Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Macam-Macam Teknik Metode Pengukuran dalam Psikologi

Macam-Macam Teknik Metode Pengukuran dalam Psikologi - Ragam pengukuran dalam metode proyeksi menjadi dasar salah satu pengetahuan dan keterampilan dalam pengukuran psikologi. Melalui artikel ini diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kembali teori dan pemahaman mengenai konsep ragam metode pengukuran psikologi.

TEKNIK PROYEKTIF DALAM TES PSIKOLOGI

Teknik proyektif dalam pengetesan psikologi memiliki berbagai bentuk dan cara administrasi. Namun setelah dilaksanakan pengujian atribut psikologi seperti reliabilitas, validitas, mayoritas teknik proyektif tidak menampilkan hasil cenderung kurang baik. Pada bagian berikutnya akan dijelaskan darimana teknik proyektif muncul, pentingnya teknik proyektif pada pengetesan psikologi.

Macam-Macam Teknik Metode Pengukuran dalam Psikologi_
image source: rinf.com

baca juga: Teori Psikoanalisa, Kepribadian, dan Pengukuran Kepribadian


Dasar Teknik Proyektif

Teknik proyektif dalam pengetesan psikologi, disebut juga tes proyeksi merupakan tes psikologi dengan tugas tidak terstruktur. Berbeda dengan alat tes psikologi lainnya, tes proyeksi merupakan tes berisi instruksi sederhana untuk merespon stimulus yang cenderung ambigu. Teknik proyektif pada awalnya ditujukan untuk mengungkap lebih mendalam aspek fundamental psikologi individu melalui stimulus ambigu. Teknik proyektif lebih lanjut akan mengungkap hal-hal seperti karakter, pemikiran, proses, kebutuhan, kecemasan, dan konflik.

Secara tipikal, instrumen proyektif dalam pengetesan psikologi juga merepresentasikan sebuah kamuflase dalam prosedur pengetesan. Sejauh ini tester jarang memperhatikan interpretasi psikologis yang ada pada responden. Teknik proyektif lebih condong untuk penggunaan untuk pengetesan kepribadian. Kepribadian dalam psikologi melalui teknik proyektif tidak akan dilihat secara faktor terpisah melainkan secara komposit.

Teknik proyektif pada dasarnya berasal dari ranah klinis. Teknik proyektif juga dikembangkan dari pelaksanaan prosedur terapeutik (seperti terapi seni) pada pasien-pasien psikiatri. Teknik proyektif dalam kacamata teoritis lebih merefleksikan pengaruh dari konsep psikoanalisa tradisional dan modern.

Inkblot Techniques

Teknik proyektif yang populer salah satunya dikembangkan oleh psikater berkebangsaan Swiss bernama Hermann Rorscharch pada tahun 1921 yang disebut sebagai Rorscharch inkblots. Meskipun sudah pernah hadir sebuah tes inkblot yang terstandarisasi. Rorscharch adalah yang pertama menggunakan teknik ini untuk melakukan diagnosa investigasi kepribadian secara komposit/keseluruhan. Pengembangan alat tes ini selanjutnya dilakukan eksperimen oleh Rorscharch sendiri dengan jumlah inkblots yang lebih banyak, yang diadministrasikan ke beragam grup psikiatri. Sebagai hasil dari observasi klinis, ragam respon yang dihasilkan dikelompokkan menjadi sebuah sistem skoring. Prosedur skoring kemudian ditambah dengan pengetesan tambahan bagi responden yang abnormal dan normal.

Dalam proses pengembangan tes ini, Rorscharch meninggal tiba-tiba tahun 1922. Para koleganya tetap melanjutkan pengembangan. Sempat dalam pengembangannya terdapat beberapa versi Rorscharch namun pada tahun 1960an kembali ke asal tes ini yaitu terdiri tes yang dilaksanakan lewat 10 kartu stimulus asli dan panduan postulat interpretasi Rorscharch.

Kartu stimulus Rorscharch terdiri dari lima kartu stimulus yang dicetak warna hitam atau abu-abu, dua kartu selanjutnya dicetak warna merah, dan sisanya adalah warna pastel. Testee akan ditunjukkan kartu ini saat pengetesan dan menjawab apa yang ia lihat dalam kartu ini. Lebih lanjut, selagi testee menjawab, verbatim tetap dijalankan, serta reaksi pasca menerima kartu stimulus, durasi, spontaneous remarks, ekspresi emosi, dan perilaku insidental lainnya. Tester wajib bertanya kepada testee dalam konteks menggali lebih dalam serta melakukan klarifikasi berdasarkan jawaban awal responden.

