Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perkembangan Moral dan Psikososial dalam Psikologi Pendidikan

Perkembangan Moral dan Psikososial dalam Psikologi Pendidikan - Salah satu teori tentang perkembangan moral diajukan oleh Lawrence Kohlberg yang menekankan pada penalaran dalam perkembangan moral (moreal reasoning) yang berkembang dalam tahapan-tahapan.

Dalam perkembangan moral, Kohlberg juga menekankan pada internalisasi, yaitu perubahan perkembangan dari perilaku yang dikontrol secara eksternal ke perilaku yang dikontrol secara internal. Berikut tahap-tahap perkembangan moral menurut Kohlberg seperti tercantum dalam Santrock (2007):

1. Preconventional Reasoning
Pada level ini, anak tidak menunjukkan internalisasi nilai-nilai moral. Penalaran moral dikontrol oleh hukuman dan ganjaran (reward) eksternal.

2. Conventional Reasoning
Pada level ini, anak patuh secara internal pada standar tertentu tetapi pada dasarnya standar itu ditetapkan oleh orang lain seperti orang tua atau aturan sosial. Pada level ini, internalisasi berlangsung secara setengah-setengah (intermediate)

3. Postconventional Reasoning
Pada level ini moralitas telah sepenuhnya diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar eksternal. Anak mengetahui aturan-aturan moral alternatif, mengeksplorasi pilihan-pilihan dan memutuskan sendiri apa yang terbaik secara moral bagi dirinya.

Kohlberg percaya bahwa anak mengkonstruksikan pemikiran moral pada saat melewati tahap-tahap tersebut dan bukan secara pasif menerima norma moralitas kultural. Kohlberg juga berpendapat bahwa hubungan antar kawan seusia (peer) akan memajukan penalaran moral karena dalam hubungan seperti ini anak berkesempatan melakukan peran yang berbeda.

LEVEL 1 Prakonvensional Tidak ada internalisasi LEVEL 2
Konvensional
Internalisasi pertengahan
LEVEL 2
Konvensional
Internalisasi pertengahan
Tahap 1: Heteronomous morality

Tahap 2: Individualisme, tujuan dan pertukaran
Tahap 3: Ekspetasi interpersonal mutual, hubungan dan konformitas interpersonal

Tahap 4: Moralitas sistem sosial
Tahap 5: Kontrak sosial/ utilitas dan hak individu

Tahap 6: Prinsip etika universal
Tahap 1: Anak patuh karena orang dewasa menyuruh mereka untuk patuh. Orang mendasarkan pada keputusan moralnya karena takut hukuman.

Tahap 2: Individu mengejar kepentingannya sendiri, tetapi membiarkan orang lain melakukan hal yang sama. Apa yang benar melibatkan pertukaran yang seimbang.
Tahap 3: Individu menggunakan rasa percaya, perhatian, dan loyalitas kepada orang lain sebagai basis untuk penilaian moral.

Tahap 4: Penilaian moral didasarkan pada pemahaman dan aturan sosial, hukum, keadilan dan kewajiban.
Tahap 5: Individu memahami bahwa nilai, hak, dan prinsip mendasari atau mengatasi hukum.

Tahap 6: Orang telah mengembangkan penilaian moral berdasarkan hak asasi manusia yang universal ketika berhadapan dengan dilema antara hukum dan kesadaran, yang akan diikuti adalah kesadaran individual seseorang

Perkembangan Moral Piaget

Tokoh lain yang mengemukakan teori perkembangan moralnya adalah Piaget. Teori ini didasarkannya pada teori perkembangan kognitif yang dikemukakannya terdahulu.

Tahap Heteronomous Tahap Otonomous
Penalaran model didasarkan pada hubungan keterpaksaan Penalaran moral didasarkan pada hubungan kerjasama, pengakuan bersama antar kesamaan individu dan setiap individu dianggap sama
Penalaran moral didasarkan pada realisme moral. Aturan dianggap sebagai sesuatu yang kaku, berasal dari luar dirinya dan dipegang oleh orang yang berkuasa, tidak terbuka untuk bernegosiasi, kebenaran berkaitan dengan ketaatan pada orang dewasa dan aturan. Penalaran moral direfleksikan pada sikap moral yang rasional. Aturan dianggap sebagai produk dari kesepakatan bersama, terbuka untuk negosiasi ulang, dilegitimasi oleh setiap orang, kebenaran berkaitan dengan kegiatan yang sesuai dengan persyaratan kerjasama dan saling menghormati
Kejahatan dinilai dari konsekuensi atas tindakan, keadilan disamakan dengan isi keputusan orang dwasa, kesewenag-wenangan dan hukuman dipandang sebagai keadilan. Hukuman dipandang sebagai konsekuensi dari pertahanan Kejahatan dipandang sebatas perilaku yang bersikap relatif, keadilan diperlakukan secara sama atau memperhitungkan kebutuhan individu. Kewajaran hukuman dimaknai melalui kelayakan terhadap pertahanan.

