Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian Wawancara Persuasif Menurut Para Ahli

Pengertian Wawancara Persuasif Menurut Para Ahli - Wawancara persuasif adalah wawancara yang dilakukan dengan tujuan untuk menggali informasi seakurat dan selengkap mungkin, dengan berfokus pada persuasi. Wawancara persuasi biasanya dilakukan dengan maksud menganjurkan produk, jasa, organisasi, klien atau kepercayaan Interviewer (iter) kepada Interviewee (itee). Pemahaman terhadap wawancara persuasif akan memberi gambaran teoritik dan praktis terhadap situasi-situasi yang melibatkan jenis wawancara ini.

Pengertian Wawancara Persuasif Menurut Para Ahli_
image source: blog.valoxy.org
baca juga:
Etika Persuasif

Dalam wawancara persuasif perlu memperhatikan standar etika wawancara seperti kejujuran, keadilan dan kesungguhan hati. Terdapat beberapa panduan dalam wawancara persuasif :
  1. Mencari dan memberikan informasi yang akurat, lengkap, terbaru dan bukti yang relevan untuk mendukung semua poin selama wawancara. 
  2. Secara akurat dan adil dalam memilih ide-ide, argumen, bahasa, dan taktik. 
  3. Memperhitungkan kemungkinan klaim dan konsekuensi dari pemikiran, perasaan, atau tindakan yang diusulkan. 
  4. Mengemukakan informasi dengan jelas, langsung dan jujur tentang niat dan alasan persuasi dilakukan. 
  5. Bersikap toleran terhadap adanya perbedaan pendapat dan sudut pandang.

    Lima kondisi yang berhubungan dengan persuasi dan wawancara persuasi dapat berhasil jika memperhatikan lima kondisi berikut :
    1. Anjuran dari iter dapat memenuhi satu atau lebih kebutuhan yang sangat diinginkan oleh itee
    2. Anjuran dari iter harus konsisten dengan nilai, sikap, dan kepercayaan yang dianut oleh itee
    3. Anjuran dari iter harus mudah dilakukan, dapat dilaksanakan, praktis dan menghasilkan sesuatu.
    4. Keuntungan dari saran yang iter berikan harus lebih banyak daripada kerugiannya.
    5. Saran dari iter merupakan solusi terbaik saat itu.

    Kelima kondisi tersebut dapat dengan mudah dilakukan jika enam langkah berikut dilakukan :
    1. Mengerjakan tugas
    2. Menginvestigasi topik
    3. Menganalisa itee
    4. Mempelajari situasi
    5. Faktor dari luar
    6. Menetapkan tujuan

    Seleksi Pemilihan Strategi Persuasif

    Terdapat beberapa teori yang dapat digunakan sebagai strategi dalam melaksanakan wawancara persuasif.

    Teori identifikasi
    Burke menyatakan bahwa cara untuk melakukan persuasi adalah dengan mengidentifikasi itee dimana iter perlu membangun kesamaan dengan itee. Dengan cara :
    • Iter mengasosiasikan dirinya dengan kelompok dimana iter dan itee berada; 
    • Iter dapat mengidentifikasi atau menyamakan penampilan fisik; 
    • Melalui gaya bahasa yang sama, dengan jargon-jargon profesional tertentu dan istilah dalam kelompok tertentu; 
    • Iter memilih dan menunjukan nilai yang sama dengan itee; 
    • Menggunakan simbol visual yang sama dengan itee.

    Teori konsistensi / keseimbangan
    Teori konsistensi berlandaskan pada keyakinan bahwa manusia sedang berjuang untuk mencapai eksistensi yang harmonis dengan self dan akan mengalami ketidaknyamanan psikologis ketika aspek dari eksistensi tersebut tidak konsisten atau tidak seimbang.

    Teori inokulasi
    Teori inokulasi berdasarkan pada keyakinan bahwa lebih efektif untuk mencegah efek persuasi yang tidak diinginkan daripada berusaha menanggulangi efek buruk yang terjadi.