Pengembangan sempat terjadi perbedaan pada teknik Inkblot, perbedaan tersebut terletak kepada :

  • Lokasi : merujuk pada bagian noda tinta yang dengannya responden mengasosiasikan tiap respon. Apakah responden menggunakan seluruh bagian stimulus pad akartu stimulus atau hanya bagian-bagian tertentu.
  • Determinan respons : mencakup bentuk, warna, bayangan, dan gerakan yang dipersepsikan oleh responden saat menerima kartu stimulus.
  • Kualitas bentuk : merujuk pada ketepatan respon


Dalam sistem skoring inkblot Rorscharch, walaupun sempat terjadi perbedaan sistem namun tetap mengacu pada satu poin. Poin tersebut adalah respon-respon yang sudah diklasifikasikan sebagai respon persepsi mengenai tubuh manusia, bagian tubuh manusia, bentuk hewan, bagian tubuh hewan. Kategori penentuan skor lainnya juga mencakup respon persepsi mengenai objek seni, tanaman, peta, awan, darah, sinar X, pakaian, objek seksual, pemandangan.

Analisis mendalam atas respon dari tes inkblot Rorscharch umumnya didasarkan frekuensi relatif tiap-tiap respon dalam berbagai kategori dan juga nisbah tertentu seta antarhubungan di antara kategori yang berbeda. Dalam administrasi Rorscharch sesungguhnya, informasi berupa biodata, wawancara, catatan riwayat kasus juga digunakan sebagai kelengkapan pemeriksaan.

Exner Comprehension System

Tahun 1960 saat sistem skoring Rorscharch diragukan secara atribut psikometri karena tidak memiliki struktur yang baik. John E. Exner Jr. Bersama Samuel Beck dan Bruno Klopter – dua pembuat standar skor Rorscharch dengan variasi paling berbeda diantara lain sepakat membuat satu standar skoring untuk tes inkblot Rorscharch. Melalui investigasi klinis dan literatur secara mendalam, Exner bertujuan menyaring semua cara skoring menjadi sebuah standar baku skoring tes Rorscharch. Exner lebih lanjut membuat susunan skoring terstandarisasi sebagai berikut :

Exner mengembangkan sebuah sistem komprehensif hasil paduan lima pendekatan dasar Rorscharch. Pada sistem ini Exner menyediakan administrasi terstandarisasi, penentuan skor, prosedur interpretatif yang diseleksi atas dasar perbandingan empiris di antara berbagai praktik. Penekanannya lebih kepada variabel struktural daripada variabel isi. Sesungguhnya menurut Exner objek respons penentuan skor adalah asal mula dari rangkuman struktural yanga da pada inti sistem serta memberikn dasar bagi kebanyakan dalil interpretif. Tiap respon dikodifikasikan pada beberapa kategor penentuan skor yang bebreda, mencakup antara lain lokai, determinan, kualitas bentuk, isi, aktivitas organisasional dan popularitas. Respons-respons berkode ini didaftar dan frekuensi kode dihitung; unsur-unsur ini kemudian digunakan dalam penghitungan nisbah, persentase, dan indeks yang melengkapi rangkuman struktural. Berdasarkan seluruh catatan Rorscharch, pernyataan interpretatif bisa berasal, dari variabel-variabel pada berbagai tingkat kompleksitas. Sejumlah hipotesis dihubungkan dengan frekuensi sederhana, seperti lingkup penggunaan atau determinan tunggal (misalnya pembentukan bayangan); yang lain didasarkan pada munculnya dua variabel atau lebih secara bersama-sama, misalnya jumlah isi manusia dan isi hewan. Tingkat analisis yang paling kompleks adalah konstelasi dari berbagai variabel dan skor potong yang dihasilkan secara empiris. Variabel ini dikelompokkan ke dalam indeks-indeks (misalnya, Indeks Skizozfrenia, Indeks Depresi, Indeks mengatasi kekurangan) yang agaknya mencerminkan kemungkinan adanya gangguan atau kondisi tertentu.

Dengan menggunakan sistem seragama ini yang berkembang dan disempurnakan selama dua dasawarsa terakhir, Exner dan rekan-rekan telah mengumpulkan banyak data psikometris, termasuk norma pada orang dewasa, anak-anak, dan remaja serta berbagai sampel rujukan psikiatris. Studi tentang reliabilitas tes ulang selama beberapa interval waktu, berkisar dari beberapa hari sampai tiga tahun menunjukkan stabilitas temporal yang cukup kuat bagi kebanyakan variabel yang diskor. Penggambaran hati-hati tentang garis besar penentuan skor untuk sistem komprehensif telah memungkinkan para penguji yang terlatih untuk mendapatkan angka kesepakatan antarskor yang lumayan tinggi. Sesungguhnya, salah satu sumbangan utama karya Exner adalah diadakannya sistem Rorscharch seragam yang memungkinkan perbandingan diantara temuan-temuan riset dari berbagai peneliti. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bahwa Sistem Komprehensif menjadi pendekatan yang paling kerap digunakan dan diajarkan untuk menentukan skor serta menginterpretasikan tes Rorscharch dan terbukti bermakna dalam meningkatkan kekuatan statistik riset Rorscharch.

