Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Administrasi Murray’s Thematic Apperception Test (TAT)

Administrasi Murray’s Thematic Apperception Test (TAT) - Pengukuran Psikologi memiliki ragam bentuk dan metodenya. Salah satunya adalah pengukuran Kepribadian. TAT menjadi salah satu alat ukur untuk mencari gambaran kebutuhan individu yang digunakan oleh praktisi psikologi. Melalui artikel ini diharapkan mampu memahami konsep pengukuran dan metode pelaksanaan tes kepribadian TAT dan dapat mempraktekkannya sebagai insruktur dan administrator tes.

ADMINISTRASI PELAKSANAAN

Dalam pelaksanaan tes pada umumnya, tester harus membangun raport tester. Suasana hendaknya sedemikian rupa sehingga testee merasa akan mendapatkan rasa percaya terhadap tester dan merasa akan mendapatkan penerimaan. Niat baik dan dihargai oleh tester, sehingga testee dapat mengembangkan kreativitasnya. Kreativitas sendiri sulit berkembang pada suasana yang kaku, dingin, atau terlalu formal.

Administrasi Murray’s Thematic Apperception Test (TAT)_
image source: archive.constantcontact.com
baca juga: Memahami Murray’s Thematic Apperception Test (TAT)

Prosedur

Dalam tes ini, klien diminta membuat cerita dari beberapa kartu bergambar yang disajikan satu persatu. Klien dapat menulis sendiri ceritanya atau examiner yang menulis cerita klien. Tugas klien adalah menceritakan apa yang sedang terjadi saat ini, sebelumnya (situasi apa yang menimbulkan peristiwa saat ini), bagaimana pikiran dan perasaan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, dan bagaimana akhir dari cerita yang dibuat klien.

Cerita yang dibuat klien dianggap memiliki implikasi terhadap konflik atau pun masalah yang dialami klien. Interpretasi klinis yang dilakukan terfokus pada dimensi-dimensi seperti bagaimana tokoh-tokoh berinteraksi, tingkat kehangatan atau konflik dari interaksi tokoh-tokoh, impian atau cita-cita tokoh, harapan tokoh terhadap diri dan lingkungannya, dan level kematangan secara umum yang diindikasikan dari bentuk cerita. Tema-tema dari TAT dapat menggambarkan fungsi kepribadian secara luas dan bermanfaat dalam mengidentifikasi sumber utama konflik sehingga dapat ditentukan intervensi terapeutik yang sesuai. Cerita TAT pada dasarnya menggambarkan lingkungan seperti apa yang klien lihat di sekitar dirinya dan orang-orang seperti apa yang ia rasakan tinggal bersamanya di dunia ini.

Murray menyarankan disajikan ke 20 kartu dalam 2 sidang (session). Sidang pertama menyajiikan seri pertama (kartu 1 – 10) terlebih dahulu. Selang minimal satu hari atau lebih disajikan seri kedua (kartu 11 - 20). Testee tidak diberi tahu bahwa akan ada penyajian sidang kedua, agar ia tidak mempersiapkan diri sebelumnya. Penyajian seluruh kartu dalam sidang tunggal, akan melelahkan testee yang produktivitas tengahan. Kelelahan dapat berakibat cerita menjadi datar dan tidak berisi. Namun pada pelaksanaan dengan menggunakan sistik skoring Bellak, disarankan untuk menggunakan 10 kartu dasar untuk pria dan wanita. 10 kartu tersebut adalah kartu 1, 2, 3BM, 4, 6BM, 7GF, 8BM, 9GF, 10, dan 13MF.

Petunjuk penyajian pada remaja dan orang dewasa (yang cukup kemampuannya) bagi sidang pertama disarankan sebagai berikut:
“Saya akan menyajikan beberapa gambar, satu demi satu. Tugas anda adalah membuat cerita untuk tiap-tiap gambar, buatlah cerita itu sedramatis mungkin. Ceritakan peristiwa apa yang terjadi sebelum kejadian tersebut ceritakan kejadian yang sedang berlangsung pada gambar tersebut, apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh para pelakunya, dan berikan akhir ceritanya. Anda katakan secara langsung saja apa yang ada dalam pikiran anda. Apakah anda sudah memahami permintaan saya?”
“Anda dapat memanfaatkan waktu yang ada untuk tiap-tiap gambar. Inilah gambar pertama”.