    Teori paksaan
    Iter dapat merubah pikiran, perasaan, dan tindakan itee dengan memaksanya untuk terlibat dalam aktivitas yang berlawanan dengan nilai-nilai, keyakinan, dan sikap itee yanag dimiliki.

    Teori reaksi psikologis
    Menurut teori reaksi psikologis, seseorang bereaksi secara negatif ketika merasa orang lain mengancam akan atau telah membatasi perilaku yang diinginkan.

    Struktur Wawancara

    1. Membuka wawancara
    Pembukaan wawancara dilakukan dengan cara yang menarik perhatian dan dapat memotivasi itee untuk berpartisipasi aktif. Pembukaan dimulai dengan salam hangat dan menyapa nama itee. Setelah itu memperkenalkan diri dan tujuan dari wawancara.

    2. Menciptakan kebutuhan atau keinginan
    • Memilih dan mengambangkan poin utama
    • Mengembangkan alasan ke dalam pola-pola yang disetujui
    • Menyesuaikan dengan itee
    • Menyampaikan pertanyaan

    Kriteria dan Solusi

    Menetapkan Kriteria
    Menetapkan kriteria dengan itee dilakukan untuk mengevaluasi semua kemungkinan solusi untuk kebutuhan atau keinginan yang telah iter tetapkan. Membangun sekelompok kriteria dengan itee melibatkan itee dalam proses dan menunjukan bahwa iter berusaha menyesuaikan dengan keinginan, kebutuhan, dan kemampuan itee.

    Menawarkan solusi
    Setelah kebutuhan telah ditentukan dan kriteria telah disetujui, iter perlu untuk mempresestasikan solusi secara detail.
    1. Rincian dan evaluasi
    2. Menangani keberatan itee 

    Pelaksanaan Wawancara

    Menutup wawancara

    Terdapat tiga tahap dalam menutup sebuah wawancara:
    1. Percobaan penutupan
    2. Kontrak atau persetujuan
    3. Perpisahan

    JADILAH PARTISIPAN YANG BERTANGGUNGJAWAB

    Wawancara persuasif adalah sebuah kegiatan timbal-balik, kedua pihak berbagi tanggung jawab secara etis, dengan begitu diharapkan Ite dapat menunjukkan :

    Bersikap Jujur

    Kebanyakan dari kita berasumsi bahwa kita pada dasarnya jujur dalam urusan dengan orang lain tapi mengakui juga bahwa kita memberitahu “sedikit kebohongan demi kebaikan” dari waktu ke waktu, terutamaketika kita tidak berinisiatif untuk melakukan proses persuasi. Kita memberitahu seorang telemarketer bahwa pasangan kita tidak ada dirumah padahal ia duduk di samping kita, memberitahu sales bahwa kita hanya melihat-lihat saja ketika sedang berbelanja, dan memberitahu seorang penelepon dari sebuah kegiatan amal bahwa kita “telah memberikan amal di kantor”.

    Apakah benar adalah suatu kebohongan untuk berpura-pura menjadi pelanggan atau klien untuk mendapatkan informasi bagi proyek tertentu, mendapatkan kesempatan berkendara secara gratis dalam mobil sport mewah, atau mendapatkan sampel gratis dari sebuah produk? Hal tersebut memang biasa dilakukan dan persuader juga sudah menduga akan kemungkinan-kemungkinan ini,namun wawancra persuasif bisa menjadi produktif hanya jika kamu mau untuk saling bertukar informasi akurat, menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan penuh kejujuran, dan mengakui motif, kelemahan,kekurangan informasi, dan kekurangan pelatihannya. Cobalah tanyakan pada diri sendiri : “Bagaimana perasaan saya terhadap diri saya sendiri setelah tindakan komunikatif ini? Bisakah saya membenarkan perbuatan saya secara luas jika saya disuruh untuk melakukannya?