Peningkatan metodologis dalam sistem Exner pada tes Rorscharch tetap membutuhkan pengembangan. Alat tes Rorscharch masih dipertanyakan mengenai validitasnya. Temuan-temuan mengenai atribut psikometri te Rorscharch cenderung kontradiktif. Pengembangan skoring tes Rorscharch yang dilakukan oleh Exner sendiri cenderung kabur dan kontradiktif. Hal ini rupanya disebabkan ukuran sampel yang kecil, jumlah variabel yang luas, kurangnya studi validasi siilang.

Pendekatan Alternatif

Penelitian yang dilakukan oleh Exner rupanya merupakan pemicu bagi peneliti lain untuk menggarap tes Rorscharch lebih mendalam. Seperti yang dilakukan oleh Aronow dan rekan-rekan (Aronow dan Reznikoff, 1976, 1983; Aronow et. al., 1994, 1995). Pendekatan milik Aronow ini melihat tes Rorscharch pada dasarnya adalah wawancara klinis terstandarisasi dengan cara mencatat respon perseptual testee. Pendekatan alternatif ini lebih menekankan pada interpretasi dari respon daripada konsep skoring normatif umumnya. Hal ini kemudian menjadi sebuah kelemahan pendekatan alternatif karena kurangnya perhatian terhadap cara skoring berdasar tata aturan psikometri umum. Namun, para ahli dalam pendekatan alternatif memiliki sebuah pemahaman tersendiri. Berdasar hasil data penggunaan tes Rorscharch pada psikolog klinis, bahwa tes ini lebih digunakan sebagai referensi psikoterapi. Lantas sebagai referensi psikoterapi, para ahli pendekatan alternatif seperti Aronow dan rekan-rekan membuat sebuah standar pedoman untuk interpretasi. Lebih lanjut Aronow berpendapat fokus skoring tes Rorscharch lebih kepada respon-respon yang kurang familiar, menyimpang, keluar dari kelaziman dan respon yang kurang dekat pada ciri-ciri stimulus noda tinta tertentu lebih memiliki kemungkinan untuk dilakukan analisa mendalam pada kasus individu.

Pendekatan lain juga dikembangkan oleh Lexner (1989) ia memandang tes Rorscharch adalah sebagai instrumen untuk menilai aspek internal individu. Teks Lerener menyediakan pedoman penggunaan tes Rorscharch untuk ranah klinis dan aplikasi penelitiannya sebagai pengukuran atas representasi objek, manuver mekanisme pertahanan diri, konsep-konsep lain yang penting bagi teori psikodinamik modern.

Alat tes Rorscharch juga digunakan dalam konteks klinis khusus. Tes ini diadministrasikan pada pasangan yang sudah menikah atau sebuah keluarga, sebuah geng remaja, tim kerja, atau kelompok alamiah lainnya. Para responden harus sepakat apa saja objek yang muncul berdasarkan kartu stimulus yang ditampilkan didepan mereka. Teknik ini cukup sukses sebagai dasar untuk meneliti hubungan-hubungan antarpribadi dan berbagai jenis perilaku sosial.

Tes Rorscharch dideskripsikan secara akurat sebagai tes yang berkali-kali hidup lebih lama dari obituarinya. Seperti tes psikologi yang sering digunakan, tes ini seringkali disalahgunakan, atau menyimpang dari tujuan utamanya. Namun didorong dasar untuk pemantapan teori dari tes Rorscharch, banyak penelitian dan pengembangan dilakukan. Keunggulan tes Rorscharch sebagai tes adalah mampu memiliki nilai khusus dalam mempelajari aspek perseptual, kognitif, dan afektif dari fungsi kepribadian.

Teknik Noda Tinta Holtzman / Holtzman Inkblot

Wayne H. Holtzman menyadari banyak kekurangan teknis dari tes Rorscharch asli disebabkan kematian pembuat alat tes sebelum berhasil mengembangkan alat tes tersebut. Holtzman lebih lanjut mengembangkan sendiri teknik inkblot yang tidak berpatok ukur pada tes Rorscharch. Teknik inkblot milik Holtzman terdiri dari 45 kartu yang masing-masing paralel, inkblot dipilih dari pool pendahuluan yang besar atas dasar kriteria empiris ditujukan pada maximisasi efektifitasnya. Hanya satu respon per kartu yang diperoleh, baik kartu akromatik, atau kartu berwarna yang dimasukkan dalam rangkaian tersebut.

Administrasi dan penentuan skor dari teknik inkblot Holtzman cukup terstandarisasi dengan baik dan dideskripsikann dengan jelas dari awal. Skor-skor diperoleh dari 22 variabel respons, termasuk banyak yang paralel dengan tes Rorscharch. Juga terdapat variabel tambahan seperti kecemasan dan permusuhan. Skor-skor persentil tersedia bagi sampel-sampel normal dari anak-anak sampai dewasa juga individu dengan kecenderungan menyimpang. Reliabilitas pada HIT (Holtzman Inkblot Technique) menggunakan split half method, paralel form, test-retest menghasilkan kesimpulan yang melegakan.

