuk menggarsikan suatu metode analisa keprbadian berdasarkan intepretasi.

Kepribadian tidak berkembang dalam suatu vakum, tetapi melalui gerakan, perasaan dan memikirkan suatu badan khusus. Metode proyektif yang menjelajahi motivasi-motivasi telah berulang kali membuka celah-celah ekspresi diri yang tertutup dan mungkin tidak disadari dan tidak dimanifestasikan dalam bentuk terbuka atau komunikasi langsung.

Teori dan Sejarah Tes Psikotes Menggambar Orang dalam Psikologi_
image source: insinyoer.com
baca juga: Persiapan dan Instruksi Tes Gambar Pohon dalam Psikologi

SEJARAH PERKEMBANGAN TES DRAW A PERSON

Tes DAP (Draw A Person) atau juga sering disebut DAM (Draw A Man) merupakan salah satu bentuk alat tes Psikologi yang sering kita jumpai di saat proses assessment psikologi. Tes DAP atau DAM termasuk tes individual yang hingga saat ini masih banyak digunakan oleh praktisi psikologi. Perkembangan tes ini dimulai pada tahun 1926, Laurence Goodenough mengembangkan Draw-A-Man (DAM) Test untuk melihat dan memprediksi taraf kemampuan kognitif anak. Kemmapuan kognitif ini menurut Goodenoguh dapat terlihat melalui kualitas hasil gambarnya. Hal ini dengan asumsin bahwa akurasi dan detail gambar yang dihasilkan menunjukkan tingkat kematangan intelektual anak. DAM test ini dapat digunakan untuk anak usia 3 – 10 tahun.

Selain Goodenough, pada tahun 1948, Buck mengembangkan House-Tree-Person (HTP) Test. Tes ini melibatkan gambar rumah, pohon, dan orang dengan asumsi dari gambar ini dapat memproyeksikan kedekatan kehidupan seseorang. Tahun 1949, Machover mengembangkan Draw-A-Person (DAP) Test, sebagai teknik untuk mengukur kepribadian. Machover mengembangkan sejumlah hipotesis berdasarkan obeservasi klinis dan penilaian intuitif. Misal, ukuran gambar berkaitan dengan tingkat self-esteem, penempatan gambar dalam kertas merefleksikan suasana hati dan orientasi sosial seseorang.

TUBUH SEBAGAI ALAT EKSPRESI DIRI

Pada saat individu berusaha menyelesaikan persoalan yaitu tugas menggambar orang, ia dipaksa menggambar dari beberapa sumber. Atribut-atribut tubuh diluar dirinya terlalu bervariasi untuk dapat memunculkan diri sebagai wakil manusia yang spontan dan objektif. Pada saat tertentu ada proses seleksi yang melibatkan identifikasi melalui proyeksi dan introspeksi yang masuk ke dalam. Individu harus menggambar secara sadar dan sudah tentu juga tanpa disadari seluruh system nilai-nilai psikisnya. Tubuh atau “the self” merupakan titik referensi yang paling intim dalam kegiatan apapun, apabila kita mengikuti garis pertumbuhan, maka tampak hubungan berbagai sensasi, persepsi, dan emosi dengan organ-organ tubuh tertentu. Investasi dalam organ-organ tubuh ini, atau persepsi bayangan tubuh yang berkembang melalui pengalaman pribadi harus membimbing individu yang sedang menggambar dalam struktur khusus da nisi yang membentuk “orang”.

Dengan demikian, gambar figure orang yang melibatkan proyeksi bayangan tubuh merupakan suatu sarana alami untuk menyatakan kebutuhan-kebutuhan tbuh dan konflik-konflik seseorang. Intepretasi yang berhasil terhadap gambar telah berlangsung atas dasar hipotesis bahwa figure yang digambar berhubungan dengan individu yang menggambar dengan keakraban sama yang menandai gaya masing-masing individu, tulisan tangannya atau gerakan-gerakan ekspresi lainnya. Teknik analisa kepribadian yang digambarkan berikut ini berusaha untuk menyusun kembali ciri-ciri utama proyeksi diri ini.