Sedang bagi anak-anak atau orang dewasa yang kurang cerdas dan kurang pendidikan, juga untuk orang psikotis, Murray menyarankanpetunjuk penyajian sebagai berikut:
“Ini adalah tes bercerita. Ada beberapa gambar yang akan saya tunjukkan. Saya kamu membuat cerita mengenai masing-masing gambar. Ceritakan apa yang terjadi sebelumnya, dan apa yang sedang terjadi sekarang. Katakan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang-orang dalam cerita itu. Dan katakan bagaimana akhir ceritanya. Buatlah ceritanya sesukamu. Sedahkah kamu mengerti maksudku?”

Nah ini gambar pertama. Waktu untuk mengarang cerita ada lima menit. Mari kita dengan apa yang dapat anda ceritakan.

Petunjuk penyajian tidak harus tepat seperti saran Murray. Petunjuk hendaknya disesuaikan dengan umur, kecerdasan, kepribadian, dan keadaan lain-lain test.

Beberapa ahli menyarankan agar pertanyaan “yang merupakan bentuk tes kecerdasan” dihilangkan. Pada umumnya, penghilangan ini tidak merugikan, bahkan menghindarkan tester dari pertanyaan-pertanyaan mengenai hasil tes kecerdasan.

Selain itu, ada orang merasa lebih bangga bila tidak dianggap pandai berkhayal. Sedang ada orang lain yang merasa cemas karena adanya sebutan te daya khayal. Karena itu terserah pada kebijaksanaan tester untuk memperkenalkan tugas testee.

Yang penting dalam memberikan petunjuk ialah testee memahami tugasnya. Petunjuk dapatdiubah, diulang, atau dijelaskan lebih lanjut, bila diperlukan.

Pokok-pokok yang harus disampaikan kepada testee dan harus dipahaminya ialah:
  1. Testee diminta membuat suatu cerita. Ini berarti mendeskripsikan apa yang tergambar saja belum cukup. Cerita adalaha serentetan kejadian yang berkembang mengikuti waktu. Ada permulaan, pertengahan dan akhir cerita.
  2. Dalam membuat cerita ini, ia diminta menggunakan inamjinasinya. Ini berarti ia harus menerangkan dengan interpretasinya sendiri gambar yang disajikan. Orang berbeda dalam membuat interpretasi gambar. Minat tester adalah pada ide testee sendiri.
  3. Ia diminta mendeskripsikan situasi yang dilukiskan dalam gambar (menurut interpretasinya) dan ia diminta membuat saran mengenai perasaan-perasaan, ide-ide, watak dan lain-lain untuk melengkapi pelukisan sitiasu tersebut.
  4. Testee diminta menceritakan empat hal pokok dalam menyusun cerita.
    a. Peristiwa yang terjadi sebelumnya.
    b. Peristiwa yang terjadi sekarang.
    c. Perasaan dan pikiran para pelaku.
    d. Akhir cerita (out come).

PERAN TESTER DALAM PENYAJIAN

Peran tester pada dasarnya member semangat testee untuk menanggapi dengan bebas stimuli yang disajikan. Ini dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengarahkan atau tidak mempengaruhi testee untuk memilih respon tertentu. Jadi peran tester adalah member dorongan, tetapi netral.

Tester hendaknya menunjukkan minat akan cerita testee, tetapi tidak menunjukkan menyetujui cerita tersebut.

Untuk jelasnya, testee disarankan untuk:
  1. Tidak memberi sugesti mengenai isi cerita.
  2. Tidah usah banyak menyela.

Pada situasi klinis, orang yang berbicara terlalu cepat, bila terjadi karena terjadi tekanan kecemsan, atau karena keengganan/agresi terhadap tester. Sebaliknya, orang yang lambat responnya, menunjukkan adanya keragu-raguan atau memang alot dalam mengeluarkan pendapat.