Penelitian validitas pada HIT menghasilkan temuan memuaskan. Penelitian validasi yang mengikuti berbagai pendekatan termasuk studi tentang kecenderungan perkembangan, perbandingan lintas budaya, korelasi-korelasi dengan tes-tes lain, dan dengan indikator perilaku ciri-ciri kepribadian, serta perbandingan kelompok antara normal atau pasien psikiatris. Tampak bahwa HIT memiliki keuntungan psikometris terhadap Rorscharch. Adanya bentuk paralel dari HIT memungkinkan pengujian secara berulang tetapi juga studi tindak lanjut yang memadai. Pembatasan respon per kartu memungkinkan produktivitas respons konstan bagi tiap responden dan menghindari banyak kekurangan dari penentuan skor Rorscharch.

Thematic Apperception Test

TAT menyajikan stimuli yang lebih terstruktur dan meminta respon verbal lebih kompleks, dan terorganisasi secara bermakna. Interpretasi didasarkan analisa isi yang sifatnya agak kualitatif. Thematic Apperception Test dikembangkan oleh Henry Murray dan stafnya di Harvard Psychological Clinic, belum digunakan secara luas dalam praktik dan penelitian klinis tapi telah berfungsi sebagai pengembangan banyak instrumen lainnya.

Materi TAT terdiri dari 19 kartu yang memuat gambar-gambar ambigu dicetak dalam warna hitam putih dan satu kartu kosong. Responden diminta untuk mengarang cerita yang sesuai pada gambar. Dalam hal kartu kosong, responden diminta untuk membayangkan gambar tertentu, mendeskripsikan lalu menceritakannya. Prosedur asli membutuhkan dua sesi dalam satu jam, 10 kartu digunakan per satu sesi. Untuk sesi kedua, disajikan kartu yang tidak lazim, dramatis, aneh, serta instruksi yang menyertainya mendorong responden bebas untuk berimajinasi. Empat rangkaian dari 20 kartu yang tumpang tindih disediakan untuk anak laki-laki, perempuan, pria berusia diatas 14 tahun, wanita diatas 14 tahun.

Metode interpretasi asli cerita TAT, tester akan menentukan siapa tokoh utamanya, karakter dari jenis kelamin manapun yang mampu mengidentifikasi karakter/pribadi testee. Isi cerita kemudian dianalisa berdasar daftar "need" dan "drive" menurut tipologi Murray. Daftar "needs" tersebut memiliki kaitan dengan "needs" dalam tes Edwards Personal Preference Schedule. Dalam menilai intensitas, kekuatan kebutuhan tersebut serta pengaruhnya terhadap kepribadian seseorang diperlukan secara khusus perhatian pada intensitas, durasi, frekuensi munculnya hal tersebut dalam berbagai cerita yang berbeda, serta keunikan asosiasi dari respon testee dengan gambar tertentu. Keunikan tersebut akan memiliki kemungkinan untuk menjadi berarti bagi individu.

Cukup banyak informasi normatif telah diterbitkan untuk kebutuhan interpretasi TAT meliputi cara tiap kartu dipersepsi, tema yang dikembangkan, peran yang diberikan pada karakter, nada emosional yang diungkapkan kecepatan respons, panjang cerita dan sebagainya. Namun informasi ini menurut kebanyakan ahli klinis lebih senang bersandar pada norma subjektif yang didasari pengalaman mereka. Sehingga skor-skor kuantitatif yang sebenarnya perlu pengembangan cenderung diabaikan, karena dalam konteks klinis hal tersebut tidak diperlukan.

TAT telah digunakan secara luas dalam penelitian kepribadian. Variasi administrasi, penentuan skor, telah berkembang ke penggunaan tes dan praktik klinis. Keanekaragaman ini menghambat pengembangan secara psikometris sebagai tes psikologi tersendiri

Meskipun begitu, nilai teknik apersepi tematik, pada umumnya, dan pada TAT tidak dipertanyakan. Penelitian belakangan ini memperkuat manfaat dari berbagai versi TAT dan penggunaannya dalam lingkup psikopatologi, mekanisme pertahanan diri, atau evaluasi atas keterampilan pemecahan masalah.

Adaptasi TAT

Adaptasi TAT untuk maksud tertentu dikembangkan oleh para ahli. Sejauh ini tidak ada perbedaan yang cukup mencolok antara versi pengembangan dan versi asli. Adaptasi TAT lebih lanjut disesuaikan dengan konteks penelitian seperti versi TAT yang digunakan dalam survei atas sikap buruh, kelompok minoritas, otoritas, dan sebagainya (D.T. Campbell, 1950; R. Harrison, 1965). Adaptasi lain dikembangkan digunakan dalam konseling karier, penilaian eksekutif, dan sebagainya. Berbagai form telah disusun untuk populasi khusus seperti anak prasekolah, sekolah dasar, anak-anak dengan disabilitas fisik/mental, remaja, kelompok etnis.