Suasana Hati Figur

Pada waktu menterjemahkan bayangan tubuh atau model postural dalam istilah-istilah grafis, apakah produk akhir secara otomatis sesuai degnan ketegangan psikis dan sikap individu. Secara khusus, apakah figure yang digambarkan tampak bahagia, ekspansif, menarik diri, autistik, menyempit, ketakutan, seperti berkelahi atau kurang afeksi? Apakah figure yang digambar nampak kuat atau lemah? Apakah tampak didominasi suatu “orang complex” tertentu? Ini merupakan warna suasan hati atau kecenderungan sentral dan disposisi yang dalam pengalaman machover selalu mencerminkan ketegangan si penggmbar.

Melalui gambar orang, kita bisa mencari tahu suasana hati seseorang dengan memintanya untuk menggambar figure yang mewakili suasana hati mereka. Hal ini dapat dilakukan melalui eksperimen kecil.

Coretan dan Gambar

Pada esensinya, gambar merupakan kumpulan coretan yang memiliki konsep. Gambar/coretan merupakan hasil dari gerakan tangan (motorik kasar dan halus). Gerakan tangan ini dikendalikan oleh sistem syaraf di otak sebagai pusat koordinasi. Sehingga, dengan demikian, kelemahan atau gangguan pada coretan akan mengarahkan perhatian pada kemungkinan gangguan pada otak. Disadari atau tidak, setiap gerakan manusia juga dilatarbelakangi oleh emosinya. Artinya, motorik yang berlangsung pada dasarnya adalah suatu psikomotorik.

Selain coretan yang dibuat sekali diatas kertas, ada kemunkinan lain bahwa coretan-coretan itu diulang berkali-kali pada tempat yang sama diatas kertas gambar. Jika hal ini terjadi maka testee hendak membuat efek bayangan (shadow) pada gambarnya. Jelas bawah perilaku orang menggambar tersebut berkaitan dengan kognisinya, yaitu pengetahuan serta pengalaman tentang bayangan. Namun apabula pengulangan coretan itu dilakukan secara berlebihan dan menghasilkan bagian-bagian yang menghitam (pada gambar), maka perseverasi gerakan yang tampak mengandung intepretasi bahwa vitalitas orang yang bersangkutan juga terikat dan terpaku pada satu penghayatan emosional pada dirinya. Yang pada umumnya berupa kecemasan sebagai afek yang kuat. Penghitaman kertas gambar adalah penyembunyian “sesuatu” yang didalam psikoanalisa dikenal dengan represi. Jadi yang disebut seusatu tadi adalah kecemasan yang akhirnya ditekan.

Simbolik Ruang

Seorang ahli grafologi, Max Pulver menjelaskan bahwa adanya simbloik ruang dalam kertas untuk tes proyeksi. Yaitu zona atas-bawah, kiri-kanan, muka-belakang. Banyak pohon digambar dalam bentuk salib, batang, adanya cabang yang melanjutkan batang dan cabang-cabang lainnya. Salib memperlihatkan adanya atas-bawah, kiri-kanan atau dunia-surga, matter-mind, masa lalu dan masa depan. Hal ini dapat dikatakan sebagai the pre-rational psyche, the archtype “cross”. Sisi kiri kertas dapat diasosiasikan sebagai introversi, dan kanan adalah ekstraversi. Kiri juga dapat diartikan sebagai “inner life”, masa lalu atau hal yang telah dilupakan. Gerakan ke bawah merupakan gerakan kea rah diri sendiri.