Ada testee yng menolak membuat cerita, disebabkan karena kesukaran memobilisasikan ide, bersifat sangat kaku (objektif), depresi, neurasthenia inertia, terlalu berhati-hati atau terlampau cermat karena paranoid. Dalam kasus-kasus semacam ini tester disarankan membeeri bimbingan dengan mengajukan pertanyaan langkah demi langkah. “Katakanlah apakah yang sedang terjadi dalam gambar ini?”. Kemudian “Bagaimana mulanya, maka terjadi demikian?”. Lalu “menurut pendapatmu bagaimanakah kesudahannya?”. Dan akhirnya “bagaimana perasaan dia?”.

Komentar-komentar juga digunakan untuk member pujian bagi testee pada kesempatan yang tepat.

Pertanyaan-pertanyaan dapat diajukan pada akhir cerita, bila ada bagian penting yang terlampaui. Misalnya, tidak ada persitiwa seblumnya, atau akhir ceritanya tidak dikatakan.

Juga bila ceritanya menjadi bertele-tele, ter=ster dapat memberi komentar: “bagaimana kesudahannya”. Tester dapat juga mengatakan bahwa, yang menjadi hal utama adalah jalan ceritanya, bukan perincian-perinciannya.

Sering pada kasus-kasus kompulsi dan paranoid, testee disibukkan dengan mendeskripsikan detail gambar. Kesibukan ini dapat dihentikan dengan meminta ia muai membuat ceritera.

Sebaliknya, pada kasus obsesi sering terjadi testee membuta cerita yng bermacam-macam dari satu gambar. Di sini disarankan bahwa untuk menghemat energy, testei diminta mmilih satu ceritera saja yang paling menarik.

Komentar-komentar tester hendaknya dicarat, untuk menunjukkan adanya intervensi, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan pada proses interpretasi.

Untuk menanyakan lebih lanjut (inquiry) mengenai dari mana ide cerita didapat, dapat dilkukan sesudah dilakukan sesudah testee selesai satu cerita (Murray). Untuk menanyakan dua gambar yang paling tidak disenangi, dilakukan setelah semua gambar disajikan (Henry).

Rapaport memperingatkan untuk tidak melakukan overinquiry, pada tes Ro, dan ini juga berlaku pada TAT. Ada beberapa ahli menyarankan untuk melakukan inquiry bagi hal-hal yang kurang jelas, seperti keraguan mengenai jenis kelamin, kesalahan persepsi, atau objek-objek afeksi yang tidak jelas (misalnya takut terhadap sesuatu, atau sesuatu ini perlu ditanyakan lebih lanjut). Henry menyarankan hal ini tidak perlu dipertanyakan. Sebab ketidak jelasan semacam ini merupakan gejala-gejala kecenderungan kerpibadian yang dimiliki testee. Hal ini akan dibicarakan lebih lanjut pada uraian-uraian mengenai interpretasi nanti.

Pencatatan

Berkas TAT hendaknya dilengkapi data pribadi testee untuk kepentingan identifikasi maupun interpretasi. Selain nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, alamat, status keluarga (anak keberapa dari berapa bersaudara), status perkawinan, juga perlu dicatat tanggal tes, keperluan, dan nam tester.

Karena penting bagi interpretasi, tester hendaknya mencatat semua tanggapan testee terhadp gambar maupun terhadap suasana penyajian. Jadi catatan tidak hanya berupa skema cerota, tetapi berisi semua ucapan-ucapan testee dan catatan observasi tingkahlaku testee.

Pada catatan yang berbentu langsung, adanya salah ucap, salah kata, ulangan kata, susunan kalimat yang tidak teratur, dan kalimat-kalimat yang aneh, hendaknya digrisbawahi, untuk membedakan dengan kesalahan pencatatan.

Untuk memudahkan pencatatan dapat digunakan tape recorder. Transkrip dalam bentuk tertulisnya hendaknya juga selengkapnya mungkin.