Sejumlah adaptasi tes TAT telah memfokuskan pada pengukuran intensif atas needs atau drive tunggal seperti dorongan seks atau agresi. Paling menarik adalah penggunaan TAT dalam penelitian tentang kebutuhan berprestasi atau need of achievement yang dilakukan McClelland, Atkinson, dan rekan-rekan. Empat gambar, dua diantaranya diambil dari TAT, respon yang dicatat akan dihubungkan dengan tingkat kebutuhan berprestasi individu.

Sistem penentuan skor yang digunakan telah disiapkan Charles Smith bekerja sama dengan John W. Atkinson, David C. McClelland, dan Joseph Veroff. Sistem penentuan skor sudah dibuat berdasarkan tradisi penelitian yang sudah ada seperti prestasi, afiliasi, motivasi kekuasaan, serta banyak lainnya yang berhubungan dengan topi seperti ideologi politik dan kemampuan mengatasi permasalahan.

TAT untuk anak-anak disebut Children Apperception Test secara khusus dirancang untuk anak-anak usia 3-10 tahun. Kartu yang dibuat untuk CAT mengganti stimulus manusia dengan hewan. Asumsi yang mendasari adalah anak-anak lebih mudah memahami proyeksi melalui figur hewan. Figur hewan di CAT juga dibuat menampilkan sebuah kondisi situasi yang khas manusia. Gambar pada CAT diharapkan memunculkan stimulus fantasi berhubungan dengan aktifitas makan, oral, persaingan sesama saudara, hubungan orang tua-anak, agresi, latihan buang air besar dan kecil. CAT-H digunakan untuk usia 10 tahun keatas.

Roberts Apperception Tes for Children lebih dekat memenuhi standar psikometris untuk penyusunan tes dan evaluasi daripada teknik lain jenis apperception tests. RATC berisi seri 16 kartu stimulus yang paralel, satu untuk anak laki-laki dan satu untuk anak perempuan. Cerita hasil pengetesan diskor pada rangkaian skala yang mencakup jenis masalah antar pribadi yang sudah anak-anak alami dan hubungan interpersonal dengan orang dewasa. Norma skoring didasarkan dari 200 anak yang memiliki penyesuaian diri baik.

TEMAS

TEMAS berasal dari bahasa Spanyol yang artinya tema, namun juga singkatan Tell-Me-A-Story yang dirancang secara khusus untuk penaksiran atas ciri-ciri kognitif, afektif, dan kepribadian anak-anak dari usia 5 sampai 18 tahun. Menggunakan dua seri kartu stimulus yang paralel dengan warna lengkap, satu untuk anak-anak minoritas etnik dan satu untuk anak berkulit putih. Materi TEMAS dikembangkan secara teliti untuk memudahkan produksi verbal serta menstimulasi cerita-cerita. Meskipun dipuji sebagai perbaikan dari TAT, sayangnya atribut psikometris seperti reliabilitas test-retests dan konsistensi internal masih dipertanyakan.

Tes apersepsi tematik juga sudah dikembangkan untuk orang lanjut usia seperti Gerontological Apperception Test dan Senior Apperception Test. Keduanya menggunakan rangkaian kartu yang menampilkan seorang atau lebih sebagai individu lanjut usia dan mengilustrasikan dinamika perkembangan lanjut usia. Instrumen ini dikritik karena terlalu cepat dilansir dan memberi stereotipe terhadap masa lanjut usia. Instrumen ini tidak lebih baik daripada TAT dalam administrasi tes terhadap orang-orang lanjut usia.

Roszenweig Picture Frustration Study

Rosenzweig Picture Frustration Study lebih dibatasi dalam cakupan, dan meminta respon yang lebih sederhana. Tersedia dalam beberapa bentuk unduk orang dewasa, usia 14 tahun ke atas, remaja usia 12 hingga 18 tahun, anak-anak berusia 4-13 tahun. Berasal dari teori frustrasi Rosenzweig menyajikan rangkaian kartu dengan stimulus menghasilkan respon frustrasi. Respons pada P-F Study diklasidikasikan menurut tipe dan arah agresi. Tipe agresi meliputi dominasi-hambatan, objek pemicu frustrasi, rumusan dan perhatian pada perlindungan orang yang frustrasi, pemecahan masalah secara konstruktif. Arah agresi diskor sebagai ekstragresif atau berpaling ke luar pada lingkungan, intragresif atau berpaling kedalam diri sendiri, atau immagresif-padam sebagai usaha untuk menyembunyikan atau menghindari situasi.

Karena cakupan lebih terbatas, jauh lebih terstruktur, dan relatif objektif. Prosedur penentuan skor P-F lebih mudah didekati oleh analisa statistik daripada kebanyakan teknik proyektif lainnya.

Teknik Proyektif Verbal

Teknik proyektif selama ini menggunakan respons verbal, namun stimulusnya non verbal. Teknik proyektif verbal merupakan teknik proyektif baik stimulus dan responnya menggunakan verbal sebagai medium komunikasi. Teknik proyektif verbal bisa digunakan atau diadministrasikan dalam bentuk lisan atau tertulis untuk tujuan pengetesan individual atau kelompok.