    Bersikap Adil

    Jika kita mengikuti peraturan utama “perlakukanlah orang lain layaknya anda ingin diperlakukan oleh orang lain”, maka keadilan tidak akan menjadi masalah. Sebagai contoh, tanyakan pertanyaan yang adil dan jujur. Hindari penimbunan keluhan-keluhan dan keberatan-keberatan sampai akhir sebuah wawancara lalu mengeluarkan semuanya sekaligus pada persuader. Jangan mengambil pembicaraan yang tidak relevan, sepele,atau ide-ide yang sulit dicapai yang mengurangi kualitas wawancara dan merugikan yang lain. Perselisihan pendapat, bahkan yang sangat kuat dan emosional, biasa terjadi dalam wawancara persuasif, tapi hindari memanggil julukan dan taktik lain yang mungkin mempunyai dampak negatif tidak hanya pada interaksi saat ini tetapi juga hubungan jangka panjang dengan pihak terkait.

    Bersikap Skeptis

    Kita bertanggung jawab untuk keraguan yang beralasan mengenai tuntutan, desakan, dan janji-janji. Seringnya kita lebih tertarik dalamperbaikan instan, kesepakatan-kesepakatan bagus, barita-berita baik,dan sesuatu yang tidak ada gunanya dibandingkan menganalisa kebutuhan secara cermat mempertimbangkan solusi yang baik. Janganmudah tertipu. Seperti perumpaan, “apabila hal itu terdengar terlalu bagus untuk jadi kenyataan mungkin saja hal itu memang begituadanya”. Penipu ulung akan musnah jika kita semua menjadi consumerkritis. penipuan dapat berjalan karena kita pasrah, dan seringkali karenaketamakan semata. Kita merasa mendapatkan kesempatan sekaliseumur hidup dengan mendapatkan pekerjaan yan bagus di luar negeri,atau berinvestasi dalam sebuah perusahaan elektronik yang baruberkembang. Ingatlah gagasan etis “berhati-hatilah dalam membeli”karena anda lah pembelinya.

    Bersikap Bijaksana dan Mempertimbangkan sebelum Mengambil Keputusan

    Dengarkan, tanyakan, analisis, sintesiskan, lalu putuskan apakah ingin menerima atau menolak seseorang, sebuah ide, atau permintaan. Ajukan kritik atau keberatan dan mintalah respon yang didasari oleh bukti yang kuat. Penelitian mengindikasikan bahwa interviewee seringnya lebih tertarik pada penampilan dari pada isi. Misalnya, jika kita menyukai pewawancara (seringkali karena penampilan dan pakaian), kita cenderung berpikir bahwa permintaannya logis dan bisa diterima. Jika sebuah pernyataan terlihat sejalan dengan nilai-nilai, keyakinan, dan sikap kita, Kita bisa saja menerimanya tanpa memperhatikan bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Sebuah unsur terpenting dari komunikasi yang bertanggung jawab, bagi si pengirim dan penerima informasi, adalah sebuah latihan untuk mempertimbangkan dengan masak dan mengambil keputusan.

    Bersikap Terbuka

    Membuka pikiran tidak berarti bahwa kita tidak mempunyai keyakinan kuat atau komitmen. itu berarti bahwa kita tidak harus langsung menerima asumsi persuader tertentu (karena profesi, agama, ras, usia, jenis kelamin, atau budaya) tidak dapat dipercaya atau tidak kompeten, begitu juga kita jangan langsung menolak saran-saran tentang sesuatu yang dapat dipertimbangkan dari segi kemanfaatannya dari tujuan interview, serta dapat menerima perbedaan pendapat orang lain.

    Bersikaplah Responsif

    Tunjukkanlah respon verbal maupun non verbal secara menyeluruh seperlunya selama proses interview, sebagai tanda bahwa kita mengetahui dan mengerti kebutuhan, keterbatasan dan persepsi kita tentang topik yang sedang dibicarakan. Persuasi dapat dilihat sebagai trnsaksi antara Iter dan Itee untuk memikul tanggung jawab bersama dengan berpartisipasi aktif dalam proses tersebut.


    Posting Komentar untuk "Pengertian Wawancara Persuasif Menurut Para Ahli"