Observasi

Bahan lain yang perlu dicatat untuk interpretasi ialah tingkah laku testee selama tes berlangusng. Sebab sering kali tingkah laku ini adalah akibat langsung dari perasaan, sentiment, kecemasan dan lain-lain yang timbul karena stimuli yang disajikan, atau cerita yang dibuatnya.

Tingkah laku terbuka yang perlu dicatat ialah:
  • Berhenti atau macet selagi bercerita, ini dapat ditandai dengan garis ---- yang banyaknya sesuai dengan lamanya.
  • Mendehem.
  • Gelisah.
  • Menggosok-gosok atau memegang bagian-bagian badan, seperti mengusap hidung, menarik telinga dan sebagainya.
  • Berkeringat.
  • Berhenti untuk menyulut rokok.
  • Meminta diri untuk pergi ke WC.
  • Ragu-ragu.
  • Adanya Tics (saradan).

Reaksi testee terhadap tester dan suasan tes pada umumnya, juga perlu dicatat. Misalnya komentar-komentar mengenai kompetisi testeer, kritik terhadap gambar, terhadp penyajian ataupun ruangan, dan lain-lain.

Demikian juga perlu dicatat perubahan suasana hati dan perubahan sikap yang ditunjukkan oleh testee.

MATERI TES

Materi TAT terdiri dari 20 gambar. 11 kartu untuk segala testee; termasuk disini kartu kosong, dan 9 kartu disesuaikan untuk dewasa/anak dan pria/wanita. Ke 9 kartu ditandai dengan:
  • BM = Boy & Male (untuk pria)
  • GF = Girl & Female (Untuk wanita)
  • MF = Male & Female (untuk dewasa)
  • GB = Boy & Girl (untuk anak-anak 4 – 14 tahun).

Meskipun tanpa gambarpun kita dapat menyarahkan seseorang untuk bercerita, pengalaman menunjukkan bahwa:
  1. Gambar ternyata efektif untuk menimbulkan imajinasi.
  2. Memaksa seseorang menangani dengan caranya sendiri situasi manusiawi tertentu.
  3. Stimuli yang digunakan dapat dibakukan.

Dengan pembekuan stimuli, maka cerita yang diberikan oleh para testee akan terkontrol topiknya atau konteksnya/situasi fantasinya. Sedang perasaan, tindakan dan perkembangan ceritera tetap bebas baik isi maupun bentuknya.

Deskripsi hal-hal yang tidak terkontrol inilah yang merupakan kristalisasi dan proyeksi simbolis usaha seseorang untuk merumuskan perasaan, kecemasan, kepuasan, dan lain-lain, yang telah dipelajari dan biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga akhir cerita adalah ekspresi pilihan testee sendiri. Jadi, detil ceritera merupakan gejala-gejala perasaan perasaan yang ada dalam diri seseorang, sera system pertahanan dan system penampilan luarnya.

Adapun keterangan huruf di balik kartu adalah sebagai berikut : B = Boy, untuk anak laki-laki.
  • G = Girl, untuk anak perempuan
  • M = Male, untuk laki-laki dewasa
  • F = Female, untuk wanita dewasa

Sedangkan pembagian kartu untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut :
  • 11 kartu untuk semua subjek adalah: 1, 2, 4, 5, 10, 11, 14, 15, 16, 19 dan 20.
  • 9 kartu untuk laki-laki adalah: 3BM, 6BM, 7BM, 8BM, 9BM, 12BG, 13G, 17GF dan 18GF.
  • 9 kartu untuk anak perempuan adalah: 3GF, 6GF, 7GF, 8GF, 9GF, 12BG, 13G, 17GF dan 18GF.
  • 9 kartu untuk laki-laki dewasa adalah: 3BM, 6BM, 7BM, 8BM, 9BM, 12M, 12MF, 17BM dan 18BM
  • 9 kartu untuk wanita dewasa adalah: 3GF, 5GF, 7GF, 8GF, 12F, 13MF, 17GF dan 18GF.

Sekian artikel tentang Administrasi Murray’s Thematic Apperception Test (TAT)

Daftar Pustaka
  • Berbagai sumber

Posting Komentar untuk "Administrasi Murray’s Thematic Apperception Test (TAT)"