Teknik asosiasi kata adalah teknik pendahuluan dari teknik proyektif lebih dari setengah abad. Awalnya, tes yang disebut "tes asosiasi bebas" dideskripsikan secara sistematik oleh Galton. Wundt dan J. McK. Cattell selanjutnya memperkenalkan tes ini untuk berbagai penggunaan. Administrasi tes ini dengan menyajikan rangkaian kata yang satu sama lain tidak memiliki hubungan dan meminta individu untuk memberikan respons dengan mengucap kata pertama yang muncul dalam pemikiran mereka.

Psikiater seperti Kraepelin dan Jung sudah meneliti teknik ini. Terutama Jung yang mengembangkan teknik ini dengan memilih kata-kata stimulus untuk mewakili kompleks-kompleks emosional umum dan menganalisis respon dengan. Teknik verbal lainnya menggunakan cara menyelesaikan kalimat. Teknik ini sudah digunakan secara luas dalam praktik penelitian ataupun klinis. Kata-kata dalam kalimat pada teknik ini dipilih supaya memungkinkan variasi penyelesaian yang mungkin dan jumlahnya tidak terbatas. Keluwesan teknik penyelesaian kalimat ini merefleksikan salah satu keuntungan jika digunakan dalam konteks klinis dan riset.

Contoh lain adalah Rotter Incomplete Sentence Blank terdiri dari 40 kalimat. Administrasi berunyi sebagai berikut: "Lengkapilah kalimat-kalimat ini untuk mengungkapkan perasaan Anda yang sesungguhnya. Coba selesaikan satu demi satu. Pastikan Anda melengkapi kalimat itu.". Hasil jawaban diskor berdasarkan skala 7 poin. Jumlah nilai individual akan menampilkan sebuah skor total yang bisa digunakan untuk penyaringan. Buku manual RISB yang baru direvisi mencakup informasi normatif yang diperbarui dan tinjauan studi penelitian yang dilaksanakan sejak tahun 1950.jukan pada waktu reaksi, isi, dan asosiasi kata yang sama dikembangkan di Menninger Clinic oleh Rappaport dan rekan-rekannya. Tes ini akan mendeteksi kerusakan proses pikiran dan menunjukkan area konflik yang signifikan juga digunakan sebagai detektor kebohongan.

Tes asosiasi kata salah satunya adalah Kent dan Rosanoff yang dirancang sebagai instrumen penyaringan psikiatri. Kent-Rosanoff Free Association Test sepenuhnya menggunakan penentuan skor objektif. Kata stimulus berjumlah 100 diambil dari kata umum dan netral dipilih karena dianggap membangkitkan asosiasi yang sama dari orang pada umumnya. Akan tetapi penggunaan tes asosiasi kata ditolak seiring variasi respons dari tiap usia, tingkat sosial ekonomi, pendidikan, latar belakang regional, budaya, kreatifitas, dan faktor lainnya. Sebagai alat tes, tes Kent-Rosanoff tetap mempertahankan posisinya sebagai alat laboratorium standar dengan menambahkan norma-norma tambahan, yang penggunaannya saat ini lebih dicondongkan kepada penelitian perilaku verbal dan kepribadian.

Teknik Proyeksi Ingatan Autobiografi

Teknik verbal proyektif bentuk lainnya adalah menggunakan teknik ingatan autobiografis untuk pengukuran kepribadian. Menganalisa peristiwa yang sudah pernah terjadi saat awal sampai hari ini kemudian memahami konflik-konflik yang tidak terlihat merupakan dasar dibuatnya teknik verbal proyektif berdasar psikoterapi psikodinamis Freud. Alfred Adler, beranggapan bahwa ingatan awal secara khusus memegang kunci dalam pemahaman gaya hidup individu. Implikasinya, psikolog Adlerian menggunakan ingatan awal sebagai alat klinis dan kadang penelitian.

Early Memory Process karya Arnold R. Bruhn merupakan karya yang menonjol dalam teknik ingatan autobiografis. Petunjuk tes ini menggunakan kertas dan pensil yang dilaksanakan secara mandiri. Instrumen ini akan mengumpulkan sampel 21 ingatan autobiografis selama rentang perkembangan kehidupan. Bagian pertama tes menghendaki agar enam ingatan umum atau "spontan", dibatasi oleh rentang waktu tertentu sepertu keenam ingatan paling dini dan ingatan seumur hidup yang amat penting. Bagian kedua adalah 15 ingatan spesifik atau diarahkan yang menjelajahi berbagai peristiwa dan wilayah berbeda, yang relevan dalam konteks klinis.