ASAL USUL METODE

Sejak jaman dulu, ketertarikan para praktisi psikolog klinis untuk melihat hubungan antara genuis dan gila, serta kemiripan karya seni orang gila dengan karya seni yang dihasilkan orang-orang primitive dan anak-anak. Studi literature menunjukkan bukt adanya usaha-usaha untuk mengklasifikasikan ciri-ciri gambar sesuai dengan kelompok- kelompok psikiatris. Anastasi dan Foley (dalam Widjaja, 1987:20) menyimpulkan diferensiasi melalui gambar hanya dapat dilakukan orang-orangdengan gangguan mental yang berat. Berawal dari hal tersebut, ketertarikan para praktisi untuk melihat apa yang dapat terlihat dari gambar manusia menjadi tinggi. Antusiasme peneliti untuk membuka rahasia yang tidak dapat dilakukan dengan metode penlitian lainnya telah banyak dibicarakan.

Dapat diasumsikan bahwa gambar orang merupakan proyeksi dari self concept, proyeksi individu terhadap lingkungannya, dan ideal self image-nya. DAM juga dapat dikatakan sebagai suatu persepsi berdasarkan hasil pengamatan individu terhadap lingkungannya. Lebih mendalam lagi, DAM dapat menunjukkan ekspresi dari keadaan emosi seseorang. Tidak dipungkiri, bahwa bias pengukurandengan metode ini masih ada, salah satu yang mempengaruhi performa testee adalah sikap testee terhadap tester dan situasi tes tersebut.

RELIABLITAS DAN VALIDITAS TES GAMBAR ORANG

Reliabilitas test-retest DAP berdasarkan skoring kuantitatif dengan menggunakan panduan DAP yang dibuat oleh Harris (1963) didapatkan reliabilitas isi yang sedang (Median r = 0.74). Sedangkan reliabilitas interrater jauh lebih baik, yaitu median 0.90 untuk gambar laki-laki dan 0.94 untuk gambar wanita.

DASAR-DASAR KLINIS

Dalam proses menggambar yang dilakukan individu melibatkan identifikasi melalui proyeksi dan introproyeksi yang masuk ke dalam. Tubuh (the self) merupakan titik referensi yang paling intim dalam kegiatan apapun sehingga gambar orang yang melibatkan proyeksi bayangan tubuh merupakan suatu alat alamiah untuk menyatakan kebutuhan-kebutuhan tubuh dan konflik-konflik seseorang. Berdasarkan pengalaman Machover, “ekspresi” figur yang digambar mencerminkan “feeling tones”.

TES GAMBAR ORANG DIKEHIDUPAN SEHARI-HARI

• Industri dan Organisasi:

Untuk digunakan sebagai bagian dari tes potensi (psikotes) dalam seleksi karyawan

Untuk membuat profil kompetensi, maka metode Assesment Center masih dpat digunakan. Tes gambar orang ini akan menjadi pelengkap yagn penting dalam memberikan informasi mengenai individu.

• Militer : seleksi, klinis, diagnosa, dll

• Sekolah:
  • TK : dapat melihat kesiapan anak untuk sekolah
  • SMA : Penjurusan
  • Kuliah : seleksi, kesesuaian minat dan bakat.
  • Psikolog : Diagnosa gangguan kepribadian > kebutuhan terapi

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES GAMBAR ORANG

Kelebihan Tes Proyeksi
  • Tes proyeksi dapat menjangkau lapisan-lapisan lebih dalam dari kepribadian, (tidak disadari subyek) 
  • Bersifat ekonomis

Kekurangan
  • Tester harus memiliki keterampilan yang khusus dalam kaitannya dengan ketepatan melakukan diagnosa
  • Tidak se-obyektif dan seakurat tes kognitif
  • Tidak terstrukturnya rangsang memberi kesulitan dalam membuat penilaian
  • Akibat masalah penilaian, kebanyakan tehnik proyeksi tidak memenuhi standar konvensional dari validitas dan reliabilitas


Daftar Pustaka
  • Anastasi, A & Urbina, S. 1998. Psychological Testing: 7th ed. 
  • Gregory, Robert.J. Psyhcological Testing:6th edition. Boston: Pearson Education.
  • Widjaja, H. 1987. Proyeksi Kepribadin Manusia dalam Gambar Orang. Bandung:Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Posting Komentar untuk "Teori dan Sejarah Tes Psikotes Menggambar Orang dalam Psikologi"