Perkembangan Moral dan Psikososial dalam Psikologi Pendidikan_
image source: education.arts.unsw.edu.au
baca juga: Perkembangan Kognitif dan Bahasa dalam Psikologi Pendidikan

Perkembangan Psikososial

Pakar psikologi yang mengembangkan teori perkembangan personal dan sosial salah satunya adalah Erik Erikson. Ia mengembangkan teori perkembangan psikososialnya dengan mendasarkan salahsatunya pada teori psikoanalisa yang dikemukakan Freud.

Erikson mengemukakan bahwa individu dalam setiap tahapan perkembangannya akan mengalami sejumlah konflik berupa tugas pertumbuhan. Konflik-konflik tersebut harus diselesaikan sehingga tidak mengganggu dalam tingkatan perkembangan selanjutnya. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi. Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka.

Tahapan perkembangannya yaitu :


Trust VS Mistrust
Adalah suatu tahap psikososial pertama yang dialami dalam tahun pertama kehidupan. Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekuatiran akan masa depan. Kepercayaan pada masa bayi menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan menyenangkan.

Autonomy VS Shame And Doubt
Adalah tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada masa bayi dan baru mulai berjalan (1-3 tahun). Setelah memperoleh rasa percaya kepada pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah atas kehendaknya. Mereka menyadari kemauan mereka dengan rasa mandiri dan otonomi mereka. Bila bayi cenderung dibatasi maka mereka akan cenderung mengembangkan rasa malu dan keragu-raguan.

Initiative Versus Guilt
Merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk dunia sekolah mereka lebih tertantang dibanding ketika masih bayi. Anak-anak diharapkan aktif untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas perilaku mereka, mainan mereka, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa. Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat mereka sangat cemas.

Industry Vs Inferiority
Berlangsung selama tahun-tahun sekolah dasar. Tidak ada masalah lain yang lebih antusias dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif.

Identity Vs Identity Confusion
Adalah tahap kelima yang dialami individu selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini mereka dihadapkan oleh pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan ke mana mereka akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran. Penjajakan karir merupakan hal penting. Orangtua harus mengijinkan anak remaja menjajaki banyak peran dan berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orangtua menolak identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak dijelaskan tentang jalan masa depan yang positif maka ia akan mengalami kebingungan identitas.

Intimacy VS Isolation
Tahap keenam yang dialami pada masa-masa awal dewasa. Pada masa ini individu dihadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Saat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang intim dengan orang lain, keintiman akan dicapai, kalau tidak, isolasi akan terjadi.

Generality VS Stagnation
Tahap ketujuh perkembangan yang dialami pada masa pertengahan dewasa. Persoalan utama adalah membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna (generality). Perasaan belum melakukan sesuatu untuk menolong generasi berikutnya adalah stagnation

Integrity VS Despair
Tahap kedelapan yang dialami pada masa dewasa akhir. Pada tahun terakhir kehidupan, kita menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama hidup. Jika ia telah melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan lalu maka integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia menganggap selama kehidupan lalu dengan cara negatif maka akan cenderung merasa bersalah dan kecewa.

Stage Usia Konflik Dasar Kejadian Penting
Oral Sensory 0-18 bulan Trust VS Mistrust Menyusui
Muscular Anal 18 bulan – 3 th Autonomy VS Shame and Doubt Toilet Training
Locomotor 3-6 th Initiative VS Guilt Kemandirian
Latency 6-12 th Industry VS Inferiority Sekolah
Adolescence 12-19 th Identity Difusion VS Identity Confusion Pembentukan identitas, perkembangan remaja
Adolescence 19-40 th Intimacy VS Isolation Menjalin hubungan romantis dan membentuk keluarga
Middle Adulthood 40-60 th Generativity VS Stagnation Kontribusi pada lingkungan sosial dan pengarahan pada generasi selanjutnya (pengasuhan pada anak)
Retirement Years 60th-.... Integrity VS Despair Refleksi terhadap kehidupan dan berbagai tugas perkembangan yang telah dilalui


Sekian artikel tentang Perkembangan Moral dan Psikososial dalam Psikologi Pendidikan.

Posting Komentar untuk "Perkembangan Moral dan Psikososial dalam Psikologi Pendidikan"