Pendekatan psikometri terhadap alat tes ini cenderung fleksibel. Termasuk saat pengembangan Comprehensif Early Memories Scoring System. Bruhn memandang EMs sebagai fenomena psikologi kompleks, sehingga membutuhkan banyak teori dalam menjelaskan dan lebih lanjut untuk diatributkan secara psikometri. Fleksibilitas dalam skoring yang diterapkan Bruhn sebenarnya melanggar penentuan norma skor. Terdapat sistem "boutique" yang didasarkan pada aspek-aspek yang secara empiris diobservasi. Bruhn dan rekannya tetap mengembangkan alat tes ini dengan mengumpulkan data yang menjanjikan dengan sistem penentuan skor dirancang untuk memprediksi kerentanan pada pelanggaran dan kekerasan. Bagaimanapun alat tes EMP masih dalam taraf pengembangan. Terutama tentang atribut psikometri yang menjadi hambatan alat tes ini sebagai alat tes proyeksi terstandarisasi.

Teknik Menggambar

Salah satu teknik menggambar yang terkenal dalah Machover’s Draw A Person dengan administrasi memberikan sebuah kertas dan pensil lalu individu diminta menggambar orang. Setelah menyelesaikan gambar pertama, ia diminta menggambar lagi orang dengan jenis kelamin berbeda dengan dirinya. Sementara responden menyelesaikan gambar, tester mengamati komentar, urutan penggambaran bagian-bagian yang berbeda dan rincian prosedural. Interpretasi DAP pada dasarnya kualitatif menurut Machover dan banyak mengandung generalisasi yang didasarkan kepada perbandingan bagian-bagian tubuh. Walaupun sudah melakukan administrasi padar ribuan gambar namun tetap masih gagal untuk mendapatkan data yang baik guna mendukung atribut psikometri tes Machover DAP.

Human Figure Drawing dikembangkan oleh Koppitz berdasarkan pengalaman klinis. Sebagai pengembangan lebih baik dari tes Machover DAP. Tes yang bertujuan untuk kematangan mental, melihat dinamika hubungan antar pribadi anak-anak dibuat norma tesnya dari 1.856 subjek anak-anak usia 5 – 12 tahun. Lebih lanjut bahwa Koppitz mengembangkan model kedua dari HFD, untuk melihat perbandingan gambar anak-anak yang tidak memiliki masalah emosional dengan anak-anak yang memiliki masalah emosional. Terdapat 30 indikator untuk melihat masalah-masalah tersebut berdasar hasil gambar testee. Namun lebih lanjut para ahli menyarankan hasil gambar HFD apabila digunakan untuk prosedur klinis maka hasil gambar hanya dijadikan hipotesis dan diperlukan pengolahan informasi lebih lanjut.

Teknik lain yang terkenal adalah House-Tree-Person atau HTP, administrasi tes HTP adalah menggambar rumah, pohon dan manusia secara terpisah dalam satu lembar kertas dengan posisi horizontal. Teknik baru yang lebih menjanjikan untuk instrumen klinis adalah teknik Kinetic Family Drawing-R. Dalam tes ini anak-anak diminta menggambarkan masing-masing aktifitas anggota keluarga termasuk diri mereka sendiri. KFD dalam penyelidikan psikometri akan lebih baik daripada tes teknik kinerja lainnya, karena melalui hasil yang didapat dalam KFD akan memungkinkan sekali digunakan analisa statistik seperti regresi majemuk.

Tes Proyeksi Permainan

Tes proyeksi permainan dikembangkan dari terapi permainan melibatkan objek-objek seperti wayang, boneka, miniatur. Salah satu tes proyeksi permainan adalah Scenotes. Alat tes terdiri dari berbagai figur manusia atau binatang. Alat tes ini bertujuan untuk mengungkap pada anak-anak sikap mereka terhadap keluarga, persaingan sebaya, ketakutan, agresivitas, konflik dan sebagainya. Pada anak-anak, tester hanya menyediakan koleksi mainan untuk permainan bebas. Pada orang dewasa disajikan bersama dengan instruksi umum untuk menjalankan tugas yang bersifat amat tidak terstruktur. Tugas tersebut memiliki segi-segi dramatis, seperti mengatur bentuk-bentuk di panggung miniatur. Schaefer, Gitlin, Sandgrund yang menyunting alat tes ini melihat teknik yang mereka gunakan pada Scenotes ini masih pengembangan. Meskipun begitu berbagai pendekatan berhasil mereka kumpulkan mencakup ukuran yang cemerlang dan menawarkan metode observasi formal yang terstruktur. Scenotes mengungkap masalah yang cukup luas, stimulus berbentuk boneka, wayang, akan mengungkap baik masalah spesifik seperti autisme, hiperaktivitas, namun juga mengungkap masalah seperti umumnya yaitu interaksi anak dengan orang tua dan teman sebaya.

Evaluasi Teknik Proyektif

Rapor dan Kemampuan Aplikasi

Teknik proyektif memungkinkan mencairkan kebekuan antara tester dan testee dalam konteks pemeriksaan klinis. Tugas yang ada pada teknik proyektif akan memberi distraksi dan perlahan mengurangi sifat defensif serta perlahan membangun kepercayaan antara tester dan testee. Tugas pada teknik proyektif lebih menarik dan menghibur. Teknik proyektif akan berguna bagi anak-anak kecil, orang dengan gangguan inderawi, defisiensi bahasa. Media nonverbal dapat diterapkan pada kelompok ini dan respon yang ditampilkan bisa membantu individu mengenali sejumlah aspek perilaku mereka yang sebelumnya sulit diungkap melalui verbal.

Berpura-pura (Faking)

Stimulus ambigu akan menimbulkan beragam respon. Tes proyektif tidak akan memberikan informasi tujuan pengetesan secara langsung. Sekalipun testee sudah atau belum pernah mengalami administrasi tes proyektif, kemungkinan besar seperti pada hasil temuan eksperimen dengan tes proyektif. Bahwa testee kemungkinan besar bisa melakukan kecenderungan fake good atau fake bad. Kecenderungan tersebut akan ditemukan di berbagai alat tes proyektif mulai dari Rorscharch, TAT, Rosenzweig, P-F Study, sentence completion test. Tester yang terampil akan mampu melihat kecenderungan ini saat elaksanakan tes.

Norma Skor

Begitu disayangkan tes yang bisa mengungkap lebih mendalam seperti tes proyeksi tidak memiliki data reliabilitas, validitas yang baik seperti tes psikologi lainnya. Sekalipun sudah terhimpun data disebabkan tidak adanya norma-norma objektif yang memadai. Interpretasi atas kerja tes proyektif sering melibatkan norma subkelompok yang sering ambigu.

Reliabilitas

Reliabilitas pada teknik proyektif rata-rata memberikan hasil yang tidak memuaskan. Hal ini disebabkan seperti temuan pada masing-masing kartu sebagai soal tidak bisa dilakukan studi koefisien reliabilitas konsistensi internal, split half reliability. Sebab lain adalah scorer reliability, skor hasil tes tidak hanya ada preliminary scoring, tetapi pada tahap integrasi hasil tes dan interpretasi. Sekalipun tercatat bahwa Holtzman Inkblot Technique adalah teknik proyeksi yang berhasil dilaksanakan uji reliabilitas model split half.

Validitas

Rendahnya validitas dalam teknik proyektif disebabkan kurangnya kesimpulan matang mengenai studi validitas. Studi validitas tes proyektif sendiri mengalami defisiensi prosedural seperti kurangnya kontrol eksperimen atau analisa statistik, bahkan keduanya dapat terjadi dalam uji validitas tes proyektif. Validitas dalam tes proyektif juga sulit didapat disebabkan begitu luasnya penilaian dari hasil tes yang akan diukur/dinilai.

Hipotesa Tes Proyektif

Asumsi tradisional dari tes proyektif adalah sebuah stimulus ambigu akan memunculkan respon yang sudah ditekan dalam diri manusia. Respon tersebut sangat beragam dan begitu banyak variasinya. Stimulus ambigu yang digunakan dalam tes proyeksi mulai dipertanyakan keabsahannya. Hal ini dalam kritik para ahli mengatakan lebih baik digunakan sebuah stimulus terstruktur agar memudahkan dalam proses skoring karena respon akan masuk kedalam struktur stimulus dan kembali memudahkan proses tes proyektif sebagai tes psikologi memiliki kelengkapan psikometri seperti validitas, reliabilitas.

Teknik Proyektif Sebagai Instrumen Psikometris

Teknik proyektif pada dasarnya tidak bisa begitu saja disebut sebagai tes proyektif. Mengacu pada standar tes, dan hasil tes kelayakan sebagai instrumen psikometris mayoritas teknik proyektif tidak memenuhi syarat menjadi instrumen psikometris. Penggunaan teknik proyektif pasca uji kelayakan sebagai instrumen psikometris juga mengalami kendala disebabkan temuan bahwa teknik ini tidak siap untuk digunakan sebagai teknis harian diagnosa psikologi untuk membuat keputusan dan prediksi mengenai individu.

Teknik Proyektif Sebagai Alat Psikologi Klinis

Teknik proyektif lebih diandalkan sebagai diagnosa klinis daripada sebagai instrumen psikometri. Teknik proyektif juga digunakan sebagai alat bantu wawancara dalam mengumpulkan informasi psikologi seseorang bagi para psikolog klinis sudah ahli. Cronbach dan Gleser melihat karakteristik dari tes proyeksi dan wawancara sebagai penggalian data memiliki keakuratan yang rendah dan rendah pula dalam ketepatannya memprediksi gambaran psikologi manusia. Berbeda dengan tes psikologi yang sudah terstandarisasi memiliki keakuratan tinggi dan ketepatan tinggi dalam memprediksi potret psikologi manusia.

Sekian artikel tentang Macam-Macam Teknik Metode Pengukuran dalam Psikologi.

Daftar Pustaka

  • Anastasi, A & Urbina, S. 1998. Psychological Testing: 7th ed.
  • Gregory, Robert.J. Psyhcological Testing:6th edition. Boston: Pearson Education

Posting Komentar untuk "Macam-Macam Teknik Metode Pengukuran dalam Psikologi"